Hujan, Petani Tembakau di Probolinggo Resah

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Sabtu, 10 Oct 2020 17:45 WIB

Hujan, Petani Tembakau di Probolinggo Resah

SIAP JUAL: Tembakau yang sudah dirajang ini, telah dijemur sehari sebelumnya. Setelah kering betul, baru kemudian dijual.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Hujan di tengah musim kemarau pada Sabtu (10/10/2020) ini membuat sejumlah petani tembakau di Kabupaten Probolinggo resah. Pasalnya, jika sering terjadi hujan, tembakau yang sudah dirajang tidak bisa mengering karena matahari tertutup mendung.

Seperti disampaikan Muhammad Toha, Petani asal Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Ia mengatakan teriknya matahari sangat berpengaruh terhadap kualitas tembakau saat hendak dijual.

"Harus kering mas, betul-betul kering. Kalau tidak ada matahari apalagi kena hujan, bisa saja setelah disimpan sehari, tembakaunya nanti berubah hitam karena tidak kering. Kalau tidak ada matahari tidak terjual. Rugi nantinya," sampainya pada tadatodays.com, Sabtu (10/10/2020).

Ia mengatakan daun tembakau yang sudah dipanen itu terlebih dahulu akan didiamkan sekira 2-3 hari. Baru kemudian bisa dirajang. Baik menggunakan rajangan tradisional pada umumnya atau menggunakan mesin rajang tembakau.

Setelah itu baru tembakau tersebut diletakkan di atas gedek yang sudah disiapkan. Kemudian akan dikeringkan selama sehari penuh. Ketika sore hari gedek yang berisi tembakau akan diangkut dan dikumpulkan. Setelah ada tawaran dari pedagang tembakau, barulah keesokan harinya tembakau tersebut akan dijemur setengah hari untuk memastikan bahwa tembakau benar-benar kering. Baru akan dibungkus pada sore harinya.

"Setelah dirajang, lalu dijemur seharian sudah. Biasanya sih sore hari sudah ada yang nawar dari pedagang, kalau cocok (harganya, red) ya besoknya dijemur. Seperti punya saya ini sudah dijemur kemarin, alhamdulilah kering," ucapnya saat hendak membungkus tembakau yang sudah siap dijual.

Hal senada juga disampaikan Disin, petani tembakau asal Desa Sidodadi, kecamatan setempat. Ia mengaku tembakau yang di sawahnya masih ada yang belum dipanen.

"Saya baru dua kali panen mas, di sawah masih sekitar 3 kali panen. Kalau cuaca mendung gini ya tidak berani, nantinya untuk dipanen. Biaya untuk panen sampai dirajang itu mahal mas, kalau dipaksa panen dan tidak terjual karena tidak kering, kan rugi sekali mas," keluhnya.

Disin mengatakan bahwa sejak sebelum panen sudah diuji dengan kelangkaan pupuk. Sedangkan pada masa panen harga jual masih berkisar Rp 30 sampai 32 ribu. "Saat ini saya hanya mampu berdoa supaya cuaca panas masih terus berlanjut. Agar nanti bisa terjual dengan baik," pungkasnya. (zr/hvn)


Share to