Cerita Korban Selamat; Berlari di Bawah Awan Panas Guguran Gunung Semeru

Mochammad Angga
Mochammad Angga

Sunday, 05 Dec 2021 02:51 WIB

Cerita Korban Selamat; Berlari di Bawah Awan Panas Guguran Gunung Semeru

BERJUANG: Dewi (kiri) dan neneknya, Sinten tampak lelah ketika diwawancara tadatodays.com. Sebab, sebelumnya ia berjuang menyelamatkan diri dari guyuran awan panas guguran Gunung Semeru.

LUMAJANG, TADATODAYS.COM – Kondisi alam di Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, pada Sabtu (4/12/2021), terlihat normal. Tidak ada tanda-tanda Gunung Semeru yang menjulang di desa tersebut akan erupsi. Udara di lereng gunung setinggi 3676 itupun tetap sejuk.

Warga setempat sejak Sabtu pagi, beraktifitas seperti biasa. Mayoritas warga Dusun Curah Kobokan bekerja sebagai petani. Sebagian lainnya menjadi petambang pasir dan profesi lainnya.

Tapi saat waktu menjelang sore, hawa udara di dusun tersebut mendadak berubah. Panas, dan bau abu vulkanik sangat menyengat yang bisa mengganggu pernapasan.

Seketika, gerakan awan panas guguran (APG) bergerak dari arah utara kawah Gunung Semeru. Warga pun panik.

Dewi Novitasari, 17, remaja warga setempat menceritakan perjuangannya saat awan panas guguran mengguyur lingkungannya.

Kepada tadatodays,com Dewi menyampaikan, saat itu ia tengah tidur siang. Tapi saat menjelang sore hari, hawa di dalam rumahnya mendadak panas. “Saya langsung bangun,” katanya saat ditemui di RSUD Hartoyo Lumajang, tempat ayahnya dirawat karena mengalami luka bakar.

Ketika bangun itulah, ia terkejut saat melihat neneknya, Sinten, 60, ketakutan setelah mendengar kabar Gunung Semeru meletus. Dewi pun juga panik. Apalagi saat ke luar rumah, Dewi melihat kondisi tiba-tiba gelap karena cahaya matahari sore tertutupi gumpalan awan panas Gunung Semeru.

Tanpa berpikir panjang, ia bersama neneknya, begitu juga dengan tetangga berlari ke arah selatan untuk menyelamatkan diri. Guguran awan panas dan material batu vulkanik Gunung Semeru, kerap dirasakan Dewi. "Saya tidak inget apa-apa sudah, pokok lari," katanya.

Beruntung, ia dan sang nenek berhasil selamat dan berlindung di sebuah masjid terdekat. Karena masih khawatir, ia dan neneknya kemudian keluar dari masjid untuk kembali berlari menuju Dusun Gunung Sawur.

Setibanya di Dusun Gunung Sawur, Dewi dan Sinten beristirahat selama dua jam. Kondisi di dusun tetangga itu juga gelap, tapi relatif masih aman dibanding di Dusun Curah Kobokan.

Remaja berbaju merah ini akhirnya bernapas lega, setelah melihat ada petugas yang mengevakuasi warga menggunakan kendaraan pikap menuju Desa Sumbermujur.

Tapi setibanya di Desa Sumbermujur, ia justru mendapat kabar buruk. Ya, ayahnya yaitu Samsul Arifin, dikabarkan mengalami luka bakar serius akibat terkena awan panas guguran Gunung Semeru dan dirawat di RSUD Hartoyo. Ia dan neneknya kemudian langsung mendatangi rumah sakit untuk memastikan kondisi ayahnya.

Diketahui, Samsul Arifin terkena guyuran awan panas di tempat ia bekerja sebagai penjaga portal tambang. Sebelum dirujuk ke RSUD Hartoyo, Samsul Arifin sempat mendapat pertolongan pertama di Puskesmas Penanggal.

Kepada tadatodays.com, Dewi dan Sinten menyampaikan harapannya agar erupsi Gunung Semeru tidak berlangsung lama. (ang/don)


Share to