Film Dokumenter Siswa SMPN 8 Kota Probolinggo Masuk 5 Besar Nominasi FFD Yogyakarta 2023

Amelia Subandi
Friday, 05 Jan 2024 17:46 WIB

PRODUKSI: Proses Wolu Cinema memproduksi film documenter Pasar Tanpa Uang.
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Film dokumenter karya pelajar SMPN 8 Kota Probolinggo berhasil masuk nominasi Festival Film Dokumenter di Yogyakarta tahun 2023. Film yang diproduksi Wolu Cinema, tim cinematografi SMPN 8 Kota Probolinggo itu berjudul Pasar Tanpa Uang (PTU).
Sang sutradara, yaitu Suci Dian Kuspitaningsih, juga berhasil masuk 5 besar nominasi Festival Film Dokumenter Yogyakarta tahun 2023. Suci bersaing dengan 4 nominasi film dokumenter lain, yaitu Sang Penyair, dengan sutradara Angel Della, Wani Ngembeg dengan sutradara Erwin Ramadhan, Jingki dengan sutradara Umi Maulina, dan Ebeg Lovers dengan sutradara Kartika Tri Wardani.
Bersama dengan 7 anggota timnya, Suci memproduksi film dokumenter Pasar Tanpa Uang selama kurang lebih 4 bulan. PTU merupakan film dokumenter pendek yang mendokumentasikan aksi sosial dari pemuda Kota Probolinggo pada saat wabah pandemi Covid-19 melanda.
EMPAT BULAN: Arek-arek Wolu Cinema butuh waktu 4 bulan untuk memproduksi film dokumenter Pasar Tanpa Uang.
Suci Dian Kuspitaningsih menjelaskan bahwa dalam film ini mereka mengulik tentang seorang pemuda di Probolinggo yang pernah merasakan hidup di jalanan membentuk dan membangun gerakan berbagi untuk masyarakat. Hanya bermodalkan solidaritas dan komitmen yang tinggi mereka terus menggencarkan misi sosialnya. Kini mereka bertaruh untuk menentukan siapa yang akan melanjutkan aksi sosial ini.
“Kenapa tertarik mengangkat PTU, karena menarik saja. Dari sisi tampilan, mereka para pemuda ini badannya dipenuhi dengan tato. Namun ternyata jiwa sosial mereka tinggi dan perlu diapresiasi. Maka saya mulai pendekatan, riset dan Alhamdulillah berkenan untuk di angkat kisahnya,” kata Suci.

Perempuan 15 tahun ini tak menyangka film dokumenter garapannya bersama dengan enam anggota timnya bisa masuk FFD Yogyakarta tahun 2023. Sebab, film-film lainnya sudah banyak mendapatkan penghargaan dan digarap oleh sineas berpengalaman.
Namun berkat masukan pembimbingnya, Suci memberanikan diri mendaftar. “Saat awal pembuatan, kami tidak berekspektasi seperti ini. Kami saat itu hanya iseng saja ingin membuat karya. Kemudian mendapat apresiasi dan masuk nominasi FFD, bahagianya luar biasa,” ungkapnya.
Berkat keseriusan dalam menggarap film berdurasi 17 menit ini, PTU dapat masuk menjadi nominasi dalam festival film dokumenter pendek kategori pelajar.
Festival Film Dokumenter Yogyakarta adalah festival yang di ikuti oleh peserta seluruh dunia. Untuk tahun ini FFD ini menayangkan 84 film dari 42 negara produksi yang terbagi dalam 10 program.
Melihat prestasi yang membanggakan yang diraih oleh muridnya, Kepala SMPN 8 Zakial Irfan merasa bangga. SMPN 8 yang letaknya ada di daerah pinggiran wilayah selatan, bisa membuktikan kepada masyarakat bahwa sekolah ini mampu eksis dan berprestasi. Prestasi anak didiknya ini menegaskan bahwa sekolah yang ada di pinggiran tidak boleh dipandang sebelah mata.
“Saya bangga sekali. Anak didik kami membuktikan ke masyarakat, bahwa kami ini eksis dan berprestasi. Maka jangan lagi memandang sekolah yang letaknya di pinggir wilayah selatan ini dengan sebelah mata,” kata Irfan panggilan akrab Zakial Irfan.
Menurut Irfan, bukan kali pertama ini saja siswanya berprestasi. Kisah Suci ini kembali mengulang prestasi pada tahun 2018 lalu. Di tahun itu film dokumenter karya Wolu Cinema yang berjudul “Rantai Emas” juga berhasil masuk dalam nominasi festival film dokumenter. (mel/why)

Share to
 (lp).jpg)