Keluarga Sugeng Warga Kota Probolinggo, Tinggal di Rumah Reyot, Tak Pernah Dapat Bantuan

Mochammad Angga
Mochammad Angga

Wednesday, 09 Jun 2021 05:46 WIB

Keluarga Sugeng Warga Kota Probolinggo, Tinggal di Rumah Reyot, Tak Pernah Dapat Bantuan

PRIHATIN: Kedua anak Sugeng terpaksa tidur di tempat seadanya. Berada di antara barang-barang dapur, serta dinding anyaman bambu yang berlubang.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Kemiskinan di Kota Probolinggo masih ditemukan. Bahkan, di tengah banyaknya program rumah layak huni, ternyata masih ada warga yang menempati tempat tinggal yang sangat jauh dari kata layak.

Seperti rumah yang layaknya sebuah gubuk di Jl. Sunan Muria RT 1 RW 3, Kelurahan Jrebeng Lor, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo. Satu keluarga yang terdiri sepasang suami istri (pasutri) dan dua orang anak, tinggal gubuk tersebut.

Ya, rumah tak layak itu dihuni pasutri Sugeng, 35, dan istrinya Dina Anggraini, 21. Tak hanya rumahnya yang tidak layak huni, pemenuhan makan sehari-hari pun kekurangan.

Usia pernikahan pasutri itu sudah memasuki tahun ke-8, dan dikaruniai dua orang anak yang masih kecil-kecil. Keduanya, yakni Maylina Wulandari, 7, dan Abdul Ghofur, 3.

Empat jiwa dalam satu KK itu menempati rumah di atas tanah warisan. Namun, Sugeng sebagai tulang punggung keluarga tak bisa memenuhi kebutuhan primer keluarganya lantaran pekerjaannya sebagai perakit barang elektronik bekas tak bisa mendapatkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Meskipun begitu, ia tetap bekerja keras. Barang elektronik rakitan komponen bekas yang dibuatnya itu lalu dijual. Diketahui, komponen itu didapatnya dari hasil memulung.

Soal pembeli, tentu tak sebanyak pemburu barang elektronik baru. Dalam seminggu ada yang membeli, itu sudah untung.

Saat tadatodays.com mengunjungi rumahnya pada Selasa (8/6/2021), terlihat rumah tersebut hanya dibangun menggunakan bambu seadanya. Reyot dan penuh lubang.

Di dalam rumah juga terdapat beberapa barang elektronik bekas, seperti kipas angin, berserakan, juga dipenuhi sarang laba-laba. Barang yang jauh dari kata bersih itu, jadi satu dengan tempat tidur.

BUTUH BANTUAN: Babinsa dan Bhabinkamtibmas setempat menyerahkan bantuan beras kepada Sugeng, di depan rumah yang sangat jauh dari kata layak.

Jangankan untuk memperbaiki rumahnya, kebutuhan makan sehari-hari pun ia dan tiga orang keluarganya sering kekurangan. Tak jarang, Sugeng menahan lapar demi kedua buah hatinya. "Satu Minggu itu biasanya saya tak makan, tapi dikasihkan anak," katanya.

Sugeng bercerita, rumah bambu itu ia bangun dari hasil jerih payahnya sebagai perakit barang elektronik bekas selama 7 tahun, sampai dikaruniai anak. Untuk aliran listrik, ia minta ke saudaranya.

Sugeng mengaku tak pernah mendapatkan bantuan rumah layak huni. Begitu juga dengan Program Keluarga Harapan, dan Keluarga Miskin. "Tak pernah," ujarnya.

Tapi, ia sempat menerima bantuan program Covid-19 sebesar Rp 600 ribu. Dengan bergantinya waktu, bantuan itu tiba-tiba dicabut.

Lalu, bagaimana dengan pendidikan anaknya. Sugeng menyebutkan bahwa anak pertamanya tak bisa melanjutkan ke jenjanh SD. Itu, karena ijazah TK anaknya masih tertahan di sekolah karena belum membayar uang adiministrasi. "Mau mendaftar SD masih ditarik 1 juta," ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Sosial Kota Probolinggo Rey Suwigto mengatakan, pihaknya tidak dapat berkomentar banyak karena ia belum memiliki data identitas Sugeng. "Mana KK-nya atau identitas. Saya tidak dapat menjelaskan kalau tidak ada itu. Itu harus dicek dahulu ke aplikasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)," kata Rey.

Sementara saat dihubungi melalui ponselnya, Camat Kedopok Imam Cahyadi, hingga pukul 21.00 WIB belum ada jawaban saat ditanyakan perihal kondisi keluarga Sugeng.

Sementara saat tadatodays.com masih berada di rumah Sugeng, Babinsa dan Babinkamtibmas Kelurahan Jrebeng Lor memberikan bantuan berupa beras. (ang/don)


Share to