24 SD Negeri di Kabupaten Probolinggo Segera Dimerger

Hilal Lahan Amrullah
Hilal Lahan Amrullah

Monday, 22 Jul 2024 17:46 WIB

24 SD Negeri di Kabupaten Probolinggo Segera Dimerger

MERGER: Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikdaya) Kabupaten Probolinggo Sri Agus Indaryati.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Sejumlah 24 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kabupaten Probolinggo segera dimerger untuk efisiensi. Pasalnya, jumlah peserta didik di sekolah-sekolah tersebut kurang dari syarat rombel (rombongan belajar) kelas.

Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikdaya) Kabupaten Probolinggo Sri Agus Indaryati mengatakan, ada ejumlah alasan mengapa sekolah dimerger. Pertama karena jarak antara sekolah satu dengan sekolah lainnya tidak lebih dari dua kilometer. Sedangkan sekolah yang dimerger, itu jumlah siswanya kurang dari 60 siswa.

"Sisi positifnya untuk efesiensi dana. Bayangkan kalau satu guru mengajar tiga siswa. Itu pemerintah menggaji sia-sia. Gaji nominal sama, tetapi yang diajar cuma tiga. Kalau dimerger, itu nanti bisa mengajar 20 sampai 28 siswa. Padahal idealnya satu rombel atau satu ruang kelas, itu maksimal 28. Kalau di bawah 60 tidak sampai, hanya 10. Bahkan ada cuma 41," kata Sri Agus, Senin (22/7/2024). 

Di salah satu sekolah, Sri Agus mencoba bertanya jumlah siswa barunya berapa. Jawabanya hanya empat siswa. Sedangkan lembaga lain masih kekurangan tenaga guru. "Kita ke depan arahnya pemerataan guru. Karena banyak sekolah-sekolah masih kurang. Sedangkan yang siswanya 40 gurunya enam. Kan tidak efektif," tegasnya.

Alasan lainnya adalah efisiensi dana. Kalau ada dua lembaga, sedangkan nanti ada bantuan rehab dan bantuan TIK, maka harus ada dua sekolah yang pemerintah bantu. Kalau satu lembaga ada bantuan TIK 15, maka pemerintah harus membantu 30 dengan dua lembaga.

"Kalau demerger, kebutuhannya cuma 15 saja. Beberapa hal juga yang bermasalah dengan tanah. Yang jelas, kita merger karena siswanya sedikit. Jaraknya kurang dari dua kilo meter, yang berikutnya tenaga guru ini masih dibutuhkan sekolah-sekolah yang lain. Dan alasan efisiensi dana. Kalau ada bantuan buku atau TIK, itu tidak dua lembaga," tuturnya.

Adapun 24 sekolah dasar negeri yang dimerger diantaranya tersebar di Kecamatan Sukapura, Kecamatan Kraksaan, Kecamatan Sumb, dan lainnya. Sekolah yang dimerger itu sesuai hasil survei Disdikdaya. 

"Tidak serta-merta, ada karena dasar usulan, seperti di Tongas dan Sukapura. Ada juga karena Kebijakan, yaitu SDN Kandangjati Kulon 1. Lah wong di sana (SDN Kandangjati Kulon 2, red) juga luas. Kita menentang kebijakan juga tidak mungkin. Baik-baik saja anak-anak yang dimerger itu," ungkapnya.

Wanita berkacamata ini melanjutkan bahwa dari sudut pandang psikologi, anak yang punya teman 20 dengan punya teman dua, itu lebih efektif yang temannya 20. Anak, itu merasa senang karena seakan-akan hidup bermasyarakat.

"Kalau di ruangan dengan banyak teman, dia bisa bersosialisasi, bisa saling menghormati, nanti ada tutor sebaya, saling mengajari. Terus kalau anak tiga, egois pastinya dan komunikasinya kurang, serta sosialisasinya kurang, tidak mungkin anak-anaknya ada tutor sebaya" ujarnya.

Sri Agus juga mengatakan bahwa nanti akan ada sosialisasi terkait merger tersebut. Pasti ada pro dan kontra. Kebanyakan alasannya takut dimutasi. Karena mereka di zona nyaman. "Siapa yang tidak takut di situasi baru, kan harus adaptasi. Apa kita harus stagnan begitu-begitu saja. Kita PNS harus siap dipindahkan ke mana saja. Toh masih di Kabupaten Probolinggo, tidak di Irian Jaya atau di Sorong. Nanti kepala sekolah kita undang sosialisasi, kemudian kita persiapkan di lapangan. Nanti tinggal mengalihkan dapodiknya," tuturnya.

Sri Agus berharap merger sekolah harus segera terealisasi. Ia berharap pada tahun ajaran baru 2024/2025 ini sudah terealisasi. Ternyata masih banyak koreksi dan sebagainya. "Tidak mudah membalik tangan. Harapan kita bisa jalan," harapnya.

Sebelumnya, Pj Bupati Probolinggo Ugas Irwanto menyampaikan dan memerintahkan Disdikdaya untuk memerger sekolah-sekolah yang tidak ada siswanya. "Kalau hanya siswanya 30-40 orang, gabungkan saja. Setiap hari laporan kita diminta BPK atau temuan BPK RI bahwa kekurangan guru. Sekolah-sekolah banyak yang rusak, jelas saja karena dana kita sedikit. Coba dipelajari ternyata banyak sekolah siswanya tidak ada. Kelas 1 sampai kelas 6, muridnya 30-40, buat apa? Dimerger saja," katanya.

Ugas menambahkan, jika sekolah tersebut dimerger, otomatis ada penghematan. Jika biasanya pemerintah membiayai dua sekolah, jadi hanya membiayai satu sekolah. "Yang biasanya kekurangan guru, kalau digabung, bisa-bisa lebih. Banyak hal kebijakan-kebijakan yang kita lakukan bersama, itu membuat tidak nyaman. Tetapi ini kepentingan masyarakat Kabupaten Probolinggo. Kita harus mau berubah," tegasnya. (hla/why)


Share to