Cerita Daniel, Bocah SD Berjualan Es Keliling Demi Kebutuhan Hidupnya

Alvi Warda
Alvi Warda

Sunday, 26 Feb 2023 13:59 WIB

Cerita Daniel, Bocah SD Berjualan Es Keliling Demi Kebutuhan Hidupnya

ES: Keseharian Daniel, bocah SD di Kota Probolinggo dalam berjualan es keliling, demi kebutuhan hidupnya.

Tidak ada kata mengeluh bagi Daniel. Saat ditanya, apakah dia keberatan karena tak memiliki waktu bermain, Daniel menjawab, "Ndak apa-apa, berjualan karena ngebantuin ibu." Wajahnya penuh peluh. Tetapi senyum tersungging di ujung mulutnya. 

--------------------

NAMA lengkapnya Daniel Silas Kristian Bani. Bocah berusia 12 tahun itu setiap hari berjualan es keliling. Pekerjaan itu ia lakukan demi membantu ibunya, memenuhi kebutuhan hidup.

Anak sulung dari tiga bersaudara itu sekarang masih duduk di bangku kelas 6 SD Negeri 1 Kanigaran, Kota Probolinggo. Ia tinggal bersama ibunya, Dwi Istiana dan neneknya yang ia panggil dengan sebutan Oma Weni. Ada adik kandungnya dan adik tirinya.

Sang ayah sudah meninggal sedari Daniel kecil. Ibunya sempat menikah kembali, namun bercerai. Sehingga di rumah yang terletak di Jl. Walikota Gatot gang 8, Kecamatan/Kelurahan Kanigaran Kota Probolinggo itu, Daniel tinggal tanpa seorang ayah. Bahkan, Daniel mengaku sudah lupa wajah ayah kandungnya itu.

SEPEDA: Dalam berjualan es keliling, Daniel menggunakan sepeda pancal.

Saat ditemui tadatodays.com pada Sabtu (25/2/2023) sore di gerbang masuk Perumahan Toko Panglima Sudirman, Daniel sedang duduk di samping sepeda ontel milik neneknya itu. Ia sedang beristirahat dengan memakan cilok dan air mineral yang ia bawa dari rumahnya.

Daniel mengenakan topi, berkaos dan celana olahraga. Ia juga menggendong tas, tempat uang hasil jualannya. Sedangkan kotak esnya ia taruh di boncengan sepeda ontel berwarna biru itu. Ada tulisan "es wawan dan cao by Daniel". Harganya Rp 2.500. Sementara di keranjang depan, tempat kantong kresek untuk pembeli.

Berpanas-panasan ia menunggu pembeli datang. Meski wajah penuh peluh, ia tetap menunggu di samping sepedanya. Katanya ia malas berpindah, karena sedari awal jualan memang di gerbang Ruko Panglima Sudirman itu. Pernah sekali ia pindah tempat, justru nyamuk dan semut menghampirinya dan jualannya.

Daniel bercerita, sudah sedari kelas 3 SD ia berjualan. Ia pernah menjual kurma dan berbagai macam kue basah bikinan neneknya. Sedangkan di rumahnya ada warung yang dijaga oleh ibunya. "Yang nyiapin jualan ini oma (nenek Daniel, red)," tuturnya dengan mencabuti rumput disekitar kakinya.

Kepala Daniel selalu menunduk. Menurutnya, ia hanya tak ingin mendapat belas kasih orang lain dengan berlebihan. Ia lebih menyukai berjualan daripada meminta-minta. Meski, harus menyita waktu bermainnya.

Sepulang sekolah, Daniel langsung berganti baju untuk bersiap keliling. Seperti perkatannya, neneknya lah yang menyiapkan jualan Daniel. Setelah siap, ia akan meluncur ke Ruko Panglima Sudirman. Terkadang, ia juga mangkal di belakang Pabrik Eratex.

Sehari ia bisa menjual hingga 15 hingga 30 batang es wawan dan cao. Jika, habis lebih awal maka ia bisa pulang lebih awal. Jika tidak, ia bisa mangkal sampai pukul 9 malam. Sisanya akan ia jual di keesokan harinya. Lalu, uang hasil jualannya ia berikan pada neneknya.

Daniel mengaku tak pernah mengeluh. Saat ditanya, apakah dia keberatan karena tak memiliki waktu bermain, Daniel menjawab, "Ndak, berjualan karena ngebantuin ibu," ujarnya dengan wajah penuh peluh.

Dalam seminggu, Daniel hanya berlibur jualan satu hari. Biasanya di hari Minggu atau hari Kamis. Sebab, di hari-hari itu ia akan menghabiskan waktu untuk bermain di sekitar rumahnya, dengan teman-temannya. Namun, ia akan bermain beberapa jam. Setelah itu ia membantu ibunya berjaga di warung mereka.

Kedua adiknya yang masih kelas 3 SD dan umur 18 bulan, masih memerlukan bantuan ibunya. Sehingga, waktu ibunya juga dihabiskan untuk mengurus adik-adiknya. Sedangkan Daniel sudah terbiasa mengurusi dirinya secara mandiri.

Keadaan Daniel kontras dengan penghargaan yang didapat Kota Probolinggo di tahun 2022. Penghargaan itu adalah penghargaan Kota Layak Anak (KLA) peringkat Utama.

Kota Layak Anak adalah kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan. Program dan kegiatannya untuk menjamin terpenuhinya hak dan perlindungan anak.

Ada beberapa indikantor yang menjadi tolak ukur KLA. Indikator itu diantaranya adalah seperti kesejahteraan anak, pemanfaatan waktu luang dan perlindungan anak. Daniel belum mendapatkannya.

Kepala Dinas Soial PPPA Kota Probolinggo Rey Suwigtyo mengatakan, akan menyambangi rumah Daniel. Ia akan melakukan verifikasi lapangan (verlap), seperti apa keadaan Daniel yang sebenarnya.

"Saya verlap dulu mbak apa setiap hari, atau hanya hari libur, atau bukan jam sekolah," katanya melalui pesan singkat.

Pihaknya akan melakukan pendalaman seperti apa kondisi Daniel dan keluarganya. Sehingga, Dinsos bisa melakuan tindakan. "Perlu pendalaman dan alasan lainya," tandasnya. (alv/why)


Share to