Bila Tuna Netra Probolinggo Raya Belajar Jurnalistik dan Sosial Media

Alvi Warda
Tuesday, 25 Mar 2025 20:39 WIB

AUDITORI: Pertuni Probolinggo Raya saat menyimak materi yang dikemas dengan diskusi melingkar.
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Persatuan Tuna Netra (Pertuni) Probolinggo Raya ingin memiliki kemampuan mengelola sosial media, terutama untuk menyuarakan aspirasi maupun aktivitas-aktivitas positifnya. Untuk itu, mereka belajar khusus tentang prinsip dasar jurnalistik dan seluk beluk sosial media.
Selasa (25/3/2025) sore, bertempat di halaman sekretariat Pertuni Probolinggo di Jalan Kolonel Sugiono, Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo mereka berkumpul. Materi prinsip dasar jurnalistik dan sosial media disampaikan oleh Pemimpin Redaksi tadatodays.com Imam Wahyudi.
Pemaparan materi dikemas santai, dalam forum diskusi melingkar. Imam wahyudi mengenalkan prinsip dasar jurnalistik, dari 5 W + 1 H, prinsip cover both side dan balancing, hingga pemilihan angle atau perspektif. "Maknanya kita harus selalu berusaha memunculkan dua kubu yang bersinggungan," ujarnya soal prinsip cover both side.
Selain prinsip dasar jurnalistik, Pertuni Probolinggo Raya juga diberi bekal tentang ilmu presenting. Lantaran Pertuni Probolinggo hendak “bermain” podcast di sosial media, Imam Wahyudi menyebut prasyarat menjadi presenter atau host kini semakin cair.
"Fisik, camera-face, tidak lagi menjadi prasyarat bagi presenter atau host podcast. Yang dipentingkan sekarang itu kemampuan membawa perbincangan agar terus menarik disimak. Mampu membangun ritme perbincangan, ada jenakanya, mampu menggali melalui pertanyaan-pertanyaan mendalam…” katanya.

Selanjutnya, dari materi yang telah diberikan hari itu akan dipraktikkan, pada pertemuan lanjutan, Kamis (27/3/2025) sore. Di sekretariatnya, Pertuni Probolinggo sudah memiliki peralatan podcast yang bisa digunakan. Ada kamera, mikropon, mixer audio dan komputer.
Andy Purwantom salah satu disabilitas tuna netra mengatakan sangat bersemangat belajar jadi reporter. "Awalnya kami senang membuat podcast, obrolan santai dan diunggah di youtube kami," ucapnya.
Andy ingin membantah stigma masyarakat, bahwa disabilitas netra tidak bisa melakukan hal yang dilakukan orang dengan penglihatan normal. "Yang selama ini terjadi di masyarakat bahwa kami (tuna netra, red) tidak bisa ngapa-ngapain. Bahwa kami bisa melakukannya. Kami mau belajar agar bisa jadi reporter," katanya.
Selama ini, melalui kanal youtube Pertuni Probolinggo Raya, mereka mengunggah hasil karya mereka. "Namun isinya santai, bukan produk jurnalistik. Melalui diskusi tadi, kami ingin belajar jadi reporter yang benar itu bagaimana," ujarnya.
Pertuni bahkan sudah menyusun struktur redaksi. Seperti editor, tim kreatif, dan produser. Menurut Andy, mereka akan didampingi relawan yang selama ini membantu mereka. "Kalau editor, kami dibantu relawan. Harapannya bisa melakukannya sendiri, sembari didampingi," tuturnya. (alv/why)





Share to
 (lp).jpg)