Jamaah Aboge di Probolinggo Baru Gelar Salat Idul Adha Minggu Pagi

Alvi Warda
Alvi Warda

Sunday, 08 Jun 2025 14:15 WIB

Jamaah Aboge di Probolinggo Baru Gelar Salat Idul Adha Minggu Pagi

IDUL ADHA: Jamaah Aboge di Desa Leces saat salat Idul Adha 1446 H, Minggu (8/6/2025).

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Para penganut kepercayaan Aboge (Alif-Rabo-Wage) di Kabupaten Probolinggo baru melaksanakan salat Idul Adha 1446 H, Minggu (8/6/2025) pagi. Tanggal ini bertepatan dengan Ahad Legi dalam penanggalan Jawa.

Salat Idul Adha berlangsung di Musala Al-Barokah, Dusun Krajan, Desa Leces, dimulai pukul 06.30 WIB. Sejak pagi, jemaah berdatangan sambil membawa makanan yang disebut "Rasolan" sebagai sedekah yang kemudian diserahkan ke rumah kyai setempat.

Perbedaan waktu pelaksanaan ini disebabkan oleh sistem perhitungan kalender Aboge yang merujuk pada kitab Jawa kuno Mujarrobat dengan metode Sarpatji. Tahun ini, 1 Zulhijah menurut perhitungan Aboge jatuh pada Jumat Pon, 30 Mei 2025. Sehingga 10 Zulhijah jatuh pada Ahad Legi, 8 Juni 2025 atau dua hari setelah perayaan Idul Adha menurut kalender pemerintah.

Sedangkan pelaksanaan salat Id tidak berbeda dengan umat Islam pada umumnya. Ada dua rakaat dengan tujuh takbir di rakaat pertama dan lima takbir di rakaat kedua.

Usman, salah satu jamaah Aboge, menyatakan bahwa perhitungan hari raya telah diwariskan secara turun-temurun. Bahkan, tanggal-tanggal hari besar hingga delapan tahun ke depan sudah diketahui. "Intinya hanya berbeda cara menghitung. Semangat dan tuntunannya sama," katanya.

Seperti halnya menyembelih hewan kurban. Namun, karena kendala ekonomi, tahun ini mereka tidak menyembelih hewan kurban. "Kami tetap menjunjung tinggi kerukunan dengan tetangga dan hidup saling menghormati," ujar Usman.

Kyai Buri Mariyah, tokoh Aboge di Desa Leces membenarkan bahwa salat Idul Adha dilakukan berdasarkan hitungan Sarpatji dan kitab Mujarrobat. "Perbedaannya hanya pada tanggal, tapi esensinya tetap sama," jelasnya.

Ia pun menjelaskan dengan detail, penghitungan yang merujuk pada kitab Jawa kuno Mujarrobat dengan metode Sarpatji. "Sarpatji itu Besar Papat Lahiran Siji. Artinya, hari hara besar atau Idul Adha berada di tanggal ahad empat legi, pasaran tetap," katanya.

Usai salat, para jemaah melanjutkan dengan saling bersalam-salaman dan menikmati makanan bersama yang telah dibawa ke musala.

Untuk diketahui, jemaah Aboge di Probolinggo ada sekitar 1.000 jamaah. Mereka tersebar di 10 desa di empat kecamatan, yaitu Bantaran, Leces, Dringu, dan Tegalsiwalan. (alv/why)


Share to