31 Muridnya Diwisuda Tahfidz, SMPN 3 Tepis Image Sekolah Nakal

Amelia Subandi
Amelia Subandi

Wednesday, 31 Aug 2022 12:52 WIB

31 Muridnya Diwisuda Tahfidz, SMPN 3 Tepis Image Sekolah Nakal

SERTIFIKAT: Sebagian pelajar SMP Negeri 3 Kota Probolinggo yang lulus menghafal Alquran juz 30.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Sejumlah 31 siswa-siswi SMP Negeri 3 Kota Probolinggo pada Minggu (28/08/2022) malam lalu diwisuda di Kota Malang. Mereka diwisuda bersama pelajar yang berasal dari daerah lain se Jawa Timur, karena telah lulus menghafal Alquran juz 30.

Para pelajar SMPN 3 yang diwisuda di Masjid Al-Hikmah Universitas Negeri Malang tersebut paling banyak dari kelas 8. Selebihnya dari kelas 7 dan 9.  Yang mewisuda mereka adalah Rumah Tahfidz Center Daarul Qur’an  Surabaya, melalui Program Pembibitan Penghafal Alquran (PPPA).

Kepala SMPN 3 Sumantri saat dikonfirmasi tadatodays.com, Selasa (30/08/2022), menyatakan bahwa wisuda yang berlangsung di Kota Malang tersebut merupakan wisuda pertama kali. Terutama setelah 2 tahun SMPN 3 bekerjasama dengan Daarul Qur’an dalam bidang hafalan Alquran.

Menurut Sumantri, SMPN 3 Kota Probolinggo menjadi satu-satunya SMP negeri di Jawa Timur yang ikut program PPPA. Sebagian besar peserta program PPPA adalah Pondok Pesantren, madrasah negeri dan swasta, bahkan ada perorangan.  “Ya, sekolah kami satu-satunya yang ikut dari SMP Negeri. Tidak hanya se-Kota Probolinggo, tetapi se-Jawa Timur,” kata Sumantri saat ditemui di sekolah yang dipimpinnya. 

Dijelaskan, belajar membaca dan menghafal Alquran tidak termasuk pelajaran ekstrakurikuler, tetapi menjadi pelajaran tambahan. Jadi, tidak ada pungutan sepeserpun alias gratis. Siswa-siswi pun tidak diwajibkan ikut. Pihak sekolah menyerahkan sepenuhnya kepada siswa-siswi dan orang tua atau wali murid. “Awalnya, banyak orang tua yang tidak mau. Dikira baca Alquran yang gimana, gitu,” cerita Sumantri.

Meski begitu, program sekolah tetap jalan, walaupun yang ikut hanya sebagian muridnya. Namun, berjalannya waktu, jumlah siswa yang ikut kian bertambah dan kini seluruh siswa ikut program yang dimaksud, kecuali yang non Muslim. “Sekarang ikut semua, kecuali yang beragama lain,” tandasnya.

Belum diketahui pasti penyebabnya. Namun Sumantri yakin, orang tua mengikutkan anak-anaknya di kelas penghafal Alquran karena ada perubahan perilaku atau tingkah laku. Dimungkinkan, orang tua yang anaknya ikut program hafal Alquran bercerita soal perubahan perilaku anaknya kepada wali murid yang lain.  “Mungkin dari cerita tersebut, para orang tua sadar dan menyuruh anaknya ikut kelas (menghafal Alquran) ini,” ujarnya.

Sumantri menyebutkan, tujuan utama sekolahnya ikut program penghafal Quran tidak untuk ikut lomba atau bekal kesombongan. Tetapi lebih pada usaha membangun perubahan perilaku yang Islami. Mengingat, SMP Negeri 3 dikenal sebagai tempat belajar anak-anak nakal. Suka minum dan mabuk-mabukan dan sekolah pinggiran. “Ya, memang sekolah kami dikenal seperti itu. Itu dulu, sekarang berubah 180 derajat,” imbuhnya.

Saat dirinya ditunjuk memimpin SMP Negeri yang berlokasi di Jalan Hayam Wuruk, Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan, Sumantri bersama pengajar yang lain berkeinginan menghapus image atau stempel sekolah anak nakal tersebut. Pihaknya kemudian sejak dua tahun lalu bekerjasama dengan Rumah Tanfidz Center Daarul Qur’an, Surabaya.

Sumantri berharap, para siswa-siswinya yang telah diwisuda tahfidz juz 30  terus ikut program tersebut, meski sudah tamat atau keluar dari SMPN 3. Sebab, jika di sekolah barunya nanti tidak ada program seperti itu, mereka tetap bisa mengikuti program tersebut. “Tempatnya bisa di mana saja. Bahkan SMPN 3 bersedia ditempati,” kata Sumantri. (mel/why)


Share to