Hutan Bambu: Jaga Konservasi Bambu, Jadi Jujugan Wisatawan untuk Selfie

Muhammad Muslih
Muhammad Muslih

Sabtu, 04 Apr 2020 21:17 WIB

Hutan Bambu: Jaga Konservasi Bambu, Jadi Jujugan Wisatawan untuk Selfie

FASILITAS BARU : Kolam renang menjadi salah satu fasilitas yang bisa diamanfaatkan pegunjung untuk berenang dan relaksasi melepas kepenatan.

Suasana asri dan rindangnya bambu menyambut pengunjung saat masuk di kawasan Hutan Bambu di Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Termasuk, saat wartawan Tadatodays.com berkunjung. Ribuan bambu yang menjadi daya tarik utama Hutan Bambu, berjejer menghadirkan nuansa kehijauan.

SAAT kami datang, hujan mengguyur Hutan Bambu. Namun sejumlah pengunjung tetap bertahan. Ada yang sambil menikmati kuliner warga lokal, ada juga yang mandi di kolam yang baru dibangun tahun ini. Sebagian juga memilih berteduh di sela-sela bambu yang bawahnya ada tenda kerucut untuk berjualan makanan.

Bambang, tukang parkir yang saat itu sedang berada di pos jaga tengah bersantai. Sambil membawa peluit, pria asal Desa Sumbermujur ini paham dengan lokasi sekitar. Katanya, Hutan Bambu banyak dikunjungi saat Sabtu dan Minggu. “Hari biasa pun tetap ada, tapi tak seramai hari libur,” ujarnya.

Untuk masuk Hutan Bambu, wisatawan cukup merogoh kocek 5.000. Tarif parkir untuk sepeda motor 2.000 dan mobil 5.000. “Kadang kalau pas ada acara, tempat parkir sampai tidak cukup. Sebagai alternatif kami carikan lahan kosong di sekitar lokasi,” jelasnya.

Hutan Bambu sangat dikenal penduduk lokal. Tapi warga luar daerah pun sudah tidak asing. “Paling banyak, pengunjung berasal dari Malang,” katanya.

SELFIE : Pengunjung memanfaatkan indahnya jajaran bambu untuk berswafoto dan mengabadikan momen.

Untuk menuju ke Hutan Bambu akses jalannya mulus, panorama alam dan hijaunya sawah menjadi sesuatu yang sulit dilupakan bagi wisatawan. Tapi, pengunjung harus menempuh jarak yang cukup panjang, dari pusat kota Lumajang, jaraknya sekitar 30 km yang dapat ditempuh dalam waktu 56 menit pada lalu lintas normal. Baik menaiki mobil maupun sepeda motor.

Hutan Bambu sendiri memiliki luas 14 hektar. Ribuan bambu tumbuh di sini. Ada sekitar 18 jenis bambu yang ditanam.  Mulai bambu kuning, bambu apus, jajang, rampal dan nanap.  “Paling banyak bambu apus, jenis bambu ini bagus, dan cocok untuk melindungi air umbulan agar tidak kering,” kata Agus Wijaya, Wakil Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Sabuk Semeru.

Pokdarwis dan kelompok pemuda selalu menjaga kelestarian alam bambu di sana. “Warga dilarang untuk menebang bambu di sini. Jika ada yang berani menebang Pokdarwis dan kelompok pemuda akan bertindak tegas,” katanya, saat ditemui di Balai Desa Sumbermujur.

Tidak hanya bambu, di sekitar lokasi banyak monyet berkeliaran. Bahkan, jumlahnya ribuan. Tapi, pengunjung tidak perlu takut. “Monyet-monyet di sini tidak pernah menggangu manusia,” tambah Bambang.

Hutan Bambu, menyajikan spot foto yang unik. Beberapa kanan kiri bambu juga ada tempat untuk berswafoto. Pokdarwis juga sering menggelar lomba foto selfie di momen-momen tertentu.

JINAK : Monyet di sekitar hutan menjadi salah satu hewan yang tetap bertahan sejak puluhan tahun lalu hingga saat ini.

Mulai Ditanam di Era Kolonial, Pokdarwis Gunakan Adat Lokal Ramaikan Kunjungan

Hutan Bambu memiliki sejarah cukup unik. Hutan itu mulai ditanami bambu sejak tahun 1930-an di era Kolonial Belanda. Belanda tertarik menanami bambu karena ada air umbulan di tengah-tengah hutan.

Agus menyebutkan, sebelum berubah nama menjadi Desa Wisata Sumbermujur, dulu, desa tersebut bernama Desa Persil atau sebutan untuk gundik Belanda saat itu. “Dulu namanya Desa Persil, karena pemekaran, akhirnya berubah nama menjadi Desa Sumbermujur,” ujarnya.

Pokdarwis menjadi pengelola utama Hutan Bambu. Bertanggung jawab pada desa karena saat ini telah didukung oleh BUMDes Sumbermujur. Pokdarwis Sabuk Semeru berdiri mulai tahun 2014.

Meski baru tahun 2014, sebetulnya Hutan Bambu mulai dikelola tahun 1974. Saat itu dikelola Kelompok Palestari Sumber Alam (KPSA). Tahun 2016, melalui anggaran BUMDes Sumber Mujur Hutan mulai dibangun dengan anggaran Rp 400 juta. Yakni untuk membangun kolam renang dewasa dan anak. Keberadaan kolam renang ini menambah pengunjung dan mereka makin betah berlama-lama di Hutan Bambu.

Untuk meramaikan Hutan Bambu, Pokdarwis selalu membuat inovasi dan kreatifitas. “Memanfaatkan adat lokal, kami selalu mencoba membuat acara yang tak biasa,” katanya.

Salah satu acara yang banyak menyedot pengunjung adalah Gerebek Suro. Ritual ini mengangkat konsep tradisi jaman dulu. “Ada orang bawa cangkul, linggis hingga berpakaian adat,”tegasnya.

Dalam ritual yang dilaksanakan di bulan Sura itu, penduduk lokal membawa kepala sapi untuk ditaruh di dekat umbulan. “Ritual ini oleh masyarakat diyakini bisa membawa berkah dan air umbulan tetap terjaga airnya,” ucapnya. (mm/hvn)


Share to