Kakek 70 Tahun Setiap Hari Mengayuh Sepeda Berjualan Terang Bulan

Nabila Fasicha
Nabila Fasicha

Wednesday, 15 Mar 2023 18:04 WIB

Kakek 70 Tahun Setiap Hari Mengayuh Sepeda Berjualan Terang Bulan

SEPEDA: Menggunakan sepeda ontel, setiap hari kakek Samsul Urip berjualan kue terang bulan. Ia harus mengayuh sepeda ontel dari rumahnya di Leces sampai ke Kota Probolinggo.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Semangat pantang menyerah menyeruak dari sosok Samsul Urip. Kakek berusia 70 tahun asal Jorongan, Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo itu saban hari mengayuh sepeda ontel untuk berjualan kue terang bulan (terbul).

Dari Jorongan, kakek Samsul Urip setiap hari menjajakan dagangannya di Kota Probolinggo. Salah satu tempat ia biasa mangkal beberapa jam ialah depan Museum Probolinggo di Jalan Suroyo. Ia biasa berhenti di tempat itu dari sekitar pukul 08.00 sampai 12.00. Selepas itu, ia berpindah tempat, kemudian pulang ke Jorongan sekitar pukul 14.30. 

Lelahkah kakek Samsul Urip? Tentu.  "Saya capek mengayuh sepeda dengan jarak yang jauh," ucap Samsul Urip saat ditemui tadatodays.com pada Selasa (14/03/2023) pagi.

TERBUL: Kue terang bulan yang saban hari dijual kakek Samsul Urip.

Namun, walau lelah, kakek Samsul Urip tetap bergerak. Setiap hari mengayuh sepeda dengan jarak jauh, berkeliling Probolinggo berjualan terbul. Pekerjaan ini dilakukan demi menyambung hidup.

Pada 1998 silam, kakek Samsul Urip masih keliling berjualan tahu. Lalu ia mengalami kecelakaan yang membuat tangannya patah. Kecelakaan itu membuatnya tidak dapat lagi berjualan tahu. Sebab, tangannya yang jadi cacat, tidak kuat dipakai memikul tahu.

"Saya dulu berjualan tahu. Sekarang berjualan terang bulan, karena tangan saya tidak kuat memikul tahu," ujar kakek Samsul Urip yang hari itu mengenakan kemeja batik. 

Walau tangannya cacat setelah kecelakaan, Samsul Urip tidak patah semangat menjalani hidupnya yang keras.  Dari berjualan tahu, Samsul Urip berganti berjualan terang bulan menggunakan sepeda ontel tua.

Samsul Urip memiliki 4 orang anak perempuan yang sudah menikah, dan 10 cucu. Karena serba kekurangan, kakek Samsul Urip masih harus berjuang keras menghidupi diri di masa tuanya. "Anak saya kerja sama orang. Saya berjualan untuk kebutuhan hidup," ujarnya.

Dagangan yang dijajakan kakek Samsul Urip bukan miliknya sendiri. Ia mengambil dari orang lain dan mendapat upah Rp 100 ribu per harinya. Menurutnya, dagangannya tidak selalu habis. Jika tidak habis, terbul dimasukkan ke dalam kulkas, kemudian dijual lagi esok harinya. "Dagangan saya kalau tidak habis, saya dinginkan. Dijual lagi besoknya," katanya. (nfm/sam/ltp/nka/why)


Share to