Agustusan, Sepak Bola Pakai Daster di Pohsangit Tengah

Alvi Warda
Alvi Warda

Sunday, 06 Aug 2023 12:31 WIB

Agustusan, Sepak Bola Pakai Daster di Pohsangit Tengah

AGUSTUSAN: Pemain yang terlihat ribet bermain sepak bola menggunakan daster. Namun, itu bukan menjadi penghalang mereka.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Menyambut momen peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke -78, lomba khas Agustusan digelar di berbagai penjuru kampung. Begitu pula anak-anak Desa Pohsangit Tengah, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo. Mereka bermain sepak bola dengan mengenakan daster, Sabtu (5/8/2023).

Daster biasanya identik dengan pakaian wanita saat di rumah. Anak-anak Pohsangit Tengah malah menggunakannya sembari bermain sepak bola. Daster yang dipakai itu mereka pinjam kepada ibu mereka

Tentu saja, permainan pada Sabtu sore itu menjadi rangkaian perlombaan menjelang 17 Agustus nanti. Penyelenggaranya adalah Amir dan Noor Lia, pendiri Rumah Baca Cahaya Desa Posangit Tengah. Mereka berkolaborasi dengan beberapa lembaga.

SEMANGAT: Meski terjatuh dan bola susah ditendang, anak-anak tetap semangat.

Amir dan Lia menyelenggarakan lomba itu sebagai pecutan semangat untuk anak-anak desa. Mereka memanfaatkan momen agustusan, untuk menarik perhatian anak-anak agar mau mengikuti.

Sekitar pukul 16.30 WIB, di bawah matahari yang tertutup daun pohon mangga lapangan dadakan dibuat di halaman Rumah Baca Cahaya. Lapangan itu tidak terlalu lebar, namun cukup bagi anak-anak yang terbagi menjadi dua tim dengan masing-masing tiga anak laki-laki

Sebelumnya, babak penyisihan sudah dilaksanakan pada Jumat. Sabtu itu, perlombaam untuk menentukan juara satu.

Mereka menggunakan daster yang tergantung di pohon mangga setelah digunakan pada babak penyisihan. Bahkan, beberapa ada yang meggunakan kerudung. Ibu-ibu yang menonton tertawa, melihat aksi kocak anak laki-laki itu.

Gelak tawa penonton seolah menjadi sumber semangat dua tim yang akan bertanding. Begitu peluit dibunyikan, bola dilempar ke atas. Pertandingan dimulai. Satu babak memerlukan waktu 15 menit. Perlombaan itu membutuhkan dua babak.

Amir ikut bertanding. Penonton bukannya tegang, tetapi justru tertawa melihat tim yang harus menyingsing daster demi menyepak bola. Bahkan beberapa pemain harus jatuh tersungkur, sebab daster mereka terinjak. Bukan kesakitan, gelak tawalah yang mereka dapatkan.

Keseruan tak hanya sampai disitu. Beberapa menit berlalu, panitia akan membunyikan musik. Itu tanda pemain harus joget dan menjeda permainannya. Gelak tawa kembali terdengar.

Permainan usai dengan membuahkan satu tim yang berhasil menang. Skor tercetak 4-1. Meski hanya untuk seru-seruan, tim yang menang tetap mendapatkan tepuk tangan dan ucapan selamat.

Nur Lia, salah satu panitia mengatakan perlombaan itu sesuai dengan harapannya. Ia menginginkan agar semangat tumbuh pada anak-anak. "Kami juga ingin agar masyarakay tahu, bahwa rumah baca tidak hanya kegiatan membaca saja. Tapi juga bisa seru-seruan," katanya.

Nur Lia dan panitia lainnya membutuhkan waktu dua mingguan untuk mempersiapkan lomba itu. Ide menggunakan daster, berawal dari dirinya yang mencari-cari lomba yang untuk dan lucu. "Yang menghibur juga, pokoknya bermakna bagi anak-anak," tuturnya.

Ia berharap keseruan lomba itu menjadi penumbuh semangat bagi anak-anak, agar terus datang ke Rumah Baca Cahaya. (alv/why)


Share to