Amir, Penebar Literasi Anak Desa Terpencil

Alvi Warda
Alvi Warda

Sunday, 24 Apr 2022 07:24 WIB

Amir, Penebar Literasi Anak Desa Terpencil

LITERASI: Amir (jaket biru) akan terus menjadi penggiat literasi tanpa mengenal tempat. Meski domisilinya saat ini berada di Kecamatan Tongas, namun ia tetap akan mengajar anak-anak di Desa Pohsangit Tengah, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Nama lengkapnya Amir Hamzah. Pemuda 23 tahun ini menjadi penggiat literasi untuk anak kecil di Desa Pohsangit Tengah, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo. Namun, ia saat ini tinggal di Kecamatan Tongas. Karena itu, Amir rela menempuh perjalanan satu setengah jam, demi mengajar anak-anak di desa terpencil.

Wartawan tadatodays.com menemui Amir di “Rumah Baca Hasilkan Karya”, pada Kamis sore (7/04/2022). Amir mendirikan rumah baca itu pada November 2021. Rumah baca itu terlihat sederhana. Namun bagi Amir, tempat bukan menjadi masalah. Selama kebutuhan literasi terpenuhi, itu sudah cukup.

Tentu saja, beberapa hal memang butuh perjuangan lebih. Amir bercerita, awal mula ia membangun rumah baca itu murni dari hasil keringatnya. Ia berjualan es di SPBU JL. PROF. Hamka, Kademangan, Kota Probolinggo.

Pernah ia menjual kerang saat musim kerang di pantai dekat rumahnya. Ia berfikir, apapun akan dijualnya, selama halal dan bisa mendapatkan rejeki.

Namun, Amir yang juga seorang mahasiswa semester 8 di Universitas Negeri Surabaya ini tidak mengenal letih. Baginya, anak-anak desa itu tak boleh bernasib sama dengannya. Sebab, itulah yang menjadi inspirasinya membangun rumah baca.

Amir, terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Sehingga harus berjuang sendiri mendapatkan pendidikan. Ia berharap, anak-anak yang ia ajari saat ini hanya cukup memikirkan ilmu saja, bukan malah memikirkan biaya. “Rumah ini nantinya, anak-anak bisa merasakan sekolah yang tidak terbatas dalam literasi,” ujarnya.

Di rumah baca, Amir ditemani oleh seorang partner. Namanya Kak Lia. Amir dan Lia membuka bimbel atau bimbingan belajar gratis bagi anak desa yang membutuhkan. Ada sekitar 15 anak yang bergabung di rumah baca.

Selain bimbel gratis, ada pula pengembangan motorik. Seperti yang Amir dan Lia lakukan pada sore itu. Anak-anak mengelilingi mereka berdua. Mereka terlihat semangat, walau sedang berpuasa. “Ada bimble gratis. Anak-anak itu rakus ilmu. Setiap buku yang datang, langsung dibaca,” lanjutnya.

Pengembangan motorik anak, Amir siasati dengan melakukan beberapa permainan. Seperti Puzzle Box. Anak-anak akan menyusun puzzle yang beracakan, menjadi sempurna.

Untuk menunjang literasi sendiri, ada sederet buku berjejer di rak. Mulai dari buku sains dan fiksi, seperti komik. Buku-buku itu selain Amir beli sendiri, beberapa kali ia mendapat donasi dari teman maupun orang dermawan yang tak dikenalnya.

Amir becerita, awalnya rumah baca tak memiliki rak buku. Ia membawa tas besar untuk wadah buku, dari tempat tinggalnya ke rumah baca. Seiring berjalannya waktu, kini sudah tersedia rak buku, sehingga anak-anak bisa menemukan buku favoritnya dengan mudah.

Ia berharap bisa terus melihat semangat anak Desa Pohsangit Tengah. Amir sangat bersyukur bisa mengabdi dan berguna untuk masyarakat. Ia bermimpi, bisa membangun rumah baca di desa yang lebih terpencil. Agar keseimbangan literasi anak desa dan kota bisa dikatakan seimbang.

Amir juga membuka pintu lebar bagi masyarakat yang ingin membantu dirinya. Baik secara jasa maupun materi. Sehingga pengabdiannya bisa terus lanjut, dalam penunjangan literasi.

Tak lupa ia juga mengajak para pegiat literasi lainnya untuk melihat kondisi minat baca di desa-desa terpencil. Karena baginya, kalau bukan orang yang memiliki kesadaran pentingnya literasi yang bergerak, maka siapa lagi?.

“Mohon untuk pegiat literasi, penulis, ayok kita ke pelosok. Coba kita lihat, kayak apa minat bacanya. Kalau sejak dini literasinya terasah, maka ada harapan untuk masa depan yang cemerlang,” ungkapnya. (alv/don)


Share to