Jenazah Korban KMP Tunu Tiba, Kesaksian Keluarga: Berencana Santuni Yatim Sepulang dari Bali

Amal Taufik
Amal Taufik

Wednesday, 08 Oct 2025 08:58 WIB

Jenazah Korban KMP Tunu Tiba, Kesaksian Keluarga: Berencana Santuni Yatim Sepulang dari Bali

DUKA: Jenazah Syakur tiba di rumah duka di sambut haru warga.

PASURUAN, TADATODAYS.COM - Jasad Mukhamad Syakur (37), warga Kota Pasuruan yang menjadi korban meninggal dalam tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, tiga bulan lalu, tiba pada Selasa (7/10/2025) malam. Jasad Syakur kemudian dikebumikan di TPU Krapyakrejo, Kota Pasuruan.

Tubuh Mukhamad Syakur ditemukan di pantai wilayah Bali, Senin (6/10/2025) lalu, setelah 3 bulan dinyatakan hilang. Setelah ditemukan, jenazah Syakur dipulangkan ke rumah duka. 

Mobil ambulans yang membawa jasad Syakur tiba di kediaman orang tuanya di lingkungan Kranggilan, Krapyakrejo Kota Pasuruan pada Selasa (7/10/2025) pukul 20.30 WIB. Keluarga dan pelayat sudah menunggu kedatangan jenazah sejak pukul 19.00 WIB.

Beberapa saat setelah tiba, warga langsung menggelar tahlil lalu menyalati jenazah di masjid, setelah itu dikuburkan.

TANGIS: Tangisan pecah menyambut kedatangan jenazah Syakur.

Tiga keluarga Syakur yakni, Agus (39), Sakhiya (27), dan Mukhamad Khasan (45), yang menjemput ke jenazah Syakur ke Kabupaten Jembrana. "Kemarin sore kami berangkat naik kereta. Sampai Ketapang malam, langsung nyebrang ke Jembrana," kata Agus.

Ia bercerita, jenazah kakak sepupunya itu ditemukan di pinggir pantai dalam kondisi terkubur pasir. Di rumah sakit, Agus sempat melihat sendiri bagaimana kondisi jenazah Syakur.

Bagian kepala, khususnya kulit wajah dan rambut atas, terkelupas, namun bagian kepala belakang masih ada sisa kulit. Bagian badan utuh. Pergelangan tangan kanan tinggal tulang, tangan kirinya masih utuh. Sementara di bagian kaki, lutut depannya terkelupas, tetapi betis kakinya masih utuh.

Jaket dan baju yang dikenakan juga masih utuh serta tas pinggang masih menempel di perutnya. Menurut Agus, kondisi jasad yang nyaris masih utuh tersebut sempat membuat petugas ragu. Pasalnya terhitung sudah 3 bulan di laut sejak kejadian pada Juli lalu.

Namun identitas yang juga masih utuh di dalam tas itu yang kemudian menguatkan bahwa jasad yang ditemukan ini adalah Syakur. "Lalu tim forensik juga menguatkan dengan kecocokan gigi. Kami menunjukkan foto almarhum. Kira-kira 80 persen masih utuh jasadnya," ujar Agus.

Agus menyebutkan, sehari-harinya Syakur adalah produsen mebel. Ia sudah rutin mengirim produk mebel ke Bali. Di sana ia punya sejumlah pelanggan. Bahkan sebelum pandemi Covid-19, Syakur bisa sepekan 2 kali mengirim barang ke Bali.

Saat pandemi, Syakur terdampak total. Tidak ada pengiriman ke luar kota. Barulah pasca pandemi atau sekitar 3 tahun terakhir ia mulai merintis kembali, mengirim produk-produk mebel garapannya ke Bali.

Sakhiya, adik kandung Syakur mengenang, semasa hidup, kakaknya dikenal sebagai sosok yang baik dan patuh kepada orang tua, juga senang berbagi dengan sesama.

"Biasanya kalau kirim itu bareng Usman, adik saya yang ketiga. Tapi waktu itu kebetulan waktu itu Usman tidak ikut," ujarnya.

Keluarga, kata Sakhiya, sebelumnya sudah pasrah. Sejak proses pencarian oleh tim Basarnas dihentikan, keluarga hanya bisa berserah diri dan menerima apapun yang terbaik, meski tetap tak henti-henti berdoa agar jenazah Syakur bisa pulang dalam kondisi apapun.

Doa-doa yang dipanjatkan itu terkabul pada Senin kemarin, tepat 2 hari sebelum keluarga menggelar 100 hari meninggalnya Syakur.

Sakhiya mengungkapkan, Syakur meninggal sebelum tanggal 10 Muharam. Kakak kandungnya itu sebenarnya sudah punya rencana hendak menggelar santunan anak yatim di musala.

Oleh karenanya, saat itu Syakur berangkat ke Bali hari Rabu dengan harapan di hari Jumat sudah pulang ke Pasuruan dan pada hari Sabtunya, tepat tanggal 10 Muharam, dirinya bisa berbagi bersama anak yatim. "Kami keluarga sudah ikhlas. Almarhum dikenal sebagai orang baik," tutur Sakhiya. (pik/why)


Share to