Jebol Plafon, ODGJ Ini Berkali-kali Kabur dari Shelter

Mochammad Angga
Mochammad Angga

Thursday, 27 May 2021 17:39 WIB

Jebol Plafon, ODGJ Ini Berkali-kali Kabur dari Shelter

GANGGUAN JIWA: Mohammad Slamet, seorang ODGJ kini masih berada di rumah pamannya (kanan) setelah kabur dari shelter milik Dinsos Kota Probolinggo dengan cara menjebol plafon (kiri).

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Mohammad Slamet, 32, merupakan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang keluar masuk tempat penampungan atau shelter hingga lima kali. Ia meninggalkan shelter dengan membobol plafon, kemudian pergi ke rumahnya di RT/RW 2 Kampung Protol, Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolingo tanpa busana sehelai pun.

Saat didatangi di shelter milik Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Probolinggo, Jl. Mastrip Kelurahan/Kecamatan Kanigaran, Kamis (27/5/2021) siang, plafon terlihat jebol.

Sementara ketika ditanyakan mengapa Slamet bisa kabur dari shelter, Anang, seorang penjaga shelter enggan menjelaskan karena bukan kapasitasnya.

Setelah ditelusuri, Slamet ternyata pulang ke rumah pamannya yaitu Busir, 50. Kepada tadatodays.com, Busir mengatakan bahwa keponakannya itu pergi dari shelter tanpa menggunakan pakaian atau telanjang bulat.

Sesampainya di rumah pamannya, Slamet langsung dimandikan lalu diberi makan. Busir menyampaikan, bahwa Slamet merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Ia mengalami gangguan jiwa setelah bercerai dengan istrinya pada tahun 2017, dimana pernikahannya masih 6 bulan.

Perilaku terparah Slamet selama mengalami gangguan jiwa, yakni merusak rumahnya seperti jendela dan meteran listrik. Bahkan, ibunya pun hampir dibunuh olehnya. Karenanya, warga setempat melaporkan apa yang terjadi pada Slamet ke Dinas Sosial lalu dibawa ke shelter.

Busir menuturkan, ia sebenarnya sudah tak mampu menangani sikap Slamet. Untuk itu, ia pasrah kepada petugas agar dilakukan pembinaan. "Kalau bisa sembuh," katanya, saat ditemui di lokasi.

Sementara itu, Kadinsos setempat Rey Suwigtyo, mengaku bahwa Slamet sudah 5 kali keluar masuk shelter. Menurutnya, keluarganya sudah tak mampu mengendalikan perilaku ODGJ tersebut.

Maka dari itu, dinsos hanya bisa memberikan tempat penampungan kepada Slamet. Ihwal pembinaan atau kesembuhan, pria yang akrab dipanggil Tiyok ini mengatakan bahwa pihaknya hanya memiliki kewenangan untuk memfasilitasinya. "Andai mau, dikirim ke shelter provinsi dan rumah sakit jiwa," katanya. (ang/don)


Share to