Cerita Kakek Tohir, 47 Tahun Berjualan Arbanat, Hidupi Istri dan Cucu

Karunia Istnaini
Tuesday, 14 Mar 2023 17:04 WIB

JAJANAN: Tohir, pria 62 tahun asal Pasuruan yang setiap harinya keliling berjualan arbanat di Kota Probolinggo.
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Namanya Tohir. Usianya saat ini sudah menginjak 62 tahun. Walau berusia senja, Tohir masih harus bekerja keras mengais nafkah. Saban hari ia mengelilingi Kota Probolinggo, menjual jajanan jaman dulu (jadul) bernama arbanat atau juga biasa disebut “rambut nenek”.
Salah satu tempat yang dipilih Tohir untuk sejenak berhenti melapak ialah Jalan Diponegoro, tepatnya di samping selatan gedung Pengadilan Negeri Kota Probolinggo. Jumat (10/3/2023) lalu tadatodays.com menjumpai kakek Tohir di tempat itu.
Kakek Tohir bercerita, dirinya sudah keliling berjualan arbanat sekitar 47 tahun lamanya. Tepatnya dimulai sejak 1976. Itu berarti, Tohir sudah berjualan arbanat saat masih berusia 15 tahun.
JADUL: Inilah arbanat, jajanan jaman dulu yang masih bertahan sampai kini di tangan Tohir.
Tohir berasal dari Pasuruan. Tetapi setiap hari ia mengais nafkah di Probolinggo. Untuk itu, saban hari pergi-pulang (PP) Pasuruan – Probolinggo. Tohir dari Pasuruan naik bus menuju Probolinggo sekitar pukul 06.00. Selepas berdagang di Probolinggo, Tohir biasa pulang ke Pasuruan pukul 18.00.
Tetapi jika tertinggal bus, Tohir harus menunggu hingga pukul 20.00. “Busnya biasanya ada jam 6. Kalau ketinggalan bus, saya harus menunggu sampai jam 8,” ujarnya.

Setiap hari Tohir berkeliling, berjalan kaki sambil memikul dagangannya. Ada sebuah kotak yang digunakan mengolah arbanat sampai siap santap. Lalu, satu lagi bawaannya berupa alat musik gesek serupa rebab. Bunyi dari alat musik itulah yang menjadi penanda khas penjual arbanat.
Rute Tohir setiap hari adalah dari Terminal Banyuangga dan berhenti di Jalan Diponegoro. Setelah itu ia akan berkeliling lagi hingga petang menjemput.
Saat ini kakek Tohir hanya tinggal bersama istri dan cucunya. Sang cucu sudah tidak memiliki orang tua. Tohir berjualan arbanat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahkan cucunya yang masih duduk di bangku SD itu.
“Cucu saya masih umur 8 tahun. Sekarang masih kelas 2 SD. Cucu saya sudah tidak ada orang tuanya. Anak saya sudah meninggal, satunya sudah berkeluarga,” tutur kakek Tohir yang hari itu mengenakan kaos lengan panjang warna kuning, kombinasi hitam.
Arbanat yang dijual ini dibikin sendiri oleh kakek Tohir. Ia biasa membuat arbanat pada malam hari. Karena pembuatan arbanat ini menggunakan tungku kayu, ia harus mengaduk adonan sambil menjaga tungku agar tidak mati.
Proses pembuatan arbanat tidak selalu berhasil. Jika sampai gagal, Tohir tidak bisa berjualan, karena produk arbanat yang gagal itu tidak dapat dikonsumsi. “Kalau pakai tungku kayu, masaknya satu jam. Kalau produknya rusak, nggak bisa dijual lagi, dibuang saja,” ujarnya.
Tohir biasa menjual arbanatnya seharga Rp 5 ribu per plastik. Dari jualan itu, dalam satu hari Tohir paling banyak menghasilkan Rp 200 ribu. (nka/nfm/sam/ltp/why)

Share to
 (lp).jpg)