Jadi Calon Legislatif, Butuh Modal Popularitas dan Dana Ratusan Juta

Alvi Warda
Alvi Warda

Wednesday, 24 May 2023 16:07 WIB

Jadi Calon Legislatif, Butuh Modal Popularitas dan Dana Ratusan Juta

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Menjadi seorang calon legislatif (caleg) yang akan bertarung di Pemilu Legislatif, tentu butuh modal. Ini juga berlaku di Kota Probolinggo. Modalnya tidak hanya dana, tetapi juga popularitas. 

Jurnalis tadatodays.com mewawancarai dua bakal caleg dari dua partai yang berbeda. Mereka menjelaskan modal apa saja yang diperlukan demi menyuarakan aspirasi rakyat.

Elok Hanifah merupakan salah satu bakal caleg Pemilu 2024 dari PDIP untuk DPRD Kota Probolinggo. Saat ditemui Senin (22/5/2023), Elok Hanifah menjelaskan modal apa saja yang sudah ia miliki dan lakukan. Perempuan berusia 37 tahun ini menempati dapil 2 atau dapil Mayangan Kota Probolinggo.

Sudah dua kali Elok mencalonkan diri sebagai caleg. Pada Pemilu 2019, ia tidak berhasil. Ia mengakui modalnya masuk di dunia politik saat itu masih kurang. Lalu, ia mempelajarinya demi menciptakan SDM yang ia sebut mumpuni di bidang politik.

Ternyata menurut Elok, hal yang paling harus dimiliki adalah modal sosial untuk popularitas. Bagaimana seorang bacaleg dekat dengan rakyat. Dekat yang ia maksud adalah pola komunikasi dengan masyarakat. Misalnya, rakyat bisa menceritakan aspirasi mereka terhadap dirinya.

"Yang paling ingin saya angkat adalah kesetaraan gender. Bagaimana perempuan setara dan sama haknya dengan laki-laki dalam mengambil keputusan dan kebijakan. Dalam hal ini, saya harus mendalami apa saja misery (penderitaan) perempuan-perempuan di Kota Probolinggo," katanya.

Maka untuk mengetahui kebutuhan perempuan itu, Elok mengikuti beberapa organisasi yang biasanya dimasuki oleh laki-laki. Ia masuk di manajemen sepak bola atau PSSI Askot Probolinggo. Lalu ia juga diminta sebagai kepanitiaan Porprov Jatim di Kota Probolinggo dan lain-lain.

Soal modal dana sosialisasi diri, Elok menjelaskan dari partainya memang diajarkan bagaimana caranya meminimalisir. Sederhananya ia menjelaskan, dirinya harus bisa dekat dengan rakyat. Ia memiliki prinsip patron-client atau berusaha dan selalu ada untuk melindungi rakyat.

Sehingga dukungan demi dukungan terus mengalir padanya. "Menggunakan baliho itupun disupport. Jadi personal branding harus terbentuk, dan rakyat menilai dan mendukung kita," tuturnya.

Elok mengaku dana sosialisasi dirinya, tidak sampai memakan ratusan hingga miliaran rupiah. Sebab, dukungan terus berdatangan padanya. "Kalau saya pribadi tidak sampai segitu, kalau belum terpilih berarti bukan waktunya. Nanti, tinggal menjalani kehidupan sehari-hari," ujarnya.

Dana yang sudah ia keluarkan, tidak akan mempengaruhinya jika ia tidak terpilih. Tujuannya adalah untuk menyuarakan apa yang menjadi aspirasi rakyat. "Kalau berharap balik, enggak ya. Kita harus memiliki spirit fighter," tuturnya.

Berikutnya tadatodays.com menjumpai Sibro Malisi, politisi Partai NasDem Kota Probolinggo. Sibro Malisi lolos pada kontestasi Pemilu 2019 lalu, dan kembali nyalon pada Pemilu 2024. Saat ditemui Rabu (24/5/2023), Sibro mengaku membutuhkan dana hingga ratusan juta rupiah. Dana itu ia keluarkan juga demi menunjang modal sosial.

Sibro mengatakan, modal sosial yang ia maksud adalah bagaimana dirinya terlibat dalam organisasi yang juga digandrungi oleh masyarakat. Lalu, dari modal sosial itu terciptalah popularitas yang menurutnya tak kalah penting.

"Setidak-tidaknya seorang calon itu dapat dikenal oleh masyarakat. Kalau modal sosial itu sudah terpenuhi, misal aktif kepanitiaan di kemerdekaan, atau aktif pendanaannya, maka popularitas akan beriringan," ujarnya.

Namun, modal dana menjadi opsi kedua setelah memenuhi modal sosial dan popularitas. Menurut Sibro, masyarakat masih terikat dengan pemikiran pemilu adalah pesta rakyat, yang calonnya bakal memberikan uang. Mau tidak mau, Sibro harus masuk pada pemikiran tersebut.

Sibro mengatakan, dengan tidak mengeluarkan uang untuk rakyat saja, seorang politisi membutuhkan dana Rp 200 hingga 300 juta. Dana itu digunakan hanya untuk alat peraga. Seperti pemasangan pamflet, baliho dan gambar dirinya yang bisa dikenal masyarakat.

Selanjutnya ia juga harus memiliki dana untuk tim sukses. Sibro menyebutnya uang honor atau uang transport, pada setiap pertemuannya dengan masyarakat. Ia membutuhkan setidaknya Rp 50 juta untuk setiap pertemuan. Sedangkan ia memerlukan dua kali pertemuan untuk mencapai popularitas.

Dana sosialisasi diri itu untuk Pemilu 2024, ia mengambil dari gajinya selama menjadi anggota DPRD Kota Probolinggo. "Menjadi dewan harus merogoh gajinya. Menjadi dewan itu memiliki peluang untuk masuk surga. Gajinya saja digunakan untuk kembali mencalonkan diri untuk menampung suara rakyat," katanya.

Sibro mengungkap jika tidak terpilih, maka ia mengalami kerugian. Uang ratusan juta yang sudah dikeluarkan, ternyata tidak membuatnya lolos menjadi anggota legislatif. "Meski kepilih juga rugi, karena gajinya diputar lagi untuk pemilu berikutnya," ujarnya.

Menjadi anggota legislatif, Sibro mengibaratkannya sebagai panggilan. Menjadi anggota DPRD adalah jalan baginya untuk berbuat kebaikan. "Kalau tidak jadi, berarti bukan waktunya untuk saya," katanya. (alv/why)


Share to