Antena dari Bahan Bekas, Kemampuan Canggih, Karya Ahyerul

Alvi Warda
Alvi Warda

Sunday, 15 Jan 2023 21:16 WIB

Antena dari Bahan Bekas, Kemampuan Canggih, Karya Ahyerul

KREATIF: Ahyerul Anam, pria asal Desa Kareng Kidul, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo yang membuat antena dari bahan bekas.

“Teman saya nyuruh buat, ya sudah saya coba buat. Ternyata bisa,” ucap Ahyerul Anam, pria asal Desa Kareng Lor Kab. Probolinggo yang membuat antena dari bahan bekas.

--------------------

KERESAHAN ternyata bisa menjadi sumber kreatifitas. Apalagi, dengan adanya kemauan dan niat menolong sesama. Ini seperti menjadi mantra hidup bagi Ahyerul Anam, warga Dusun Petung, Desa Kareng Kidul, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo. Pria 37 tahun ini bisa membuat antena televisi dari bekas tutup kipas angin.

Ahyerul memang sudah terbiasa membuat barang bekas menjadi benda produktif. Namun tahun ini ia menciptakan sesuatu yang bisa menyelesaikan keresahan para tetangga dan kerabatnya.

Akhir Desember 2022 lalu, masyarakat Probolinggo sedang resah. Mereka dihadapkan kebijakan Analog Switch Off (ASO) oleh pemerintah pusat. Dengan kebijakan itu, masyarakat tidak bisa lagi menyaksikan siaran televisi analog. Siaran televisi bermigrasi ke digital, dan untuk menyaksikannya, masyarakat harus menggunakan set top box (STB).

Masalah baru pun muncul. Setelah membeli set top box, ternyata siaran televisi digital susah didapat. Beberapa orang mencurahkan keluhan di media sosial, bahwa mereka tidak bisa menikmati beberapa kanal favorit mereka. Inilah yang menjadi ide awal bagi Ahyerul.  Ia memiliki solusi cemerlang untuk menyelesaikan susahnya mendapat sinyal televisi digital dengan membuat antena dari barang bekas.

BAHAN BEKAS: Antene penangkap siaran televisi digital bikinan Ahyerul. Bisa menjadi pengganti set top box.

Kepada tadatodays.com, Minggu (8/1/2023) pagi, Ahyerul bercerita, ide membuat antena ini sudah lama ia miliki. Namun, ide itu hanya ia pakai untuk televisi pribadinya. Baru setelah banyak warga terutama tetangga, teman dan kerabatnya resa, ia membuatkan antena kreatif itu.

Awal mulanya, sekitar lima tahun yang lalu Ahyerul mengalami hal yang tidak terduga. Ia membeli sebuah antena untuk televisi analog di toko. Namun, antena itu hanya bisa menangkap sinyal tiga kanal televisi.

Lalu, ia bercerita pada seorang temannya. Kemudian, temannya itu memberi tahu bahwa ada cara sederhana yang bisa menangkap banyak sinyal kanal televisi. Itu adalah antena berbahan tutup kipas angin. Dari sanalah, ia kemudian mencoba seperti yang temannya ceritakan.

Ternyata, berkat iseng namun tekat, Ahyerul berhasil membuat antena berbahan tutup kipas angin bekas. Tak hanya untuknya, kini kreatiftasnya itu tersalurkan dan bermanfaat bagi sekitarnya.

“Teman saya nyuruh buat, ya sudah saya coba buat. Ternyata bisa,“ kata pria yang sehari-harinya bertani di sawah itu.

Bahan penting antena itu adalah satu sisi bekas tutup kipas angin. Fungsinya, untuk menyaring tangkapan sinyal kanal televisi digital. Sehingga, tampilan di televisi pengguna tampak jernih. Jadi, tak perlu khawatir menonton televisi dengan gambar yang masyarakat nyebutnya “dipenuhi semut”.

Kedua, adalah potongan antena. Disini, Ahyerul membutuhkan dua tangkai potongan antena, masing-masing masih terekat dua batang alumuniumnya. Tentu saja, fungsi antena ini untuk menangkap sinyal televisi digital.

Bahan selanjutnya adalah paralon kecil. Sebagai gagang atau penancap antena pada galah. Paralon ini sebetulnya bisa diganti dengan kayu. “Tapi kalau pakai kayu, itu ndak rapi dan tidak awet,” ujar seorang ayah dari satu anak perempuan itu.

Lalu, ia juga membutuhkan kabel. Kabel 1 meter itu untuk menyambung antena pada televisi. Selanjutnya sebuah galah, yang panjangnya 10 sampai 12 meter. “Barang-barang ini tidak usah dibeli di toko. Paling hanya beli paralon. Orang desa itu biasanya udah punya,” ucapnya sambil merakit antena buatannya.

Sembari duduk di depan rumahnya, Ahyerul memperlihatkan bagaimana membuat antena itu. Dengan tangan kosong, Ahyerul membutuhkan waktu 10 menit untuk menyulap barang bekas menjadi antena.

Pertama-tama, ia menyambung paralon T dengan paralon sepanjang 10 sentimeter. Kemudian di ujung paralon itu, Ahyerul merekatkan dua potongan antenanya, pada paralon itu dengan sebuah mur baut. Selanjutnya, ia menyambungkan kabel pada baut itu.

Setelah itu, ia memasang tutup kipas anginnya dengan memasukkan paralon ke lubang tengah kipas angin. Kemudian ia merekatnya dengan kabel karet. “Nah, kabelnya dipasang dari atas. Supaya kalau hujan airnya tidak mengalir ke kabelnya. Jadi aman,” katanya. Antena buatan Ahyerul siap dinaikkan ke atas genteng.

Pembuatan antena pada Ahyerul bisa didapat secara gratis. Sebab, selama ini, ia hanya melayani tetangga, teman dan kerabatnya. Terlihat, beberapa antena di Dusun Petung Desa Kareng Kidul itu menggunakan antena buatan Ahyerul.

Windy Lidya Syifa misalnya. Ia menggunakan antena buatan kakaknya itu. “Pas lagi ramai-ramainya harus pakai set top box itu, saya susah dapat sinyal. Akhirnya sama ibu itu disarankan pakai antena buatan kakang (Kakak, red),” ucap wanita berusia 22 tahun itu.

Ternyata, televisinya bisa menangkap kanal digital lebih lengkap. Ia bisa menonton sebanyak 30 kanal lebih. Akhirnya, ia sudah tidak resah dan bisa menikmati tontonan favoritnya. (alv/why)


Share to