Bertahan di Masa Pandemi, PTT Satpol PP Probolinggo Sukses Jalankan Usaha Jajanan Sambil Tetap Bertugas

Hilal Lahan Amrullah
Hilal Lahan Amrullah

Thursday, 29 Oct 2020 21:14 WIB

Bertahan di Masa Pandemi, PTT Satpol PP Probolinggo Sukses Jalankan Usaha Jajanan Sambil Tetap Bertugas

CANTIK: Puding buatan Iga Mawarni untuk konsumennya yang sedang berulang tahun. Ibu dua anak ini menekuni usaha pembuatan puding sambil tetap menjalankan peran sebagai staf di Kantor Satpol PP Kota Probolinggo.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Pandemi covid-19 memukul perekonomian secara umum. Karena itu, demi dapur yang terus mengepul tak sedikit yang coba membuka usaha makanan-minuman (mamin). Termasuk Iga Mawarni, salah satu pegawai tidak tetap (PTT) Satpol PP Kota Probolinggo.

Iga menawarkan jajanan puding dalam berbagai varian rasa dan bentuk yang memanjakan mata. Ibu dua orang anak ini membuktikan diri sukses mengelola bisnis puding dengan masih menjalankan tugas sebagai staf Satpol PP Kota Probolinggo.

Adapun usaha jajanan puding, itu bermula dari hobinya membuat jajanan di dapur. Youtube dan instagram menjadi inspirasi resep jajanan puding tersebut. Selanjutnya ia mencoba dan mencoba. “Awalnya saya sering bawa puding coklat lumer ke kantor dan dimakan oleh teman-teman kantor. Itu dimulai pada Bulan Mei 2019. Terus saya posting di Whatsapp. Hanya untuk pamer saja, bukan promosi," ceritanya.

Wanita berkerudung ini mengaku memiliki hobi membuat kue. "Biasanya ada keluarga yang ulang tahun, saya yang bikin puding. Kemudian tambah-tambah yang minta tolong dibuatin. Ibu dan nenek saya dulu tukang masak catering PLTU Paiton,” terang Iga Mawarni, warga Perum Kopian, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo ini.

Selanjutnya ia mulai buka pesanan (open preorder) yang terbatas hanya tiga hari. Saat awal usahanya, sedikitnya 40 puding laku. Harganya saat itu hanya Rp 12 ribu per buah. “Saya tidak menyangka. Awalnya saya masih punya satu panci dan beli bahannya pun sedikit. Sekarang yang beli puding minimal satu pak, tidak diecer lagi,” ungkapnya.

Sementara ukuran puding ala Iga Mawarni tersedia enam ukuran. Yaitu puding diameter 15 sentimeter, 18 sentimeter, 20 sentimeter, 22 sentimeter, 24 sentimeter, dan 26 sentimeter. Sedangkan topingnya tersedia coklat, buah, marsmallow, karakter sesuai permintaan pelanggan dan sebagainya. Harganya bervariasi mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu. “Harga sesuai ukuran dan model toping. Kalau toping menggunakan karakter, saya beli. Saya tidak bisa buat karakter, seninya yang mahal. Usaha puding saya semakin besar di perjalanan, alhamdulillah,” jelasnya.

Kendalanya adalah saat pengiriman. Pasalnya puding harus dikirim dengan jasa pengiriman yang dilakukan dua orang kurir yang berboncengan. Terkadang karena kurang rapat sehingga puding terkena angin. Atau puding dikirim oleh kurirnya dengan kecepatan tinggi. Sehingga mudah berantakan topingnya. “Alhamdulillah konsumen sadar, dan topingnya bisa ditata ulang sendiri, karena agak geser,” terangnya.

Konsumennya juga tidak sedikit yang berasal dari luar kota. Seperti dari Bekasi yang order untuk dikirim ke keluarganya di Kota Probolinggo. Omzetnya pada hari kerja rata-rata sebesar Rp 600 ribu per hari. Sedangkan pada Sabtu-Minggu ia pernah mendapat omzet hingga Rp 700 ribu per hari. Angka omzet tertinggi yang pernah ia peroleh mencapai Rp 1 juta hingga Rp 1,2 juta perhari. “Karena waktu saya memang terbatas. Saya menekuni dua-duanya, yaitu usaha dan tugas sebagai staf Satpol PP. Saya sebagai PTT sejak Tahun 2013. Puding saya mendapat masukan dari teman-teman kantor, apakah kebanyakan susu, atau membikin puding model lainnya, seperti puding pisang. Ternyata rasanya sepat. Kalau tidak ada teman kantor, ya tidak sebesar ini,” tuturnya.

Puding buatannya menurutnya selain murah, juga menyehatkan. Apalagi di masa pandemi, warga dituntut menjaga imun. Selama pandemi, usahanya sempat tutup dua bulan pada PSBB. Saat PSBB, harga buah anggur merah merangkak naik Rp 150 ribu. “lalu saya ganti dengan buah yang lebih murah topingnya. Setelah PSBB longgar, harga buah normal. Dan di masa pandemi semakin berkembang,” jelasnya.

Kendalanya adalah jam kerja yang tidak menentu. Terkadang ia baru lepas tugas pukul 21.00, terkadang pukul 06.00. cara bagi waktu yaitu saat anak tidur usai belajar, ia mulai membuat puding. “Setelah saya mengaduk adonan, saya taruh kulkas. Paginya saya menghias pudingnya,” tutupnya. (hla/hvn)


Share to