Jantung Bocor, Bocah MI Dioperasi di Jakarta

Hilal Lahan Amrullah
Sabtu, 11 May 2019 05:56 WIB

CERIA: Adit Maulana masih bisa tersenyum meski menderita jantung bocor. Ia pun harus menjalani operasi di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta untuk menyembuhkan penyakitnya.
KRAKSAAN - Ismail, 34, dan Sudarsi, 32, warga Desa Alaskandang, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo dipenuhi rasa optimis akan kesembuhan anaknya, Adit Maulana, 10. Bocah yang baru duduk di kelas tiga itu menderita jantung bocor dan akan menjalani pengobatan di Jakarta. Siswa MI Hidmatul Hikam, Desa Alassumur Lor, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo itu berada di RSCM (RS Cipto Mangunkusumo) Jakarta sejak 14 April lalu untuk menjalani operasi.
Adit Maulana menderita Tetralogy of Fallot (TOF) atau jantung bocor dan pembuluh darah sempit sejak lahir. Meski dicover BPJS, ia sangat membutuhkan bantuan. Saat ini, bocah kelahiran 1 Maret 2009 tersebut, tengah dirawat di RSCM Jakarta. Menunggu operasi Rastelli atau penutupan jantungnya yang bocor, serta mengambil selang yang dipasang waktu operasi pertama.
"Biaya operasi ditanggung BPJS. Namun ada sebagian yang harus dibayar sendiri, misalkan kayak sekarang. Untuk operasinya saya harus menyediakan sendiri pendonor darahnya sekitar 6 orang. Golongan darah Adit adalah A," tutur ibu Adit, Sudarsi, Jumat (10/5).
Sudarsi, menuturkan operasi kali ini bukanlah yang pertama dilakukan terhadap Adit. Operasi pertama kali dilakukan pada Oktober 2015 lalu, untuk memasang selang pelebaran pembuluh darah. Operasi kedua dilakukan 14 Mei 2018 untuk memasang kateter. "Kalo periksa atau kontrol di Malang tidak terhitung sudah," terangnya.
Sudarsi yang hanya ibu rumah tangga ini, berusaha tegar meski anaknya tengah bertaruh nyawa. Ia masih tetap tersenyum meski dihimpit kebutuhan ekonomi. Sebab, penghasilan suaminya sebagai sopir truk tidaklah seberapa. "Kalau sudah ke Jakarta biasanya 1 bulan. Kami indekos di sekitar rumah sakit. Bapaknya ikut dan terpaksa tidak bekerja," jelasnya.

Gejala awal sakit, sudah dirasakan oleh Sudarsi sejak Adit lahir. Dimana si bayi suka nangis tengah malam. Seiring bertambahnya usianya nangisnya mulai sembuh dengan sendirinya. Puncaknya ketika Adit berusia 5 tahun dan masuk di RA. Hidmatul Hikam. Adit kelihatan sakit ketika ada kegiatan olahraga.
"Anakku sering nafasnya ngos-ngosan, bibir dan kukunya sampek membiru, dan wajahnya nampak pucat. Akhirnya saya bawa periksa ke bidan, kemudian dirujuk ke rumah sakit daerah. Tetapi di sana alatnya kurang memadai, akhirnya dirujuk lagi ke RS pusat di Jakarta sampai sekarang," terang Sudarsi.
Kondisi fisik Adit yang lemah dibenarkan oleh Amina, guru RA. Hidmatul Hikam, tempat Adit menimba ilmu. "Di lembaga (sekolah) itu, kan ada pengenalan pada permainan fisik, semisal olahraga. Adit awalnya antusias, tetapi tidak beberapa lama ia kelihatan pucat. Sehingga saya hentikan dan panggil ibunya yang selalu menyertainya. Saya sarankan untuk periksa," terang Amina, Guru RA Hidmatul Hikam.
Di sekolah, Adit senang bergaul dengan teman-teman. Adit juga aktif mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru. "Nilainya bagus, anaknya aktif dan periang. Dia kalau ditanya pengen jadi apa? Jawabannya pasti dokter," tutur Amina.
Penyakit Tetralogy of Fallot (TOF) ini, menyebabkan kondisi fisik penderita menjadi cepat capek. Serta berat badannya susah naiknya. Adit hingga saat ini menjalani pengobatan operasi pelebaran pembuluh darah. (hla/hvn)

Share to
 (lp).jpg)