Kasus Bongkar Peti Jenazah Covid-19 Terjadi Lagi, Satgas Akui Diluar Prediksi

Mochammad Angga
Mochammad Angga

Monday, 09 Aug 2021 17:30 WIB

Kasus Bongkar Peti Jenazah Covid-19 Terjadi Lagi, Satgas Akui Diluar Prediksi

MELANGGAR: Sejumlah warga Dusun Pandansari, Kecamatan Tigasan Wetan, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, membongkar paksa peti jenazah warga setempat yang dinyatakan positif covid-19. (foto: istimewa)

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Aksi penolakan terhadap pemakaman jenazah positif covid-19 dengan penerapan protokol (prokes) Kesehatan, kembali terjadi di Kabupaten Probolinggo. Kali ini, terjadi di Dusun Pandansari, Desa Tigasan Wetan, Kecamatan Leces, Minggu (8/8) lalu.

Dari video yang beredar luas di media sosial, terlihat sejumlah warga membongkar peti jenazah dan memakamkan jenazah warga setempat dengan tidak menerapkan prokes. Identitas jenazah tersebut yakni Saida, 34. Almarhumah didiagnosa terkonfirmasi positif covid-19 lantaran mengalami pneumonia dan riwayat asma.

Informasi yang dihimpun tadatodays.com, Saida sebelumnya dirawat dan meninggal dunia di RSUD Tongas. Pihak rumah sakit pun menemui keluarga almarhumah, dan disampaikan bahwa jenazah akan dimakamkan dengan prokes. Saat itu, keluarga menerima dan setuju.

Karena persetujuan itulah, jenazah kemudian dibawa ke pemakaman di sekitar rumah duka menggunakan ambulans. Namun diluar dugaan satgas setempat, warga yang menunggu di area pemakaman langsung menarik paksa peti dan membongkarnya. Jenazah Saidah selanjutnya dikuburkan secara tidak prokes.

Koordinator Penegakan Hukum Covid-19 Kabupaten Probolinggo, Ugas Irwanto mengatakan bahwa aksi penyerobotan peti jenazah covid-19 itu diluar prediksi Satgas Covid-19 tingkat kecamatan dan desa setempat. “Karena sudah terjadi, kami akan melakukan tracing kepada warga di sana,” kata Ugas, Senin (9/8) sore.

Sebab, menurut Ugas, pembongkaran peti jezanah merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang Kekarantinaan. Maka dari itu, Tim Satgas Covid-19 langsung turun untuk meminta pertanggungjawaban dan keterangan mengapa masih terjadi hal demikian.

Dari hasil pembahasan didapatkan kesimpulan pernyataan warga. Pertama, kurangnya kesadaran masyarakat soal dampak covid-19. Kedua, masyarakat menganggap covid-19 merupakan aib bagi keluarga dan desa. "Jika ada aib, maka tidak ada takziah atau tahlilan,” ujarnya. (ang/don)


Share to