Kembalinya Jamasan Kentongan Berusia 104 Tahun di Mangunharjo

Tadatodays
Tadatodays

Monday, 01 Aug 2022 15:05 WIB

Kembalinya Jamasan Kentongan Berusia 104 Tahun di Mangunharjo

JAMASAN: Prosesi memandikan atau jamasan Kentongan Lembu Suro, Sabtu (30/7/2022) di kantor Kelurahan Mangunharjo dalam rangkaian kegiatan Belah Jimat.

Warga Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo pada Sabtu-Minggu (30-31/7/2022) menyelenggarakan aktivitas budaya bertajuk “Belah Jimat Mangunharjo” (Bersih Lahir Jiwa Masyarakat Mangunharjo). Salah satu item kegiatannya ialah jamasan kentongan Lembu Suro, sebuah kentongan berusia 104 tahun yang dimiliki Kelurahan Mangunharjo.

--------------------------------

SABTU malam bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1444 Hijriyah yang lazim dikenal oleh masyarakat sebagai 1 suro, pelantaran kantor Kelurahan Mangunharjo terlihat ramai. Orang berkumpul dengan berpusat pada sebuah ornamen berwarna hitam, setinggi sekitar 2 meter.

Ornamen serupa harimau yang mencengkram kentongan itu berdiri dengan frame berbentuk kotak bertuliskan “CERIMONY 1918 LEMBUSURO”. Tampak pula sebuah penampungan air yang menjadi satu bagian bersama ornamen itu.

Malam itu di kantor Kelurahan Mangunharjo sedang disiapkan gelaran istighotsah dan jamasan Kentongan Lembu Suro. Kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian Belah Jimat yang dilangsungkan masyarakat Mangunharjo bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriyah. 

Sekitar pukul 19.00, sejumlah orang berdatangan di kantor kelurahan. Mereka hendak menyaksikan langsung acara jamasan. Tepat di depan kantor kelurahan Mangunharjo terlihat seorang lelaki sedang membakar dupa. “Ini ritual sebelum acara dimulai,” ujarnya kepada tadatodays.com kala itu.

Beberapa orang datang membawa sajian hasil bumi dan tumpeng menggunakan nampan. Lalu ada pula beberapa gerombolan orang yang semakin memadati kantor kelurahan.

Jarum jam menunjuk pukul 19.58, acara istighotsah dimulai. Masyarakat dan tamu undangan mengikuti agenda tersebut dengan khidmat. Setelah istigotsah, giliran jamasan Kentongan Lembu Suro dimulai. 

Pria baya bernama Guco Suronoto atau karib disapa Mbah Guco, memimpin prosesi Jamasan Kentongan Lembu Suro. Kemudian putri Mbah Guco, yaitu Yuyun Widowati yang juga pendiri Sanggar Mardi Budoyo, melantunkan tembang mijil. 

104 TAHUN: Kentongan Lembu Suro milik Kelurahan Mangunharjo yang saat ini sudah berusia 104 tahun.

Tak lama setelah Yuyun menembang, Mbah Guco membacakan doa sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi dan laut yang melimpah di Kelurahan Mangunharjo. Kemudian acara dilanjutkan dengan pemandian Kentongan Lembu Suro.

Mbah Guco mengawali prosesi pemandian, dan dilanjutkan oleh beberapa tokoh. Di antaranya ialah ahli waris atau keturunan dari lurah-lurah Mangunharjo sebelumnya. Selain itu ada pula ketua RT dan RW setempat, serta sejumlah tokoh masyarakat.

Rudi Purwanto, ketua panitia acara Belah Jimat saat ditemui tadatodays.com, Senin (1/8/2022), mengatakan, “Jamasan kentongan ini menurut informasi dari sesepuh sebelumnya, dilaksanakan terakhir kali pada tahun 1972.” Rudi mengatakan hal itu dengan dahi mengerut, tanda sedang berusaha mengingat. 

Menurutnya, saat itu terjadi pergantian status dari desa menjadi kelurahan Mangunharjo. “Kebetulan Kepala Desa saat itu Sutojo, lalu menjadi Lurah. Lha, setelah lurah ini baru tidak ada kentongan, hingga tahun 2022,” tambahnya.

Jadi, sudah 50 tahun lamanya Jamasan Kentongan Lembu Suro di Kelurahan Mangunharjo “terlelap”. Baru pada 2022 ini jamasan Kentongan Lembu Suro kembali diadakan lagi.

Rudi juga menjelaskan bahwa air yang digunakan untuk pemandian kentongan tersebut bukan air sembarangan. “Menurut tukang jamasnya, kita harus memandikan (kentongan, red) dengan air tujuh sumur atau sumber. Juga ditambah dengan kembang yang setaman, tujuh rupa,” tambahnya.

Kentongan Lembu Suro yang dijamasi malam itu, menurut Rudi, adalah kentongan yang sama yang ada sejak jamasan pertama tahun 1918 silam. Artinya, Kentongan Lembu Suro dengan wujud seperti itu  sudah berusia 104 tahun. 

Kentongan setua itu dirasa tetap meninggalkan kesan tersendiri bagi masyarakat Kelurahan Mangunharjo. Sebab, pada zamannya, kentongan tersebut memiliki fungsi vital sebagai alat komunikasi massa.

Selain fungsi komunikasi, ada beberapa mitos berkelindan seputar Kentongan Lembu Suro.  Salah satu mitos yang hidup dari mulut ke mulut masyarakat, diceritakan Rudi. Jika kentongan tersebut dipukul, maka suaranya bisa terdengar sampai di Pulau Gili, yaitu wilayah Kabupaten Probolinggo yang berada di seberang perairan Probolinggo. Lebih dari itu, masih menurut mitos, suara Kentongan Lembu Suro bisa terdengar sampai ke Pulau Madura. 

“Bahkan ada cerita bahwa ketika ada aparatur desa di wilayah Mangunharjo yang tidak menggubris bunyi kentongan tersebut, maka mereka akan tuli. Baru bisa sembuh setelah meminum air kembang di bawah kentongan ini,” tutur Rudi yang juga menjabat Ketua LPM di Kelurahan Mangunharjo dan pengurus Pokdarwis.

Sejenak, Rudi mengambil jeda ceritanya dengan menyulut sebatang rokok. “Mitos lain yang berkembang di masyarakat,” katanya setelah menghisap rokok dan melepas asapnya, “bahwa kentongan ini bisa berubah jadi macan lah, atau ditunggu oleh macan lah, dan seterusnya.”

Terlepas dari mitos-mitos seputar Kentongan Lembu Suro, warga Kelurahan Mangunharjo terlihat sangat antusias menyambut acara jamasan dan kegiatan lainnya dalam rangkaian Belah Jimat. Acara bazaar maupun pawai kesenian yang digelar di hari kedua, Minggu (31/7/2022) juga dipadati masyarakat.

Yang membanggakan, menurut keterangan Rudi Purwanto, acara tersebut terselenggara berkat swadaya masyarakat kelurahan Mangunharjo seratus persen. Tidak ada sokongan dana dari pemerintah sama sekali. (iaf/why)

Penulis: Iqbal al Fardi


Share to