Cap Go Meh di Klenteng Sumber Naga, Ada Pemindahan Patung

Alvi Warda
Alvi Warda

Sunday, 05 Feb 2023 16:03 WIB

Cap Go Meh di Klenteng Sumber Naga, Ada Pemindahan Patung

PINDAH: Proses pemindahan lima rupang dewa ke bangunan utama Klenteng Sumber Naga Kota Probolinggo di perayaan Cap Go Meh.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Umat Tri Dharma di Kota Probolinggo merayakan Cap Go Meh atau akhir dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek. Cap Go Meh dirayakan di hari ke 15 dari awal tahun baru Imlek, atau Minggu (5/2/2023). Di Klenteng Sumber Naga Kota Probolinggo, dalam perayaan Cap Go Meh ada pemindahan lima Patung Dewa.

Pemindahan ini dilakukan sebab bangunan utama itu rampung dibangun setelah terbakar pada tahun 2019 lalu. Bangunan utama itu memang menjadi letak rupang atau patung dewa utama.

Adapun lima patung dewa itu ialah Kongco Tan Hu Cin Jin, beserta pengawalnya, Hok Ya. Lalu, Ji kongco yang merupakan Ajudan dan adik dari dewa Tan hi cin jin. Ada pula, Kai Lan Huang Ye dan Fu De Zen Zen (Dewa Bumi).

Perayaan Cap Go Meh pada Minggu siang 5 Februari itu diawali dengan ritual barongsai. Tiga barongsai bergantian menghormat pada tiga dewa yang menjadi kepercayaan umat Konghucu, Tao dan Budha. 

HORMAT: Tiga barongsai ikut menghormat tiga dewa yang menjadi kepercayaan umat Konghucu, Tao dan Budha. 

Para umat yang merayakan Cap Go Meh ini berseragam merah. Lampion merah juga bergantungan di masing-masing bangunan. Aroma dupa semerbak di Klenteng TITD (Tempat Ibadah Tri Darma)  Sumber Naga, yang terletak  Kelurahan Mangunharjo, Kota Probolinggo.

Setelah barongsai selesai menghormati dewa, di jidatnya ditempeli sebuah cap. Lalu, umat tri dharma bersembahyang.

Tepat pukul 11.00 WIB, pemindahan rupang atau patung dewa dilakukan. Ada tiga kloter dalam pemindahannya. Kloter pertama memindahkan rupang Kong Co dan Hok Ya. Lalu, kloter kedua memindahkan Ji Kong Co. Kemudian, kloter terakhir memindahkan Kai Lan Huang Ye dan Fu De Zen Zen.

Mulanya, pemindahan rupang dari bangunan sisi timur ke bangunan utama klenteng itu dikirap oleh 15 orang. Ada yang memegang payung, mengangkut rupang dewa, ada pula yang memainkan alat musik. Barongsai yang menyambut di bangunan utama.

Sebetulnya, berat rupang dewa itu sekitar 70-80 Kg. Namun, saat dilakukan pemindahan, beratnya bisa berubah. Umat Konghucu meyakini dewa sudah merasuki rupang tersebut. Tata letaknya pun sangat diatur. Terlihat, petugas yang memindahkan harus bertanya berkali-kali pada tetua di Klenteng.

Wakil Ketua II TITD Sumber Naga Probolinggo Erfan Sutjianto menjelaskan, pemindahan ini disertai alasan. Sebelumnya, sudah ada pertanyaan kepada dewa utama atau Kong Co soal waktu yang tepat untuk pemindahan.

Erfan menyebutnya memakai dua bilah papan kayu atau Puak Puei. Ia memegang dua bilah papan kayu itu di masing masing tangganya. Lalu, Erfan akan mengajukan pertanyaan,  yang jawabannya iya atau tidak. Jika, hanya salah satu papan yang terbaik, maka jawabannya iya. Apabila tidak terbalik maka jawabannya tidak.

"Pertanyaannya juga jelas, misal apakah saya boleh memindahkan dewa pada tanggal 5  Februari 2023 pukul 10 pagi? Saat itu pula terbalik salah satunya," kata Erfan.

Nah, di Klenteng Sumber Naga, tak hanya umat Tri Dharma asal Probolinggo yang beribadah. Ada seorang kakek yang berasal dari Kecamatan Lawang, Kabupetan Malang. Ia adalah TS. Gunawan, yang bersama anak cucunya.

Kakek yang berusia 76 tahun itu mengaku sangat bersyukur bisa melakukan ritual Cap Go Meh. Ia berbagi cerita, mengapa dirinya memilih untuk beribadah di Klenteng Sumber Naga. Sekitar 50 tahun yang lalu, ia berdoa pada Kong Co agar hidupnya diberkati. Sehingga, ia bisa menjalankan kehidupan dengan sejahtera. Setelah berdoa, hidupnya kini berjalan sukses.

Saat mendengar bahwa bangunan utama klenteng terbakar, Gunawan sempat bersedih dan teringat utang budinya pada Kong Co. "Saya punya wisata madu di Malang, saya sangat berhutang budi pada Dewa. Makanya mendengar Dewa dipindahkan, saya memilih beribadah di sini," katanya. (alv/why)


Share to