Ada Warung di Banyuwangi Jual Sembako dalam Kemasan Daur Ulang

Mohamad Abdul Aziz
Mohamad Abdul Aziz

Wednesday, 13 Mar 2024 07:40 WIB

Ada Warung di Banyuwangi Jual Sembako dalam Kemasan Daur Ulang

DAUR ULANG: Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Dwi Handayani Banyuwangi turut mengecek sembako dengan kemasan daur ulang, Selasa (12/3/2024).

BANYUWANGI, TADATODAYS.COM - Demi mengurangi penggunaan plastik, Pemkab Banyuwangi bersama Pusat Pencegahan Polusi Plastik (Living Lab) melakukan uji coba. Bahan-bahan pokok dijual dalam kemasan daur ulang (reusable) di sejumlah warung rakyat.

Uji coba penggunaan kemasan daur ulang ini untuk produk-produk sembako yang disebut program "Pisces Relay". Untuk awal, terdapat 6 warung kelontong di Kecamatan Banyuwangi dan Rogojampi yang dilibatkan dalam program ini.

"Program ini sebagai upaya mengurangi dan penanganan plastik sekali pakai (single-use plastic)," kata Bupati Ipuk Fiestiandani, Selasa (12/3/2024).

Bupati Ipuk mengaku terus mendorong penanganan sampah dari hulu ke hilir. Mulai dari pengurangan sampah, khususnya sampah plastik, hingga kebijakan mendaur ulang sampah. "Banyuwangi kini memiliki 19 tempat pengolahan sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) berbasis desa," ujar Ipuk.

Selain TPS 3R Muncar yang menjadi pengolahan sampah 3R terbaik nasional, juga ada TPS Balak di Kecamatan Songgon yang berkapasitas 84 ton sampah per hari.

Dalam program ini pemkab kerjasama dengan Pusat Pencegahan Polusi Plastik (Living Lab) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves). Terlibat juga para peneliti yang tergabung dalam program Plastics in Indonesian Society (Pisces) yang diawaki oleh Profesor Susan Jobling dari Brunel University London.

Selanjutnya, Pisces bekerjasama dengan perusahaan penyedia layanan reusable packaging (Enviu). Pisces menitipkan sembako seperti beras, kecap, minyak goreng, dan aneka bumbu siap saji dalam kemasan reuseable yang ramah lingkungan.

“Proyek ini diharapakan bisa menciptakan solusi baru pengurangan plastik sekali pakai melalui perubahan pada hulu hingga hilir," kata professor Jobling.

Dalam program ini para pembeli bisa kembali menukarkan kembali kemasan sembako yang telah dipakai untuk membeli produk yang sama di toko tersebut. “Kolaborasi ini melibatkan banyak pihak mulai dari pemerintah, akademisi, industri, komunitas, dan masyarakat," katanya. (azi/why)


Share to