Budidayakan Matoa Papua, Optimistis Bakal Jadi Jujugan Wisata Petik Buah

Udin Asnawi
Udin Asnawi

Sabtu, 12 Jan 2019 09:09 WIB

Budidayakan Matoa Papua, Optimistis Bakal Jadi Jujugan Wisata Petik Buah

ASLI PAPUA : Buah Matoa yang dikembangkan di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, memiliki rasa buah yang sangat enak dan legit. Perawatannya pun mudah karena tidak membutuhkan kondisi tanah tertentu.

SUKOREJO - Buah Matoa yang banyak tumbuh di Papua kini bisa didapatkan di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan. Buah yang memiliki nama latin Donetia Pinnata/ Pometia Pinnata itu mulai dikembangkan tahun 2014 silam.

Saat ini Kecamatan Sukorejo terus melakukan pendistribusian bibit buah matoa. Jika tahun kemarin ada sekitar 5.500 bibit yang telah didistibusikan, tahun ini mencapai 5.800 bibit. “Seluruhnya disebar di 19 Desa di Kecamatan Sukorejo,” ujar Camat Sukorejo, Diano Vela Very Santoso.

Lelaki yang akrab dipanggil Diano ini optimistis, buah matoa akan berdampak besar bagi masyarakat sekitar. Sebab, selain rasa buah yang sangat enak dan legit, cara perawatannya-pun tidak sulit karena tidak membutuhkan kondisi tanah tertentu.

“Bahkan, bibit yang ditanam dan yang disebar kini mulai tumbuh besar. Sudah ada yang berbuah. Saya tetap yakin dan fokus, gerakan Matoanisasi akan berdampak positif  pada saatnya nanti,” tegasnya.

Diano menjelaskan, matoa memiliki bentuk buah bulat lonjong seperti buah pinang atau Telur Puyuh. Matoa muda berwarna hijau kekuningan dan akan berubah warna menjadi coklat kehitaman saat matang sempurna. 

“Disamping itu, kulit arinya putih bening melekat pada biji, manis dan harum. Selain rasa manis pada buahnya, matoa juga mempunyai manfaat yang bernilai ekonomi mulai dari kayu, buah, bahkan daunnya," jelasnya.

Kayu pohon matoa sangat kuat dan bagus untuk dijadikan tiang bangunan, lantai, kusen, perahu dan kerajinan atau mebel. Disebut memiliki kualitas setara dengan kayu eboni dan jati, kayu matoa banyak diburu.

Harga buah matoa perkilonya bisa mencapai Rp 80.000. “Jadi sangat cocok untuk membantu peningkatan perekonomian masyarakat. Informasi terbaru dari komunitas perajin batik Matoa, daunnya per kilo dihargai Rp 25.000,”terangnya.

Di kalangan masyarakat, nama matoa sendiri memang belum sepopuler mangga, apel atau durian. Akan tetapi akhir-akhir ini, buah matoa banyak dicari masyarakat karena rasanya yang  khas. Perpaduan antara Kelengkeng dengan rasa manis legit dan beraroma mirip durian, leci dan manicu

Diano yakin tanaman buah matoa akan menjadi jujugan wisata petik matoa nantinya.“Buah matoa kebetulan juga tidak mengenal musim, jadi panennya bisa terus menerus. Kalau sudah jadi Wisata Petik Matoa, maka tentu akan memberikan kontribusi tersendiri untuk Pemkab Pasuruan,” pungkasnya. (**/hvn)


Share to