Ketika Miyazato Anna, Pengajar Bahasa Jepang Berbagi Ilmu dan Pengalaman di SMKN 1 Probolinggo

Udin Asnawi
Sabtu, 10 Nov 2018 11:18 WIB

BELAJAR HURUF JEPANG: Miyazato Anna (paling kanan) dan Kartika Cahyawati (paling kiri) bersama siswa SMKN 1 Probolinggo.
PROBOLINGGO - SMK Negeri 1 Kota Probolinggo mendapat tamu istimewa. Dialah Miyazato Anna. Dari namanya, sudah jelas dia bukanlah warga negara Indonesia. Ya, Miyazato Anna merupakan warga negara Jepang. Bersama dua temannya, Miyazato akan berbagi pengalaman selama mengajar di Indonesia melalui program Nihongo Parteners, Japan Foundation.
Senyum terus mengembang dari bibir gadis kelahiran Okinawa. Didampingi Kepala SMKN 1 Probolinggo Didik Purwandi dan Guru Bahasa Jepang Kartika Cahyawati, Miyazato berbagi pengalaman selama mengajar di Indonesia. Meski belum lama menginjakkan kaki di Indonesia, ia mengaku tidak kesulitan dalam menularkan ilmunya ke peserta didik. Apalagi, selama mengajar, dia didampingi oleh Guru Bahasa Jepang asal Indonesia.
Sama halnya ketika menjalani sesi wawancara dengan tadatodays.com, Miyazato didampingi Kartika Cahyawati sebagai penerjemah. “Saya menerapkan konsep pembelajaran dengan interaksi langsung. Sebab bahasa itu katanya adalah bahasa sehari-hari yang harus sering diucapkan,” terangnya mengawali pembicaraan.
Selain berkomunikasi langsung dengan siswa, Miyazato banyak mengajar anak menulis huruf kanji. Metode semacam ini menurut Mizayato, memudahkan siswa memahami bahasa Jepang dan tulisannya. “Misalnya siswa setiap bertemu harus meggunakan bahasa Jepang, selalu kami lakukan. Baik saat bertegur sapa atau lainnya,” katanya saat diterjemahkan oleh Kartika Cahyawati, Guru Bahasa Jepang.
Selama berbagi pengalaman, Miyazato juga mengenalkan kedisiplinan ala negeri matahari terbit. Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, Jepang menerapkan pendidikan 8 jam, mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00. Kemudian pukul 16.00 hingga 19.00, siswa mengikuti pelajaran ektrakulier.
“Cuma yang membedakan di Jepang, setiap pergantian jam mata pelajaran ada waktu istirahat 15 menit. Jadi siswa tidak kaget, ada waktu rehat untuk pergantian mata pelajaran. Jadi mereka bisa menyiapkan materi pembelajaran di mata pelajaran selanjutnya,” ujar perempuan yang di Probolinggo menyukai kuliner bakso ini.
Miyazato mengatakan, negaranya memang menerapkan kediplinan tingkat tinggi. Termasuk untuk guru. Jika guru absen, diganti dengan guru yang lain. Jika guru lain juga berhalangan, maka siswa harus belajar sendiri di dalam kelas. Tidak boleh keluar. Jika ada yang keluar, maka siap-siap mendapat sanksi. “Setiap negara aturan dan kebijakannya tidak sama. Saya menghargai itu,” terangnya.

TULARKAN ILMU: Miyazato Anna, Pengajar Bahasa Jepang di SMKN 1 Probolinggo diapit Kepala SMKN 1 Probolinggo Didik Purwandi dan Guru Bahasa Jepang Kartika Cahyawati.
Perempuan berkulit putih ini juga mengomentari soal pakaian siswa di Indonesia. Dimana pakaiannya beragam. Ada batik, ada putih-biru, ada baju jurusan, dan ada baju Pramuka. Berbeda dengan di Jepang yang hanya satu seragam. Ditambah jaket jika musim dingin tiba. Jika kemarau, siswa memakai pakain putih.
“Untuk mata pelajaran, hampir sama dengan di Indonesia. Ada sekitar 10 mata pelajaran, di Jepang juga ada SMK,” kata mahasiswa jurusan bahasa Jepang dan Inggris Universitas Meio Daigaku, Jepang.
Meski secara adat, budaya, dan dalam banyak hal berbeda dengan di Jepang, namun Miyazato mengaku betah tinggal di Indonesia. Salah satu alasannya, karena cuaca tropis di Indonesia, sama dengan tempat kelahirannya di Okinawa. Selama di Probolinggo, Miyazato sudah mengunjungi beberapa destinasi wisata dan ruang terbuka hijau (RTH).
Di antaranya, Bee Jay Bakau Resort (BJBR), Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL), dan hutan kota yang tersebar di sejumlah titik. “Kecuali di Bromo, di sana dingin, jadi saya tidak begitu tertarik,” katanya terkekeh.
Apakah tidak kangen dengan Okinawa? Mendapati pertanyaan seperti ini, Miyazato tersenyum. Kerinduan akan kampung halaman tentu dirasakannya. Terutama soal kuliner. Seperti bakso misalnya. Jika sudah makan, ia selalu ingat dengan Jepang. Kuliner menjadi hal yang paling dirindukan Miyazato. Bahkan, saat pulang nanti, hal pertama yang akan dilakukannya adalah, menyantap masakan Jepang.
Selain di SMKN 1, Miyazato juga akan berbagi pengalaman dan mengajar di lima sekolah lainnya. Di antaranya, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMKN 3, dan SMKN 4. (alf/sp)




Share to
 (lp).jpg)