Bukit Watu Geligir 99, Kotanyar Kabupaten Probolinggo, Suguhkan Pemandangan Bukit Hijau Sejauh Mata Memandang

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Sabtu, 17 Oct 2020 10:11 WIB

Bukit Watu Geligir 99, Kotanyar Kabupaten Probolinggo, Suguhkan Pemandangan Bukit Hijau Sejauh Mata Memandang

HIJAU: Pemandangan hijaunya gunung menjadi daya tarik utama Bukit Watu Geligir 99 ini. Wisatawan bisa sekedar duduk santai menikmati pemandangan atau swa foto bersama teman dan keluarga.

Eksistensi sebuah wisata tak hanya butuh perhatian pemerintah. Namun yang lebih penting kemauan warga untuk berpartisipasi menciptakan wisata itu sendiri sekaligus menjaganya. Seperti wisata Bukit Waty Geligir 99.

ZAINUR RIFAN, Wartawan Tadatodays.com

BUKIT Watu Geligir 99, merupakan wisata alam yang terletak di Dusun Alaskembang, Desa Tambak Ukir, Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo. Daya tarik utama wisata ini adalah  pemandangan bukit indah nan hijau.

Jika melihat asrinya lokasi ini, tak akan ada yang menyangka jika dulunya hanyalah sebuah hutan kecil. Kemudian hutan kecil itu dirawat dan bisa menjadi wisata alam yang menarik pengunjung. 

Pengunjung mengenal lokasi ini dengan nama Bukit Watu Geligir. Nama yang sudah sejak dulu ada. Hanya saja, agar lebih kekinian, pemuda setempat menambahkan imbuhan angka 99 di belakangnya.

Ketika tadatodays.com mengunjungi wisata ini, kami disambut hangat oleh para pengelolanya. Sesampai di parkir utama, kami dipersilahkan singgah terlebih dulu di rumah Abdul Holik, ketua atau koordinator pengelola. Kami mulai berbincang-bincang mengenai wisata yang dimotori sejumlah pemuda itu.

Menuju lokasi utama, pengunjung bisa menaiki motor. Namun sangat disarankan menggunakan motor manual, bukan matik. Menempuh jalan yang sejatinya tak panjang, kami membutuhkan waktu cukup lama. Karena jalan pegunungan itu berliku dan sempit. Setelah 15 menit, barulah kami sampai di pintu gerbang utama wisata ini.

SEDERHANA: Spot foto ini dibuat pengelola, dari bambu. Koordinator pengelola Bukit Watu Geligir 99, Holik mengatakan keterbatasan dana menjadi alasan dari sederhananya hiasan yang mereka buat.

Menurut Holik, jalan yang menguji adrenalin ini dulunya adalah sebuah hutan kecil yang ditumbuhi tanaman liar. Warga lokal menyebutnya sebagai alas. Hutan ini dibabat untuk dibuat jalan. Sehingga pengunjung bisa mengakses wisata bukit yang indah ini. Ada dua jalan untuk sampai ke pintu gerbang utama, jalan khusus pejalan kaki dan jalan khusus untuk pengendara motor.

"Itu awalnya hutan mas, kami babat. Awalnya yang ikut dua orang, lalu 9 orang. Tepat tanggal 13 Agustus 2020, kami buka dan mulai ada pengunjung mas. Untuk pengunjung kami tetap sarankan untuk jalan kaki dari parkir utama. Hanya saja banyak yang bandel, ya mau gimana lagi mas, yang penting kami sudah peringatkan," jelas pria dua anak ini.

Kata Holik, wisatawan semestinya tidak diperkenankan untuk naik menggunakan motornya hingga ke pintu gerbang wisata. Karena jalannya berkelok dan cukup berbahaya jika pengendara tak menguasai medan. Pengunjung pun disarankan parkir di bawah (parkir utama). Namun terkadang masih ada saja pengunjung yang berani untuk naik menggunakan sepedanya hingga pintu gerbang wisata. Padahal parkir utama yang di siapkan pengelola sudah cukup baik dan keamanannya terjamin.

Dari pintu gerbang, pengunjung masih harus berjalan kaki menaiki bukit. Jalan setepak ini jaraknya kurang lebih sekitar 100 meter dari pintu gerbang menuju titik wisata yang dikelola oleh 9 pemuda ini. Begitu mencapai puncak bukit, lelah dalam perjalanan terbayar dengan pemandangan alami yang disajikan.Hijaunya tumbuhan tampak sejauh mata memandang. Dari kejauhan, sesekali terlihat lutung yang bergelantungan di pohon-pohon yang mengitari bukit itu.

Hawa dingin pengunungan turut menyelimuti kulit hingga membuat teriknya matahari tak terasa menyengat. Pengunjung yang datang ke lokasi ini tak hanya wisatawan yang suka selfie dan menikmati pemandangan lalu pulang. Tapi juga pengunjung yang suka camping.

Tak heran jika pengunjung yang datang tidak hanya dari Kabupaten Probolinggo saja. Melainkan juga wisatawan dari luar daerah kabupaten setempat. Seperti Pasuruan, Situbondo dan Banyuwangi juga pernah datang mengunjungi wisata ini.

"Alhamdulilah mas, karena ada wisata ini, desa kami Tambak Ukir ini yang awalnya desa tertinggal, tidak dikenal sekarang sudah banyak dikenal. Setiap hari itu sekitar 80 orang, kalau hari libur itu bisa sampai kurang lebih 200-an lah pengunjungnya," ucapnya pada Tadaodays.com.

Untuk masuk ke wisata ini gratis. Pengelola tidak menarik karcis masuk. Hanya cukup membayar jasa penitipan sepeda / parkir seikhlasnya saja. Tujuan pembuatan wisata ini untuk membantu mendongkrak perekonomian masyarakat. Di mana masyarakat sekitar khususnya para pemuda di desanya yang  tidak lulus Sekolah Dasar (SD) bisa mempunyai pekerjaan. "Bbisa berjualan ataupun menjaga parkir," pungkasnya.

BUTUH BANTUAN: Jalan menuju lokasi indah ini menjadi salah satu yang kerap dikeluhkan pengunjung. Karena itu, pengelola wisata berharap pemerintah membantu mereka menyediakan jalan yang lebih bagus, bagi pengunjung wisata.

Pembuatan Fasilitas Dari Dana Pribadi

Meski sederhana, pengelola serius merawat Bukit Watu Geligir 99. Keseriusan mereka tampak dari sejumlah spot foto sederhana yang terbuat dari bambu.

Bambu itu dirakit sedemikian rupa agar menjadi hiasan indah melengkapi indahnya pemandangan. Juga ada beberapa tempat duduk untuk para pengunjung meski tak banyak. Alhasil, beberapa pengunjung pun memangkas waktu kunjungan karena tak mendapat bangku untuk duduk dan menikmati pemandangan.

Holik mengaku merogoh saku pribadi untuk membiayai perubahan itu. Permak perwajahan wisata mulai dari menambah hiasan bambu hingga meletakkan bangku dibiayai sendiri olehnya. Holik sendiri hanya bekerja sebagai pencari madu di hutan. Dengan hasil yang tidak menentu, dia hanya mampu menggelontorkan modal terbatas.

Sementara hasil penjagaan parkir yang diberikan oleh pengunjung, dikumpulkan ke bendahara dan dibekukan. Artinya uang yang terkumpul itu akan dibuka kalau sudah sampai satu tahun dan akan dibagikan ke setiap pengelola dalam bentuk pakaian dan barang lainnya.

"Ini uang pribadi saya mas, saya ikhlas. Niat saya ini hanya ingin membantu mendongkrak perekonomian masyarakat. Hasil parkir saja kita bekukan mas, untuk makan teman-teman. Beli paku, bambu dan lain-lain itu pakai uang pribadi saya," tutur lelaki asli Desa Alas Ukir ini.

Pemerintah desa setempat dan warga sekitar juga turut mendukung pembuatan wisata ini, namun dukungan tersebut hanya berupa support saja, bukan dukungan secara finansial. Meski begitu, ia tetap mengaku bahagia karena dukungan dari beberapa pihak ini membuat semangat teman-teman seperjuangannya ini terus berkobar.

Untuk itu ia berharap pemerintah setempat dapat terbuka hati agar bisa membantu memberikan suntikan bantuan untuk pengembangan wisata ini. Karena fasilitas dan akses jalan yang tak rata juga dikeluhkan oleh pengunjung. Seperti yang diungkapkan Karolin, salah satu pengunjung saat itu.

"Wisatanya indah mas, cuma akses jalan sama fasilitas ini yang saya rasa kurang. Harapannya kebelakang segera diperbaiki, parkirnya bisa di atas supaya pengunjung tidak jauh berjalan kaki," tandas wisatawan asal Desa Bucor Kulon, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo ini. (zr/hvn)


Share to