Galang Dana dengan Edukasi Pengamatan Matahari

Iqbal Al Fardi
Tuesday, 14 Mar 2023 16:45 WIB

KACAMATA: Khoirun Nisa (jaket abu-abu), Faiza (kerudung biru) dan seorang lainnya terkesima saat menjajal kacamata gerhana matahari.
Apakah anda pernah melihat matahari dari jarak dekat? Bagaimana rasanya melihatnya langsung saat langit cerah? Pasti silau! Beda halnya jika anda melihatnya dengan alat bantu, berupa teleskop dan kacamata gerhana matahari, seperti yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi (Prodi) Pendidikan Fisika Unej di alun-alun Jember untuk penggalangan dana.
-------------------
CAR Free Day menjadi momen berkumpulnya warga yang ingin menikmati udara pagi yang segar. Sebagian masyarakat juga memanfaatkan untuk menjajal berbagai macam kuliner. Tak hanya warga, kerap di momen itu berkumpul juga berbagai komunitas yang jarang ditemukan pada hari sibuk. Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) FKIP Unej salah satunya yang menyedot perhatian publik dengan membawa perangkat untuk menikmati matahari.
Anggota HIMAFI itu berkumpul tepat di samping tiang bendera di seberang kantor Pemkab Jember. Tampak beberapa alat pengamat matahari seperti kacamata gerhana matahari dan teleskop. Ya, teleskop! Mereka membawa alat lonjong berbentuk silinder itu di tengah keramaian. Bukan tanpa alasan, mahasiswa FKIP Prodi Pendidikan Fisika itu mencoba menggalang dana untuk bakti sosial dengan mengedukasi masyarakat mengenai pengamatan matahari.
Tentu, keberadaan teleskop itu sanggup menyedot perhatian masyarakat. Banyak anak kecil, remaja dan bahkan orang dewasa penasaran dengan perangkat tersebut. Beberapa orang tampak malu-malu saat ingin mencoba. Akhirnya, seorang dari anggota HIMAFI Ariffutta Jalli mempersilakan mereka.
Menurut Jalli, kegiatan itu bertujuan untuk mengumpulkan dana untuk bakti sosial. “Bakti sosial akan dilakukan di panti asuhan Az Zahra di Mangli sana,” terangnya kepada tadatodays.com, Minggu (12/3/2023) pagi sekitar pukul 09.00.
Saat yang lain menggalang dana dengan bermusik atau kegiatan lainnya, anggota HIMAFI ini memilih untuk meraup sumbangan dari masyarkat dengan mengedukasi perihal pengamatan matahari. “Kami juga menyediakan hiburan bagi masyarakat dan biasanya kan kayak musik, tetapi di sini kita edukasi pengamatan matahari,” ungkap Jalli.
Tampak gerombolan remaja yang mengamati kegiatan tersebut. Merek terlihat tersipu ingin juga mencoba perangkat tersebut. Dua orang memberanikan diri. Mereka adalah Khoirun Nisa dan Faizia.
Nisa dan Faiza terlihat girang saat mencoba teleskop maupun kacamata gerhana matahari itu.
“Baru pertama kali melihat matahari mengginakan teleskop, senang banget,” ungkap Nisa sembari tersipu. “Ternyata matahari tidak semulus yang saya bayangkan,” ungkap Faiza. “Iya ada tahilalatnya, ada bintik-bintik hitamnya,” timpal Nisa.
Mereka berdua terkekeh saat mengetahui matahari itu berbintik hitam. Dari pengamatan tadatodays.com saat mencoba teleskop itu pun begitu. Namun, pengamatan matahari berbeda jika menggunakan kacamata gerhana, tidak sedetail teleskop.

Jalli menjelaskan cara kerja kacamata gerhana. “Ini namanya kacamata gerhana matahari dan memiliki filter. Cara pakainya diarahkan langsung ke matahari. Hanya saja, ini pembesarannya satu kali,” ungkap mahasiswa semester IV itu.
Beda halnya dengan teleskop, menurut Jalli, alat pengamat matahari itu selain menggunakan filter, juga terdapat lensa. Jadi, saat mengamati matahari menggunakan teleskop, kita bisa melihat sedikit detailnya. “Kenapa hasilnya lebih besar, karena ada kaca pembesarnya di sana,” jelasnya.
TELESKOP: Jalli sedang memasang filter teleskop.
Cara kerjanya pun lebih rumit daripada kacamata gerhana matahari. Jalli mengatakan bahwa cahaya matahari yang masuk ke teleskop harus melewati filter lebih dulu. “Kemudian, cahaya masuk ke lensa objektif,” katanya.
Ukuran lensa objektif itu, lanjutnya, berdiameter 100 cm. Lensa objektif terletak di bagian depan teleskop. Sedangkan lensa okuler yang terletak di pangkal berukuran 20 cm. “Panjang vokalnya ini ke sini itu 900 (dari lensa okuler ke objektif, red),” terangnya sebari menunjukkan jaraknya.
Bagaimana teleskop bisa menangkap citra matahari dengan jelas? Jalli mengungkapkan demikian. “Rumus pembesaran itu, panjang fokus lensa diameter (objektif) dibagi panjang fokus lensa okuler dan kalau dihitung itu sekitar 45 kali pembesaran. Bisa diperbesar lagi, tetapi akan lebih kecil (diameter untuk melihat di lensa okuler, red) jadi susah bagi kita untuk melihat,” rincinya dengan amat antusias.
Selain berguna untuk melihat matahari, Jalli mengatakan, teleskop tersebut dapat digunakan untuk memperhatikan bulan dan beberapa planet. “Selain itu, teleskop ini bisa dipakai untuk melihat hilal, bulan dan bahkan planet seperti Saturnus, Jupiter, sampai bulannya (satelit planet, red) kelihatan,” ungkapnya.
Bahkan teleskop milik Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unej itu bisa dipakai untuk membakar secarik kertas. Terkait cara kerjanya, Jalli menjelaskan, filter teleskop harus dilepas dulu untuk mendapatkan intensitas matahari lebih. “Cahaya akan semakin kuat dan difokuskan di lensa okuler. Pernahkan pakai kaca pembesar dan diarahkan ke kulit kan panas, ini juga sama konsepnya,” katanya.
Cahaya yang terfokus itu disebut dengan titik fokus api. Kemudian Jalli mempraktikkannya dengan memfokuskan cahaya ke sebuah kertas. Lalu, wuss, kertas pun dilalap api dari cahaya itu. “Ini lebih kuat dari kaca pembesar biasa karena semakin besar diameter lensanya akan lebih kuat,” ungkapnya sembari memadamkan api tersebut.
Belum habis pagi itu, Jalli mengungkapkan, pihaknya sanggup meraup donasi sebesar Rp 260 ribu. Sedangkan target yang perlu dicapai sebesar Rp 1,2 juta. “Tapi masih ada waktu seminggu lagi,” ungkapnya. (iaf/why)

Share to
 (lp).jpg)