Bangun Kolam Pancing, Kades Bengkak Tuai Protes

Dian Cahyani
Dian Cahyani

Sunday, 19 Jan 2020 21:43 WIB

Bangun Kolam Pancing, Kades Bengkak Tuai Protes

PROTES: Warga Desa Bengkak menolak pembangunan kolam pancing di area mangrove. Tampak, Mobil ekskavator atau Bego menghentikan aktivitasnya. (foto: dian cahyani/tadatodays.com)

BANYUWANGI, TADATODAYS.COM - Suasana Desa Bengkak tengah memanas. Penyebabnya, masyarakat tak setuju dengan program kepala Desa Bengkak yang baru menjabat. Yaitu, membangun kolam pancing di area mangrove. Warga juga berang karena rencana pembangunannya tidak melibatkan mereka.

Kronologi kejadian bermula pada Kamis (16/01), saat sebuah mobil ekskavator datang ke Dusun Possumur, Desa Bengkak. Kedatangan alat  berat yang kerap disebut bego itu membuat warga terheran-heran. Hingga keesokan harinya, rumor pembuatan kolam pancing tiba-tiba santer terdengar di masyarakat.

Masyarakat yang menentang rencana Mustain, Kepala Desa Bengkak pun mulai bermunculan.  Menanggapi isu semakin santer, Mustain memutuskan untuk menggelar rapat yang melibatkan warga setempat, Para Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas), pihak camat serta dari Dinas Perikanan.

Di sana, Mustain menjabarkan soal rencana wisata yang ia canangkan. Dalilnya untuk membuka objek wisata baru mendapat penolakan secara berjamaah. Usai tarik-ulur beberapa lama, akhirnya kepala desa menyatakan menyerah atas program pembangunan kolam pancing tersebut.

Masyarakat setempat menilai keputusan membuka wahana wisata tersebut terlalu terburu-buru dan tidak melihat aspek lingkungan. Apalagi jarak kolam ikan yang akan dibangun hanya 100 m dari bibir pantai. “Ini kan 100 m dari bibir pantai, rawan abrasi. Nanti, airnya masuk keperkampungan. Pasti membahayakan warga sini,” kata ahmad Fauzan, salah satu warga Dusun Possumur, Desa Bengkak.

Ahmad Fauzi menambahkan bahwa, wilayah yang hendak dijadikan tempat pembangunan kolam pancing itu sebelumnya bakal dijadikan tempat bibit mangrove. “Kalo lahan ini mau dijadikan kolam, kan penyempitan. Terus mau ditaruh dimana bibit mangrove-nya?”

Pokmaswas menegaskan kembali bahwa keberadaan mangrove bertujuan untuk menormalisasi alam. Bukan untuk wisata. “Maunya begini, mereka maunya lari ke wisata. Sedangkan ini mangrove bukan untuk wisata, tapi untuk menahan angin, abrasi, penebalan mangrove. Kan namanya konservasi ada pengunjung kita terima, itu bonus. Mengelola mangrove lima belas tahun belum tentu bisa bisa menjamin kestabilan lingkungan daerah pantai loh,” jelas Ahmad Fauzi. (dee/hvn)


Share to