Gudang Tembakau di Probolinggo Telat Buka karena Pabrik Rokok Telat Produksi

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Sabtu, 05 Sep 2020 20:05 WIB

Gudang Tembakau di Probolinggo Telat Buka karena Pabrik Rokok Telat Produksi

BUKA: Kondisi salah satu gudang tembakau yang buka. Tumpukan tembakau dibiarkan tertata rapi dan baru akan dikirim ke pabrik, sesuai permintaan.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Tak bukanya sejumlah gudang tembakau di Kabupaten Probolinggo dipicu dari telatnya permintaan dari perusahaan pabrikan rokok itu sendiri. Pasalnya saat ini pabrikan rokok mengalami krisis ekonomi di mana para konsumennya mulai berkurang semenjak masa pandemi covid-19.

Tak hanya itu,  ini harga pita cukai  melambung, akibatnya pabrikan rokok kewalahan untuk bisa memproduksi rokok. Hal itu di sampaikan oleh Ketua Gabungan Perusahaan Rokok (GAPERO) Kabupaten setempat, Izmail Marzuki.

"Sekarang konsumen mulai mengurangi mas. Pita cukai selalu naik. Kadang empat bulan sekali naiknya, kadang satu tahun sekali naiknya. Aturannya pun juga berubah-ubah," terangnya, pada tadatodays.com, pada Sabtu (5/9/2020).

Menurutnya penurunan konsumen ini dipicu oleh berkurangnya perokok. bagaimana tidak, masyarakat mulai ketakutan dengan himbauan pemerintah terkait penyakit yang akan diderita jika seseorang mulai menikmati rokok. Seperti contohnya di bungkus rokok terdapat gambar orang terinfeksi kanker paru-paru, jantung dan lain sebagianya. Jika konsumen sudah mulai ketakutan maka imbasnya kepada penjualan rokok yang mulai berkurang.

"Kita suruh bayar cukai untuk rokok, sedangkan masyarakat disarankan untuk tidak membeli rokok. Bahkan ditakut-takuti agar tidak merokok. Seperti dikasik gambar menakutkan pada pembungkus rokok," keluhnya.

Ia mengaku pabrikan rokoknya sendiri sudah mulai beroperasi sejak awal Agustus kemarin dan sudah melakukan pembelian tembakau langsung dari petani. Sedangkan pada tahun sebelumnya ia melakukan pembelian paling akhir.

"Biasanya saya belakangan beli. Tapi sekarang saya di depan, makanya ini saya ambil duluan untuk ngobati para petani. Karena saat itu gudang tembakau tutup dan petani mulai bingung untuk menjual hasil rajangannya. Saya beli kasihan mas," jelasnya.

Izmail mengakui, kapasitas produksinya tahun ini juga berkurang karena pasar yang lesu. Saat ini per harinya ia hanya mampu menghabiskan 25 - 50 kg tembakau. "Sedangkan pada tahun sebelumnya bisa mencapai 1 ton tembakau," pungkasnga. (zr/hvn)


Share to