Kegigihan Lukman, Atlet Renang Disabilitas dari Kota Probolinggo

Alvi Warda
Alvi Warda

Thursday, 08 Sep 2022 15:58 WIB

Kegigihan Lukman, Atlet Renang Disabilitas dari Kota Probolinggo

GIGIH: Lukman Hakim, atlet renang disabilitas dari Kota Probolinggo yang gigih berlatih demi mempersembahkan prestasi untuk mengharumkan nama daerahnya.

Meski memiliki keterbatasan fisik, Lukman terus meraih cita-citanya. Salah satu kakinya  sudah tidak mampu untuk digerakkan. Namun, sudah tiga tahun lebih, ia menjadi atlet renang yang selalu mewakili Kota Probolinggo.

--------------------

NAMA lengkapnya Lukman hakim. Lukman lahir dan besar di Kota Probolinggo. Kini ia berusia 20 tahun. Sehari-harinya, ia menghabiskan waktu dengan berlatih. Selain itu, Lukman sedang menduduki bangku kuliah di Universitas Panca Marga (UPM) Probolinggo, jurusan Ilmu Hukum.

Cerita awalnya, Lukman tak pernah berpikir bisa menjadi atlet. Sebab menurutnya, keterbatasan fisik yang menjadi penghalang. Cita-cita Lukman sejak kecil adalah menjadi dokter. Ia juga hobi memotret.

Namun, siapa sangka, sekitar tiga tahun yang lalu, ia yang iseng berendam di Kolam Renang Olimpic di Gor Mastrip, tiba-tiba mendapat tawaran mahal.  Dia diajak berlatih menjadi perenang disabilitas oleh Hasanudin. Lukman mengiyakan. Sejak saat itu Hasanudin menjadi pelatih Lukman.

Butuh waktu tiga bulan bagi Lukman untuk bisa berenang dengan lancar. Gigih ia berlatih setiap hari. Tak pernah satu haripun, ia lewati tanpa latihan berenang. Setiap harinya, ia berlatih selama satu jam. Bagi Lukman, berenang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Padahal sebelumnya ia tak pernah bisa berenang. “Saya waktu itu cuma iseng berendam di kolam. Tiba-tiba Pak Hasan nawari saya latihan berenang. Alhmadulillan,” ucapnya.

Tadatodays.com menemui Lukman yang sedang berlatih di kolam renang, Gor Mastrip. Terlihat ia bolak-balik menyusuri kolam dengan lihai menggerakkan kaki dan tangannya. Pelatihnya sesekali memantau Lukman. Ia juga memberi tahu Lukman, durasi waktu yang sudah Lukman tempuh.

Sembari mengingat perjalanannya ke belakang, Lukman bercerita, menjadi atlet renang bukanlah hal yang mudah. Awalnya, ia mengikuti suatu seleksi yang digelar oleh Dispora Jawa Timur.  Seleksi ini merupakan seleksi atlet disabilitas yang memiliki kemampuan berenang. Lukman lolos seleksi, dan dinobatkan sebagai atlet renang Kota Probolinggo. Kala itu, ia baru mengawali karirnya menjadi atlet renang. Tepatnya di tahun 2019.

Kemudian seiring berjalannya waktu, di tahun yang sama, ia mencoba untuk mengukir prestasi. Ia yang masih kelas sebelas SMA di SMKN 1 Kota Probolinggo, semangat mengejar prestasi. Lukman mengikuti suatu lomba pekan pelajar di Jakarta Timur, mewakili Kota Probolinggo. Namun, perjuangannya hanya sampai di peserta.

Tak lengah meski gagal, Lukman terus  mengejar cita-citanya. Di tahun 2021 ia kembali dengan semangat baru. Lukman turut mengikuti lomba Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021 yang digelar di Papua. Namun, lagi-lagi ia belum bisa menyabet kejuaraan.

Padahal, saat lomba ia sudah memprediksi, bahwa waktunya ia membawa piala. Berenang dengan durasi waktu satu menit 47 detik, ternyata belum bisa membawa Lukman pada kejuaraan. Namun, itu merupakan rekor pertama kali yang Lukman dapat, berenang dengan waktu yang pendek.

PEPARNAS: Lukman saat ikut berkiprah dalam Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI di Papua, pada 2021.

Meski demikian, Lukman tetap bangga terhadap yang sudah ia capai. Mengikuti kejuaraan bergengsi dan bisa mewakili kota kelahirannya, menjadi suatu kemenangan baginya. Dengan megikuti lomba, Lukman bisa tahu kemampuan berenang yang ia miliki, sehingga ia bisa terus mengasah dan mengevaluasi diri. “Meski gak menang, tapi itu pertama kalinya renang dengan rekor yang membanggakan untuk diri saya sendiri,” katanya sambil mengepal tangannya yang kedinginan.

Tentunya, menjadi atlet renang dengan keadaan fisik yang kurang, membuat Lukman mengerti makna kehidupan. Sejak menjadi atlet dan mengikuti lomba, relasi yang terjalin dengan banyak orang, adalah suatu keberuntungan bagi Lukman. Meski demikian, perasaan seperti tidak percaya diri, senang, takut gagal, sering menyelimuti hati Lukman.

Pernah suatu ketika, ia ingin menyerah menjadi atlet renang. Setelah kembali gagal mengikuti lomba, Lukman seakan merasa tak memiliki gairah kembali. Sebab, ia tak sampai hati untuk melihat orang-orang terdekatnya yang selalu mendukungnya. Namun Lukman tak bisa mewujudkan apa yang mereka harapkan padanya.

Dari situ, Lukman sampai mogok latihan selama tiga bulan. Namun, dukungan orang tua selalu menyertainya. Ia kembali terdorong, untuk kembali berlatih. Ia akhirnya menyadari satu hal, bahwa kegagalannya mengikuti lomba, justru menjadi awalan, ia harus terus berjuang dan gigih berlatih.

Dengan begitu, ia terus memperkuat mentalnya untuk menghadapi segala hal yang menjadi garis hidupnya. Sebab, bagi Lukman, mental dengan kepercayaan terhadap diri sendiri adalah bekal yang terpenting.

Lukman kini sudah menjadi sosok yang kuat dan tenang. Menurutnya, ia menemukan versi dirinya yang terbaru. Omongan orang terhadap fisiknya yang terbatas, bukanlah menjadi masalah besar baginya. Begitupun tatapan-tatapan aneh dari orang yang tak dikenalnya, sudah bukan lagi tantangannya. Ia sudah terbiasa dan mensyukuri apa yang ia miliki. “Mental yang harus diperkuat selain gigih berlatih. Karena itu juga penting,” katanya.

Ia berharap, jika memiliki kesempatan untuk mengikuti lomba, ia bisa memberikan Kota Probolinggo, kebanggaan atas ukiran prestasinya. “Semoga ke depannya. Di lomba-lomba selanjutnya saya bisa membawa juara dan mengharumkan nama Kota Probolinggo,” tutur Lukman.

Kemampuan yang dimiliki Lukman juga berkat asahan dari pelatihnya, Hasanudin. Bagi Hasan, pertama kali melihat Lukman, ia sudah menyadari bahwa Lukman memiliki kemampuan berenang.

Namun, Lukman tipe anak yang harus mendapat dorongan dan latihan yang rutin. Sehingga Hasan terus mengajak Lukman berlatih dengan rutin. Kini ia bangga, bisa melihat anak didiknya itu bisa membawa nama Kota Probolinggo hingga ke arena Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI di Papua, pada 2021 lalu. “Anaknya memang butuh sekali dorongan dari sekitar, sehingga bisa seperti sekarang ini,” kata Hasan.

Hasan terus menaruh harapannya pada pundak Lukman. Supaya Lukman tidak mudah menyerah meski gagal mendapat juara. Ia berpesan agar Lukman bisa gigih berlatih dan tidak mudah menyerah. “Saya harap Lukman bisa rutin berlatih dan tidak mudah menyerah, saya bangga terhadapnya,” tuturnya. (alv/why)


Share to