Fenomena Halo Matahari Bukan Pertanda Bencana

Hilal Lahan Amrullah
Hilal Lahan Amrullah

Sunday, 27 Sep 2020 14:40 WIB

Fenomena Halo Matahari Bukan Pertanda Bencana

CINCIN: Lingkaran yang mengelilingi matahari ini disebut halo matahari. Bentuknya melingkar serupa cincin yang berwarna pelangi.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Fenomena alam yang langka terjadi, yakni Halo Matahari, terjadi hari ini, Minggu (27/9/2020). Peristiwa munculnya fenomena halo, itu terpantau di Probolinggo pada pukul 10.00. Fenomena alam tersebut dipublikasikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda Surabaya melalui akun Instagram-nya, BMKG Juanda.

Halo matahari merupakan fenomena optis berupa lingkaran cahaya di sekitar matahari. Terjadi karena pembiasan sinar matahari oleh awan tinggi. Awan yang membiaskan sinar matahari, itu merupakan awan tipis cirrus yang berada pada ketinggian 6.000 meter dari permukaan bumi. Awan cirrus ini mempunyai partikel yang sangat dingin dan biasanya berwujud kristal es. Sehingga membentuk lingkaran seperti cincin yang mengelilingi matahari.

Fenomena ini adalah peristiwa biasa seperti halnya pelangi dan bukan pertanda bencana. Seperti gempa atau lain sebagainya. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu panik atau terpengaruh dengan mitos atau informasi yang bisa menyesatkan terkait fenomena tersebut.

Kalaksa BPBD Kabupaten Probolinggo, Anggit Hermanuadi mengatakan bahwa fenomena cincin matahari ini terjadi karena cahaya matahari direfleksikan atau dibiaskan oleh permukaan es berbentuk prisma. Sehingga cahaya matahari terpecah ke dalam beberapa warna akibat efek udara dan dipantulkan ke arah tertentu. “Mirip seperti pelangi,” terang Kalaksa BPBD Kabupaten Probolinggo, Anggit Hermanuadi.

Adapun fenomena halo selain terjadi dalam bentuk lingkaran penuh dengan bagian pinggir berbingkai warna pelangi, juga bisa berwujud setengah lingkaran dengan pusat pada cahaya matahari.

“Biasanya kalau sudah beberap saat setelah matahari bersinar, dan memanaskan partikel air yang super dingin di awan cirrus, maka fenomena itu akan hilang,” ungkapnya. (hla/hvn)


Share to