Jumlah Penduduk Miskin di Kota Pasuruan Turun, tapi Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Naik

Amal Taufik
Amal Taufik

Friday, 17 Oct 2025 17:43 WIB

Jumlah Penduduk Miskin di Kota Pasuruan Turun, tapi Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Naik

BANSOS: Pembagian bansos di Kota Pasuruan.

PASURUAN, TADATODAYS.COM - Jumlah penduduk miskin di Kota Pasuruan menurun per bulan Maret 2025 turun jadi 6,18 persen. Namun demikian, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan naik.

Hal ini diungkap dalam berita resmi statistik yang dirilis BPS Kota Pasuruan, Jumat (17/10/2025). Kepala BPS Kota Pasuruan, Imam Sudarmaji mengungkapkan, angka tren kemiskinan di Kota Pasuruan sejak tahun 2009-2025 cenderung mengalami penurunan.

Garis kemiskinan Kota Pasuruan pada Maret 2025 adalah sebesar Rp 588.312 per kapita per bulan. Dibandingkan Maret 2024, garis kemiskinan bertambah sebesar Rp 34.117 per kapita per bulan. Peningkatan garis kemiskinan sejalan dengan tren inflasi dan kenaikan harga kebutuhan pokok

Sementara itu, jumlah penduduk miskin per Maret 2025 berjumlah 12,83 ribu jiwa. Menurun 0,24 ribu jiwa jika dibandingkan Maret 2024. "Artinya ada sekian warga miskin yang berhasil mentas dari kemiskinan. Ini juga menandakan program pengentasan kemiskinan berhasil," kata Imam.

Namun begitu, yang juga perlu diperhatikan adalah angka indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan di Kota Pasuruan naik, dari 0,70 di 2024, menjadi 1,03 pada tahun 2025.

Sedangkan indeks keparahan kemiskinan naik dari 0,12 di 2024, menjadi 0,22 pada tahun 2025. "Ini bisa dimaknai bahwa pengentasan kemiskinan menyentuh penduduk miskin yang berada di dekat garis kemiskinan, tetapi masih ada yang tertinggal lebih dalam lagi," ujarnya.

Imam menambahkan, kondisi rata-rata penduduk miskin yang tersisa justru semakin jauh dari garis kemiskinan. Salah satu variabel yang berkontribusi besar untuk menentukan kemiskinan adalah besaran konsumsi makanan.

Menurut Imam, penduduk tidak dikatakan miskin jika mampu memenuhi 2.100 kilo kalori per hari. Itu merupakan hal paling mendasar dan porsinya 74 persen dalam garis kemiskinan.

"Penduduk yang dalam data masih tertinggal di kedalaman kemiskinan, tidak memenuhi itu. Karena jika tidak memenuhi itu dampaknya bisa ke mana-mana, seperti stunting, kesehatan, produktivitas, misalnya," imbuhnya.

Ia menambahkan, perlu upaya lebih dalam merancang kebijakan pengentasan kemiskinan supaya indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan berkurang. "Kalau sebelumnya kemiskinan ini sudah mengerucut, sekarang angka indeks keparahan menunjukkan penyebaran. Jadi tidak homogen," ujar Imam. (pik/why)


Share to