Kesabaran Ida Merawat Putri Mungilnya yang Mengalami Lumpuh Otak

Alvi Warda
Alvi Warda

Sunday, 13 Nov 2022 11:20 WIB

Kesabaran Ida Merawat Putri Mungilnya yang Mengalami Lumpuh Otak

PANTANG MENYERAH: Ida Kuswati yang dengan kesabarannya merawat Khotijah, anak perempuannya yang mengalami lumpuh otak.

“Saya belajar banyak hal, terutama ‘pantang menyerah’. Anak saya ini masih lebih mending, ketimbang pasien lainnya di Poli Anak.“

--------------------

PEMBELAJARAN itu mengkristal dalam benak Ida Kuswati, 42, seorang ibu asal Jl Bengawan Solo Gang Kyai Amin, Kelurahan Jrebeng Lor, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo. Ida dianugerahi seorang putri mungil, yang mengalami lumpuh otak.

Putri mungil Ida Kuswati bernama Khotijah, yang sekarang berumur 2 tahun lebih. Sejak berusia 8 bulan, Khotijah didiagnosa mengalami lumpuh otak.

Khotijah merupakan anak kedua pasangan Ida Kuswati dan dan Saleh, 40. Pasangan ini tinggal di sebuah rumah di Jl Bengawan Solo Gang Kyai Amin. Ida dan suaminya begitu sabar merawat Khotijah.

Sehari-harinya, ida bekerja sebagai buruh tani. Sedangkan suaminya bekerja serabutan. Terkadang, ada tangan-tangan filantropis yang mengulurkan bantuan pada keluarga Ida-Saleh untuk bertahan hidup.

Saat ditemui tadatodays.com, Sabtu (12/11/2022) sore lalu, Ida Bersama putrinya sedang duduk di teras rumah. Ida harus memangku Khotijah. Pelukan Ida selalu menghangatkan Khotijah. 

Ida berbagi kisah awal mula perjalanan memiliki seorang anak yang lumpuh otak. Persalinannya, membawa Ida ke gerbang perjuangan. Di tahun 2020, ia melahirkan Khotijah secara prematur. Selain itu, kondisi tubuh Ida melemah, sampai dilarikan ke RSUD dr Moh. Saleh.

Kata dokter, Ida mengalami anemia atau kekurangan darah.  “Ternyata saat hamil saya memang kekurangan darah,” ujarnya Ida sembari memberi susu pada  Khotijah.

Persalinannya juga terhitung mendadak. Ia tidak menyangka akan melahirkan saat itu juga. Alhasil, Ia melahirkan Khotijah di rumahnya dengan memanggil seorang bidan terdekat. Empat hari sebelum melahirkan, air ketuban sudah pecah. Padahal usia kandungannya masih kurang dari 8 bulan. Ida akhirnya memanggil bidan untuk memeriksa.

Bidan yang menyaksikan kondisi Ida saat itu, menyarankan untuk opname. Idapun berangkat ke rumah sakit, dan menjalankan perawatan intensif selama tiga hari. Saat dirawat di rumah sakit, ia harus sendirian. Sebab, saat itu pandemi Covid-19 masih parah. 

Setelah tiga hari menjalankan rawat inap, Ida pulang ke rumahnya. Namun, lagi-lagi hal memilukan kembali terjadi padanya. Dapat sehari di rumah, perut Ida terasa seperti mulas. Ia merasa sampai tidak memiliki tenaga untuk membuka matanya.  “Keesokannya jam enam pagi itu perut mules sampai jam 9, taunya saya lahiran” ucapnya.

Khotijah akhirnya lahir ke dunia. Ia dibantu seorang bidan yang sama. Sewaktu bidan dipanggil, air ketuban Ida pecah. Bidan itu sempat bertanya pada Ida, kenapa pulang dari rumah sakit. Ida mengatakan, kondisi tubuhnya sudah membaik. Terlebih, prediksi dokter akan kelahiran Khotijah masih jauh.  “Kalau saya tahu bakal lahiran sekarang, saya tidak bakal pulang,” katanya.

Dalam proses Ida melahirkan, ari-ari tidak bisa keluar. Ida kembali dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan Khotijah dititipkan pada mertuanya. Ia berangkat ke rumah sakit bersama suaminya.

Begitu pulang ke rumah setelah beberapa hari dirawat, beberapa orang menuturkan pada Ida bahwa anaknya yang baru lahir sempat sekarat. “Orang-orang itu bilang, ini (Khotijah, red) mau meninggal,” tutur Ida pelan. 

Hidupnya pun berjalan seperti biasa. Setelah Khotijah berusia delapan bulan, bayinya itu harus dilarikan ke Puskesmas Kedopok. Saat itu, menurut Ida, tubuh anak bungsunya itu kaku.

Melihat kondisi Khotijah yang memperihatinkan, menurut Ida, pihak puskesmas menyarankan padanya untuk membawa bayinya itu ke Poli Anak di RSUD. Ida pun kembali melangkahkan kakinya ke rumah sakit. “Awalnya bukan langsung saraf otak, tapi TBC dan gizi buruk,” tutur Ida tentang diagnosa penyakit yang mendera putrinya. 

Beberapa hari berkunjung ke poli kesehatan dan puskesmas, diagnosa pada Khotijah masih gizi buruk. Namun, setelah menginjak usia dua tahun, Khotijah didiagnosa lumpuh otak oleh dokter. Kemungkinan Khotijah mengalami lumpuh otak sejak usia delapan bulan. 

Sejak itu hidup Ida berubah. Setiap hari ia harus bersabar dan telaten merawat anak perempuannya itu. Khotijah rutin terapi dan pengobatan di Poli Anak. Menurut keterangan dokter pada Ida, Khotijah bisa sembuh.  “Inshaallah, itu kehendak Yang Maha Kuasa. Kita bisa apa?” ucap Ida. 

Segala perawatan dari saran teman dan keluarga ia jalankan. Salah satunya seperti kum-kum di laut Mayangan. Ia hanya bisa yakin, setiap usahanya pasti membuahkan hasil. 

Di ujung ceritanya, Ida tak kuasa menahan air matanya. Ida berusaha yakin dan tak mau menyerah demi sembuhnya Khotijah.  “Saya belajar banyak hal, terutama pantang menyerah. Anak saya ini masih lebih mending, ketimbang pasien lainnya di Poli Anak,“ ucapnya. (alv/why)


Share to