Fact Finding Nomine Pemuda Pelopor Kota Probolinggo 2024; Pemuda Pelopor Memberi Contoh

Amelia Subandi
Amelia Subandi

Wednesday, 12 Jun 2024 14:32 WIB

Fact Finding Nomine Pemuda Pelopor Kota Probolinggo 2024; Pemuda Pelopor Memberi Contoh

ARAHAN: Kepala Dispopar, sekretaris dan kepala bidang kepemudaan memberikan arahan terkait pelaksanaan fact finding.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Usai presentasi kepeloporan, Seleksi Pemuda Pelopor Kota Probolinggo 2024 berlanjut. Selasa (11/6/2024) tim juri dan Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) Kota Probolinggo turun langsung atau fact finding ke lokasi kepeloporan para nomine.

M. Masyuri, Kepeloporan: Metode pembelajaran unik. Belajar sambil bermain. 

Sebelum melakukan fact finding, panitia seleksi bersama dengan tim dari Dispopar terlebih dahulu mendapat arahan dari Kepala Dispopar Rachmadetta Antariksa. Menurut Rachmadetta, kunjungan lapang ini yang akan menentukan benar tidaknya bahwa peserta memang benar-benar figur pemuda pelopor yang tengah dicari.

Aqilul Hasan, Kepeloporan: Memelopori bela diri tarung derajat untuk anak-anak yang enggan bersekolah.

“Secara teori kunjungan lapang ini yang akan menentukan. Kondisi di lapangan lebih didorong, agar para peserta tetap semangat untuk berinovasi. Sehingga harapannya pemuda pelopor mampu memberikan contoh kepada pemuda lain,” kata Rachmadetta.

Sementara Kepala Bidang Kepemudaan, Dispopar Kota Probolinggo Samsul Arif menambahkan bahwasannya Pemuda Polopor harus memiliki cakap dalam berbagai bidang serta peka dengan lingkungan sekitarnya.

Mustofa, Kepeloporan: Relawan pendidikan yang menggagas rumah belajar “ruang baca semesta”. 

“Untuk mendapatkan Pemuda Pelopor yang benar-benar punya kemampuan, kejujuran dan dampak di lingkungan tempat tinggalnya. Tim Juri dan Tim Dispopar turun melihat kondisi tempat kepeloporan peserta seleksi Pemuda Pelopor,” jelasnya.

Dari 13 nomine, hanya 11 yang siap menerima kunjungan tim juri dan panitia Dispopar Kota Probolinggo. Sebelas peserta itu terbagi dalam 5 bidang kepeloporan, diantaranya 3 peserta bidang pendidikan, 2 peserta bidang inotek, 3 peserta bidang seni budaya, 2 peserta bidang pangan, dan 1 peserta sumber daya alam pariwisata.

Setya Andha Dewi, Kepeloporan: Menggagas pengolahan tahu susu yang kaya nutrisi, untuk anak stunting. 

Peserta pertama yang dikunjungi M. Masyuri, bidang pelopor Pendidikan. Ia memiliki sebuah metode pembelajaran unik. Berlokasi di Kelurahan Pakistasi, Kecamatan Wonoasih, ia mengajar di salah satu taman kanak-kanak. Metode yang diberikan kepada siswanya yaitu belajar sambil bermain. Anak-anak diberikan permainan, di dalam permainan, namun di dalamnya ada edukasi pembelajaran.

Tim panitia seleksi bergegas ke peserta selanjutnya yaitu Setya Andha Dewi. Peserta yang berlokasi Kelurahan Pohsangit Kidul, Kecamatan Kademangan ini merupakan pelopor bidang inotek. Perempuan yang baru lulus sekolah gizi ini menggagas pengolahan tahu susu yang kaya nutrisi, yang khusus diberikan kepada anak stunting di wilayah posyandu sekitarnya.

Feri Dwi Putra, Kepeloporan: Pengembangan hidroponik dengan rakit apung.

Peserta ketiga yaitu pelopor bidang seni dan budaya, ialah Zahidah di Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan. Peserta yang usianya masih muda ini merupakan pelopor seni budaya di pondok pesantren. Sebagai lulusan pondok pesantren modern Gontor, Zahidah mempunya gagasan agar bagaimana seni tari tradisional ini bisa masuk ke pondok pesantren. Santri pondok pesantren bisa luwes memperoleh ragam seni ilmu tari.

Peserta ke empat masih dengan bidang seni budaya. Ialah Ira Ayu yang beralamatkan di Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan. Salah satu penggagas seni budaya di wilayah pilang ini merupakan koordinator forum anak di wilayah setempat. Kepeduliannya terhadap seni, Ira mengajak anak-anak sekitar belajar tari dan musik patrol. Ira ingin melestarikan dan mengenalkan seni sedari kecil.

Edwin, Kepeloporan: Menggagas layanan jasa antar “Yakurir” menyasar UMKM.

Beralih ke peserta bidang inovasi dan teknologi. Kali ini, ialah Feri Dwi Putra yang beralamatkan di Kelurahan/Kecamatan Kanigaran. Atap rumahnya ia sulap dengan sebuah gagasan pengembangan hidroponik dengan rakit apung. Mulai dari pembibitan sampai pembuahan ia lakukan sendiri. Selain dijual di pasaran, hasil panennya pun sudah memasok kebutuhan beberapa resto dan hotel.

Rizky Akbar, Kepeloporan: Memelopori petani untuk bercocok tanam horti cabai.

Peserta pemuda pelopor berikutnya ialah Solihin. Seniman bidang musik ini mendirikan sebuah studio musik yang ia beri nama dengan “Yayasan Pemuda Mandiri”. Mengajak anak-anak sekitar untuk belajar musik sambil diselingi dengan aktifitas sosial merupakan gagasannya. Berapapun hasil yang diperoleh dari grup musiknya, ia sisihkan untuk aktifitas sosial.

Syaifullah, Kepeloporan: Memberdayakan anak-anak dengan membuat kompos dari kotoran burung walet, sampai berternak ikan.

Salah satu peserta lainnya yaitu bidang inovasi dan teknologi. Ialah Edwin, pemuda yang masih berusia 28 tahun ini menggagas layanan jasa antar yaitu Yakurir. Layanan jasa antar Yakurir menyasar para pelaku UMKM. Dengan gagasannya ini, Edwin memberdayakan kurang lebih 50 orang yang terbagi admin dan kurir.

Peserta berikutnya ialah Rizky Akbar. Petani muda ini merupakan salah satu pelopor yang mempelopori petani untuk bercocok tanam holti cabai. Alasannya dikarenakan komunitas petani cabai rentang dengan inflasi. Tak ingin hal ini terus menerus terjadi kepada para petani cabai, maka perlu menurutnya dibangun komunitas. Kedepan, impinnya ingin menjadikan kota Probolinggo sebagai sentra cabai.

Zahidah, Kepeloporan: Seni tari tradisional masuk pondok pesantren. 

Peserta berikutnya kembali ke bidang pendidikan, Ialah Aqilul Hasan. Putra salah satu pengasuh pondok pesantren ini merupakan pelopor bela diri tarung derajat. Ia mempelopori anak-anak yang enggan bersekolah, agar anak kembalk tertarik ke dunia pendidikan, ia belajari dengan seni bela diri. Pelopor pendidikan dengan bela diri tarung ini dilatih otot, otak dan kelincahannya. Berkat kepeloporannya ini, tidak sedikit anak-anak yang kembali menggeluti pendidikan, dengan kembali bersekolah.

Ira Ayu, Kepeloporan: Mengajak anak-anak belajar tari dan musik patrol.

Peserta pemuda pelopor berikutnya masih dengan pelopor bidang pendidikan. Mustofa, asal kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan merupakan volunter pendidikan yang menggagas sebuah rumah belajar “ruang baca semesta”. Bersama dengan 6 rekannya, Mustofa keliling dari rumah ke rumah memberikan bimbingan belajar kepada khususnya anak-anak tanpa dipungut biaya apapun. Aktifitas yang dilakukan biasanya bermain dan membantu para anak-anak belajar dan menyelesaikan tugas sekolah.

Peserta terakhir yaitu Syaifullah, di Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan. Pria yang memiliki bisnis sarang burung walet ini memberdayakan anak-anak di lingkungan sekitarnya untuk dibelajari menghasilkan uang dengan beragam ilmu yang dimiliki. Salah satunya membuat kompos dari kotoran burung walet, sampai berternak ikan.

Selesai melakukan kunjungan lapangan, tim juri kemudian melakukan rapat pleno menentukan siapa saja yang lolos menjadi pelopor terbaik di tingkat Kota Probolinggo. Tim panitia seleksi menetapkan terbaik 1 di masing-masing bidang kepeloporan yang telah ditentukan. (*/mel/why)


Share to