Bocah 6 Tahun di Probolinggo Alami Busung Lapar, Tinggal di Gubuk Bersama 6 Orang

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Monday, 07 Jun 2021 15:50 WIB

Bocah 6 Tahun di Probolinggo Alami Busung Lapar, Tinggal di Gubuk Bersama 6 Orang

KEMISKINAN: Sholehudin, berusaha tersenyum untuk menghibur Kafi yang terbaring karena busung lapar yang dideritanya.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM -  Muhammad Asabul Kafi, bocah usia 6 tahun, warga Dusun Krajan, Rt 01 Rw 01, Desa Randumerak, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, merupakan nak dari pasangan suami istri Muhammad Solehudin, 33, dan Ririn Fatmala Santi, 27. Kafi, kini menderita penyakit busung lapar.

Karena penyakitnya itu, ia harus terbaring lemas di tempat tidurnya. Harusnya, anak seusianya itu sudah bisa bermain, bahkan sudah bisa merasakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ataupun Taman Kanak-kanak (TK).

Saat tadatodays.com berkunjung ke tempat tinggal Kafi, terlihat orangtua Kafi sibuk untuk mengurus Kafi, mulai memberi makan hingga mengajaknya berbicara meski Kafi tidak bisa berbicara. Sedangkan nenek Kafi, sibuk untuk memasak di tungku api di belakang rumahnya yang dijadikan dapur, namun tanpa pelindung dari panas dan hujan.

Di dalam rumahnya itu, terlihat beberapa ranjang yang terbuat dari bambu. Ranjang tersebut dibagi untuk ditempati sebagai tempat tidur, ada juga yang ditempati sebagai peralatan dapurnya. Namun tidak nampak satupun lemari yang digunakan untuk tempat pakaian.

Muhammad Sholehudin, orangtua Kafi mengaku kalau penyakit anaknya itu sudah diderita sejak kelahirannya. Saat itu, istrinya melahirkan di bidan desa setempat. Hanya saja, saat pertama dilahirkan belum ada tanda-tanda kelainan itu.

Namun kecurigaan muncul setelah beberapa hari anaknya mengalami penurunan kesehatannya. Ia pun memeriksakan ke dokter, dan dokter mengatakan kalau Kafi mempunyai penyakit busung lapar.

Karena tak mempunyai biaya, ia justru mengobati anaknya dengan pengobatan alternatif, yakni diobati ke dukun ataupun tukang pijet yang ada di sekitar rumahnya. "Hampir putus asa," katanya.

Karena pengobatan alternatif juga butuh biaya, ia terpaksa menjual rumah yang ia tempati bersama dengan 5 orang keluarganya yakni, ibunya (nenek Kafi), adiknya, ponakannya, istrinya, dan Kafi. Ia membangun gubuk kecil berukuran 4x5 meter itu di tanah pengairan setempat.

Hasil dari penjualan rumah tersebut ia gunakan untuk berobat putra keduanya itu. Sebelumnya, ia juga pernah mempunyai seorang putra bernama Reza Aditya Putra. Namun kakak dari Kafi itu meninggal dunia setelah umurnya genap satu tahun, dengan penyakit yang sama dengan Kafi. Yakni busung lapar. "Jangankan untuk berobat, biaya untuk makan saja repot," ujar pria yang bekerja sebagai pemulung ini.

Sholehudin mengaku, sampai saat ini tidak tidak ada perhatian dari Dinas Kesehatan, puskesmas, ataupun bidan desa setempat. Padahal kondisi anaknya semakin hari semakin menurun. Sempat sesekali ia mengikuti posyandu, dan dari posyandu itu diberi bantuan susu. "Saya berharap ada perhatian dari pemerintah," katanya.

Penderitaan Kafi itu juga dibenarkan oleh tetangganya, Zaini, 57. Ia juga menjelaskan kalau keluarga Zainudin harus menjual rumah dan tinggal di gubuk lantaran krisis keuangan akibat dari banyaknya biaya pengobatan. Ia juga menerangkan kalau tidak pernah melihat petugas kesehatan yang datang untuk memberikan bantuan kesehatan untuk Kafi. "Nyambangi saja tidak pernah," kata pria yang juga sebagai ketua Rt setempat. (zr/don)


Share to