100 Pembalap ITDBI Pakai Kopiah dan Sarung sebelum Balapan

Mohamad Abdul Aziz
Mohamad Abdul Aziz

Monday, 22 Jul 2024 18:04 WIB

100 Pembalap ITDBI Pakai Kopiah dan Sarung sebelum Balapan

SARUNG: Para pembalap peserta International Tour de Banyuwangi Ijen mengenakan sarung dan kopiah.

BANYUWANGI, TADATODAYS.COM - Event balap sepeda International Tour de Banyuwangi Ijen (ITDBI) 2024 memasuki hari pertama, Senin (22/7/2024). Event ini menjadi cerita unik bagi 100 pembalap. Pasalnya, etape pertama mengambil start di SMKN 2 Tegalsari yang berada di kawasan pondok pesantren. Para peserta pun dikenalkan tradisi pesantren, yakni memakai sarung lengkap dengan kopiah.

Meski terlihat kesulitan saat memakainya, namun mereka antusias dan bergembira saat mencoba mengenakan sarung. Bahkan, tak sedikit para pembalap mengabadikan momen memakai sarung dengan berfoto dan berpose layaknya santri.

Salah satu pembalap dari tim St. George Continental Cycling Team Australia Aidan Buttigieg mengatakan, dirinya cukup kekesulitan saat mencoba memakai sarung. "Cukup sulit untuk dipakai bagi orang yang pertama kali mencoba. Saya harus menguasai tekniknya. Sangat menyenangkan bisa mencoba sarung dan kopiah ini," katanya saat mencoba mengenakan sarung dengan dibantu panitia.

Usai mendapat penjelasan makna dan fungsi sarung, Aidan mengaku kagum. Ia jadi mengetahui ini menjadi tradisi busana santri hingga digunakan untuk pakaian beribadah umat muslim di Indonesia. "Sebuah kehormatan bagi saya bisa mencoba budaya dan juga tradisi beragama masyarakat di sini," kata Aidan.

Selain Aidan, pembalap 7ElevenThailand Even Yemane asal Eritrea juga sangat antusias memakai sarung. Pembalap berusia 18 tahun ini juga mengaku senang dengan suasana pondok pesantren yang menjadi lokasi start. “Indonesia terkenal dengan mayoritas muslimnya. Tentunya ini tradisi yang baik dan bisa kita coba selama di sini. Nyaman dipakai,” kata Even.

Selain itu, di start etape satu, ratusan santri dan pelajar memadati lokasi. Mereka memberikan semangat pada pembalap yang akan memulai lomba. Banyak warga dan santri tumpah ruah menyemangati 100 pembalap lebih yang datang dari berbagai mancanegara.

Sementata itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan pemakaian sarung dan kopiah di ajang internasional seperti ITDBI sangat efektif dijadikan sarana memperkenalkan tradisi pesantren yang merupakan ikon pendidikan asli nusantara, sekaligus juga untuk mengkampanyekan nilai-nilai toleransi dan keberagaman.

"Kami senang para pembalap cukup antusias memakai sarung dan kopiah, ini menunjukkan mereka juga memiliki toleransi yang tinggi pada keberagaman," jelasnya.

Penggunaan sarung dan kopiah, kata Ipuk, juga menjadi simbol akar yang kuat akan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh Banyuwangi. Ini seiring dengan upaya menjadikan daerah sebagai bagian dari destinasi pariwisata berskala global.

Diketahui, etape pertama ini rute yang dilintasi sepanjang 136,2 KM, dengan start di SMKN 2 Tegalsari dan finish di kantor Pemkab Banyuwangi. (azi/why)


Share to