Air Terjun Kali Pedati, Panorama Indah di Lereng Gunung Argopuro

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Sunday, 06 Feb 2022 17:32 WIB

Air Terjun Kali Pedati, Panorama Indah di Lereng Gunung Argopuro

SEGAR: Panorama Air Terjun Kali Pedati di Desa Kalianan, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo sangat mempesona. Pengunjung pun betah berada di lokasi tersebut, apalagi cuacanya dingin.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Wisata Air Terjun Kali Pedati merupakan wisata alam yang terletak di Desa Kalianan, Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo. Wisata ini menyuguhkan udara yang bersih dengan pemandangan alam serta air terjun yang menyegarkan.

Akhir pekan lalu, wartawan tadatodays.com berkesempatan mengunjungi air terjun yang lokasinya dari Kota Kraksaan berjarak sekitar 37 kilometer tersebut. Butuh waktu sekitar 100 menit untuk sampai di lokasi. Namun, pengunjung harus jalan kaki sekitar 1 kilometer dari tempat parkir kendaraan, menuju tempat wisata tersebut.

Dalam perjalanan yang sedikit menanjak itu, pengunjung disuguhi pemandangan alam yang masih terjaga. Aliran sungai yang jernih, membuat siapapun yang berkunjung tergoda untuk mandi. Selain itu, tebing-tebing di perbukitan yang menjulang, semakin membuat pengunjung terpesona.

Meski Lelah setelah berjalan kaki, namun terbayar lunas ketika sampai di lokasi air terjun tersebut. Sejauh mata memandang, air terjun tersebut seolah turun dari langit. Aliran sungainya jernih ditambah hawa dingin pegunungan membuat hati terasa damai. Pengunjung semakin betah di kawasan air terjun, karena sudah dilengkapi Gazebo.

Ketua Pengelola Wisata Air Terjun Kali Pedati Abu Sofyan mengatakan, nama Air Terjun Kali Pedati diambil dari nama sungai itu sendiri. Konon, aliran sungai tersebut merupakan jalur kereta kencana milik Dewi Rengganis, putri Raja Majapahit Prabu Brawijaya.

PANORAMA ALAM: Tidak hanya menikmati air terjun dan kali pedati, pengunjung juga bisa memanfaatkan lanskap tebing yang indah untuk foto-foto. Pemandangan alam di lokasi tersebut masih alami dan terjaga keindahannya.

Dikisahkan, saat itu Dewi Rengganis melakukan perjalanan ke puncak Gunung Argopuro, yang sebagian wilayahnya kini masuk Kabupaten Probolinggo. Hanya saja pada saat menanjak, persis ditempat air terjun itu, keretanya terjatuh hingga rusak parah. Sedangkan Dewi Rengganis berhasil sampai ke puncak dari air terjun itu.

Pria kelahiran 15 Mei 1992 itu mengatakan, selama ini kawasan tersebut memang belum tersentuh untuk dikembangkan sebagai potensi wisata. Hingga akhirnya, ia bersama kelompok pemuda desa yang berjumlah 30 orang, mempunyai ide untuk menjadikan Kali Pedati sebagai wisata alam.

Pertama kali yang mereka lakukan adalah mbabat alas, dengan membersihkan semak belukar dan membuat jalan setapak menuju air terjun. Setelah selesai, mereka langsung menjadikan wisata ini menjadi tempat tongkrong mereka. Hingga akhirnya pada 15 Agustus 2019, tempat wisata ini resmi dibuka.

Ternyata, dibukanya tempat wisata itu menarik minat warga desa. Biasanya saat berakhir pekan berlibur ke liar desa, mereka kini melepas penat di air terjun tersebut. Hingga akhirnya, pemerintah desa setempat berpartisipasi dalam membangun tempat wisata itu.

Kini, telah dibangun gazebo untuk tempat duduk atau istirahat dan kamar mandi lengkap dengan toilet yang bisa dimanfaatkan pengunjung. “Saat ini sudah ada 4 gazebo,” tutur ayah satu anak itu.

Untuk menikmati air terjun ini, setiap pengunjung hanya dikenakan biaya Rp 5 ribu. Bagi yang ingin berkemah, maka setiap pengunjung hanya cukup membayar Rp 10 ribu saja. Kendaraan bisa dititipkan ke tempat parkir atau di rumah warga. “Untuk jasa penitipan seikhlasnya,” ujarnya. Meski hanya seikhlasnya, ia menjamin aman.

BERKEMAH: Bagi yang suka camping, lahan yang luas di kawasan air terjun cocok untuk sekedar melepas penat dengan bermalam. Pengelola pun menjamin lokasi tersebut aman untuk kegiatan berkemah.

Perlu Perbaikan Fasilitas Primer

DENGAN semakin banyaknya pengunjung, maka air terjun Kali Pedati perlu menyediakan fasilitas yang memadai. Terutama ketika akhir pekan, pengunjung bisa sampai 100 orang. Setelah memiliki tempat parkir, gazebo, kamar mandi, dan toilet, sejumlah fasilitas lain juga mendesak untuk dipenuhi.

Di antaranya, akses jalan yang memang paling dibutuhkan. Dengan membuka akses jalan, maka kendaraan bisa lebih dekat ke lokasi wisata. Rest area juga perlu pembenahan. Keberadaan gazebo selama ini belum cukup dikatakan layak untuk sebuah tempat wisata. “Sementara, dari pendapatan karcis masuk belum cukup untuk perbaikan,” katanya.

Setiap bulan, pendapatan wisata hanya sekitar Rp 3 juta. Tentu, itu tak cukup membiayai operasional, apalagi harus membayar jasa pengelola yang mencapai 30 orang. “Karena itu kami sepakat untuk kerja sosial, tidak dibayar,” terangnya. “Pendapatan wisata fokus pembenahan yang ringan-ringan,” imbuhnya.

Karenanya, ia berarap kepedulian pemerintah desa setempat atau Pemkab Probolinggo agar lokasi wisata tersebut lebih optimal. Termasuk jika ada perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). (zr/sp)


Share to