Kepala SMKN 2 Kraksaan Rr Herlina Wulansari, Tambah Kelas Industri hingga Siswanya Berprestasi Nasional

Hilal Lahan Amrullah
Tuesday, 27 May 2025 19:19 WIB

TINGKAT NASIONAL: Tim SMKN 2 Kraksaan merakit kontruksi jembatan berbahan stik di Universitas Diponegoro Semarang.
Kalau Kita Bersungguh-Sungguh, Insyaallah Berhasil
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - SMKN 2 Kraksaan terus berinovasi walaupun sudah menjadi sekolah favorit di kawasan Kota Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Ada sosok Kepala SMKN 2 Kraksaan Rr. Herlina Wulansari yang terus mengembangkan inovasi di sekolah yang dipimpinnya. Namun, menjadi kepala sekolah yang inovatif, tidak didapat semudah membalikkan tangan.
Rr Herlina memulai karir PNS guru di SMAN 1 Paiton selama 10 tahun. Selanjutnya, wanita berkacamata ini pindah ke SMKN 2 Kraksaan selama 6 tahun dengan jabatan terakhir sebagai wakil kepala (waka) Bagian Humas dan guru seni budaya.
Selanjutnya ia promosi menjabat kepala sekolah perdana di SMKN 1 Dringu selama enam tahun. "Saya awal kali promosi kepala sekolah juga berangkat dari sekolah ini. Sejak 19 Oktober 2023 saya kembali hijrah ke sini," terangnya.
Kemudian Herlina hijrah ke SMKN 1 Gending. Di SMKN Gending ia menjabat kepala sekolah selama tiga setengah tahun. Selanjutnya ia kembali lagi ke SMKN 2 Kraksaan. Mulai 19 Oktober 2023 sampai saat ini, sudah lahir beberapa karya-karya inovasi.
“Ada banyak perubahan di sekolah ini yang sudah bagus sekali. Termasuk sudah menjadi sekolah idola dan favorit. Tapi kan kita nggak boleh berpikir ah cukup sekian, tidak begitu kan. Kita harus punya mimpi. Baik ketika jadi sebagai leader saya harus punya mimpi sebagai leader yang visioner," tegasnya.
Herlina mengatakan, pertama kali bergabung di SMKN 2 Kraksaan, SMKN 2 Kraksaan gagal lolos sebagai SMK Pusat Keunggulan (PK) jalur reguler. Kemudian ia coba untuk yang kedua kalinya yaitu di jalur pemadanan. "Ini kita menggandeng mitra industri, alhamdulillah waktu itu kita sukses. Terus di bulan ini kita sudah ada MoU. Kita ke Jakarta kita mendapat bantuan dari pemerintah," ungkapnya.
Sedangkan untuk mitra industri, SMKN 2 Kraksaan bekerjasama dengan Rumah Teknologi Indonesia yang berada di Karangploso, Kabupaten Malang. Jadi, Rumah Teknologi Indonesia punya beberapa anak cabang juga di daerah Jawa Timur.
"Jadi kita menggandeng mereka, sehingga pada akhirnya kita punya yang namanya kelas industri khusus jurusan RPL. Sebelumnya sudah ada dua kelas industri di jurusan TPTL yaitu kelas Honda dan Kelas Daihatsu. Jadi di sini saya masuk menambah kelas industri, semakin lengkap lah beberapa jurusan untuk kelas industri. Kita kan ada 8 jurusan. Beberapa jurusan belum semuanya ada kelas industri," tuturnya.
Wanita berjilbab ini berharap nanti semua kompetensi atau semua konsentrasi harus memiliki kelas industri. berangkat dari itu beberapa program juga yang sudah Dilakukan. Ia selalu menyemangati bapak ibu guru dan tenaga kependidikan (GTK) serta anak-anak didiknya di setiap ada ajang lomba apapun. "Kita harus tampil. Kata teman saya, orang lain nggak akan tahu kita bisa kalau kita terjun di kompetisi apapun. Tentunya sesuai kemampuan, talenta dan passion yang dimiliki," ujarnya.
Terbukti tim dari Jurusan Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan (DPIB) berhasil meraih juara 1 tingkat nasional dalam ajang Balsa Bridge Competition DISCO 8th yang diselenggarakan D4-Teknik Infrastruktur Sipil dan Perancangan Infrastruktur Universitas Diponegoro Semarang, Minggu (25/5/2025).
JUARA: Tim SMKN 2 Kraksaan meraih juara pertama pada ajang Balsa Bridge Competition DISCO 8th yang diselenggarakan Universitas Diponegoro Semarang, Minggu (25/5/2025).
"Jembatan berbahan stik itu digantung gitu ya. Kemudian ada pengait diisi pasir. jadi sampai betul-betul sampai jembatannya tuh patah baru di kita timbang berapa tutup bebannya setelah ditimbang. Kemarin alhamdulillah kita masuk nominasi terundang. Itu yang mengadakan Universitas Diponegoro Semarang. Kita alhamdulillah luar biasa kita itu meraih juara pertama tingkat nasional ya. Karena rivalnya juga dari beberapa daerah dari Sleman, Jogja dan lain-lain," terangnya.
Tim SMKN 2 Kraksaan yang terdiri dari Jamilatul Khumairoh (XI DPIB 1), Nadya Azzaira Dwi Syanita Putri (XI DPIB 1) dan Alya Habibah Azzahro (XI DPIB 2) berhasil membuat kontruksi jembatan berbahan stik kayu balsa dengan mampu menahan beban berat 40, 05 kilogram. Padahal berat jembatan yang dibuat dari stiknya itu cuma 25,3 gram.
Sementara yang dari SMKN 2 Sleman hanya mampu menahan beban 37 kilogram. SMKN 2 Sleman menjadi juara kedua. Sedangkan SMKN 3 Boyolali hanya mampu menahan beban 17,025 kilogram. "Jadi luar biasa kita padahal dari stiknya sendiri ini paling ringan konstruksinya," bebernya.
Kunci keberhasilan menahan beban banyak, yaitu bergantung pada cara memadukan panjang diantara stik yang satu dengan yang lain. Bahkan sampai pada pengelemannya pun tidak boleh terlalu banyak dan tidak boleh kurang. Karena ini juga akan mempengaruhi kekuatan struktur miniatur jembatan tadi.
Program SMKN 2 Kraksaan ke depan bukan hanya siswanya kemarin yang berkompetisi, tetapi GTK juga turut serta berinovasi melalui event tahunan yang digelar Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. GTK SMKN 2 Kraksaan harus mengikuti kegiatannya.

"Itu lomba inovasi atau innovation education di Jawa Timur. Memang Bapak Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur mencanangkan 2025 adalah tahun prestasi dan tahun inovasi. Jadi bukan hanya guru, tapi tenaga kerja juga karyawannya juga banyak yang ikut semoga nanti ada yang nyantol salah satu, salah dua atau salah tiga. Pasti bisa. Man jadda wajada. Kalau kita bersungguh-sungguh, insya Allah kita akan berhasil, itu yang saya terapkan," tegasnya.
Keberhasilan Herlina hingga kini memimpin 1.800 siswa dimulai dari hal kecil. Ketika ia merasa tidak terlalu mampu di bidang tertentu, Ia mencoba untuk berani mempelajari ilmunya, mau bertanya serta mencari tahu.
SESI PRESENTASI: Tim SMKN 2 Kraksaan mempresentasikan karya ilmiah kontruksi jembatan dari stik di Universitas Diponegoro Semarang.
"Mungkin kata kuncinya itu sehingga kita bisa sukses. Jadi kita kalau sudah kita yakin bisa insyaallah sesuatu itu kalau kita lakukan dengan keyakinan berarti kan kita senang. Kalau dilakukan dengan rasa senang, insyaallah berhasil," jelasnya.
Adapun pengalaman kepemimpinan lembaga pendidikan, Herlina bersyukur dapat mengembangkan lembaga pendidikan dibawah kepemimpinannya. Meskipun ada suka dan ada duka. "Kalau boleh jujur saya katakan saya sudah mengalami tiga macam rasa yang saya rasakan berbeda. Dan ini apa yang terjadi di tiga tempat yang memang luar biasa. Semua punya kenangan indah bagi saya, semuanya istimewa bagi saya," ujarnya.
SMKN 1 Dringu di mana merupakan sekolah yang bisa menjadikan Herlina sampai di titik ini. Pasalnya ia memulai belajar dari SMKN 1 Dringu. Diketahui bersama saat itu SMKN 1 Dringu adalah SMKN terkecil dengan jumlah siswa terkecil se-Kabupaten Probolinggo. Selanjutnya ia geser ke SMKN 1 Gending. Di SMKN 1 Gending, jumlah siswanya hampir 600. Terbilang skala menengah.
"Saya katakan, bisa juga banyak belajar. Ketika saya bisa memimpin SMKN 1 Gending pun pastinya tidak lepas dari pengalaman-pengalaman yang sudah ada di SMKN 1 Dringu,” ujarnya.
Ia menuturkan, di pembelajaran di sekolah, ada istilah moving class. Sedangkan di SMKN 1 Dringu itu moving school. Herlina sebagai seorang leader perempuan harus pindah-pindah sekolah tiga kali lokasi.
“Yang pertama satu atap dengan SDN Kalisalam 2, yang kedua menempati eks Kantor Bupati lama dan sekarang dikenal namanya MPP atau mal pelayanan publik. Di situ biasa terbuka kemudian saya harus bergeser lagi karena waktu itu memang eks Kantor Bupati akan dijadikan mall pelayanan publik bergeser lagi menempati wisma atlet yang ada di lingkungan DLH yang sampai sekarang masih ditempati," katanya memekik.
Wanita berkacamata ini menambahkan bahwa setiap dua tahun dalam kurun waktu enam tahun selama menjadi kepala sekolah SMKN 1 Dringu, itu berpindah tempat. Jadi menurutnya, meja kursi sarana prasarana sekolah, itu rusak bukan dipakai tapi rusaknya naik turun truk. Pasalnya harus pindah-pindah.
"Tapi itu menjadikan saya lebih dewasa dalam menanggapi suatu problem. Bagaimana kita memecahkan masalah, kita justru belajar dari situ. Dimana waktu itu pegawai negerinya hanya satu-satunya, yaitu kepala sekolahnya jadi yang lain itu non PNS. Dengan jumlah siswa yang pertama kali masuk tidak lebih dari saya masih ingat 61 siswa seperti itu sampai saya keluar tuh kurang lebih 127 siswa seperti itu, luar biasa," tuturnya.
Di SMKN 1 Gening pun banyak perubahan dari segi pembangunan. Dari yang halaman sekolah berupa tanah yang banyak tumbuh akar-akar kayu jati sehingga sudah sering kali membuat guru kami terjatuh saat hujan itu, saat ini sudah dipaving.
"Alhamdulillah sudah mulai ada dari depan untuk lapangan upacara anak-anak kemudian sampai ke belakang pokoknya luar biasa sekali yang terasa. Muai ada sedikit demi sedikit ada ruangan terbuka walaupun bukan pertanian, tapi kita menanam tanaman di polybag ada sawi, selada, bawang pre. Alhamdulillah guru-gurunya di sana support. Kemudian juga kami buat gerbang otomatis memakai remot, kemudian ada buku tamu elektronik," ujarnya.
Di SMKN 2 Kraksaan juga sudah memiliki pintu gerbang otomatis dan buku tamu elektronik yang digital. Ke depan SMKN 2 Kraksaan akan menghidupkan podcast. Selama ini SMKN 2 Kraksaan punya ekstra kulikuler jurnalislik. "Kita akan menghidupkan podcast di lantai atas, sehingga bisa menggali inovasi yang dimiliki siswa," terangnya.
SMKN 2 Kraksaan juga menerapkan absensi siswa melalui kartu donat. Sehingga dapat diketahui jam berapa masuk, terlambat, dan jam berapa pulang. Kartu itu ditempel ke tempat absen. Absensi ini sudah berjalan di jurusan yang kelas industri dulu, termasuk jurusan RPL dulu. "Kita kemarin masih simulasi, karena harus penggandaan," ungkapnya.
Beberapa program ke depan yang ingin Herlina laksanakan adalah Ngobrol bersama Kepala Sekolah atau diakronim “Ngobras Berkala”. program baru ini akan dilaksanakan di awal tahun ajaran baru. Ia ingin melihat dan mendengar curhat dari para siswanya.
"Biar saya tahu apa yang menjadi keinginan, apa yang menjadi kebutuhan anak-anak terhadap titik pelayanan kami. Titik kepuasan pelayanan itu sampai dimana. Ini sebagai kontrol saya juga. Jadi nanti program ke depan cukup mungkin satu jam tatap muka saya akan bertemu masuk kelas. Karena sekarang kepala sekolah enggak ngajar. Harapannya kan ini lebih baik," katanya. (hla/why)

Share to
 (lp).jpg)