Kisah Pak Rudi, Warga Sukabumi Kota Probolinggo yang Tinggal di Gubuk karena Sakit Menahun

Alvi Warda
Alvi Warda

Tuesday, 07 Jan 2025 17:20 WIB

Kisah Pak Rudi, Warga Sukabumi Kota Probolinggo yang Tinggal di Gubuk karena Sakit Menahun

SAKIT: Pak Rudi yang memilih tinggal di gubuk.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Kisah Rudi Hartono, warga Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo, terasa memilukan. Ia sakit menahun membutuhkan uluran bantuan untuk bertahan hidup.

Rudi berusia 45 tahun, memilih tidur di sebuah gubuk di belakang rumahnya. Rumah itu terletak di RT 8 RW 1 di Jalan Wijaya Kusuma nomor 8/43. Meski ada rumah yang disebut milik kakaknya, namun tidak ditempati, sebab tidak ada kejelasan hak menempati.

Saudara Rudi kerja merantau entah kemana. Sementara, adiknya yang bungsu juga tinggal bersamanya menempati sebuah dipan di belakang rumahnya. Adiknya tidak sehat secara psikologis, sehingga juga membutuhkan perawatan.

Gubuk dengan lebar tidak sampai dua meter itu hanya disediakan dipan kayu dan beberapa bantal. Di dua sisi menumpuk baju Rudi dan beberapa benda miliknya, seperti jam tangan yang tidak ada gelangnya, korek serta obat-obatan.

GUBUK: Kondisi gubuknya yang begitu memprihatinkan.

Kemudian ada sebuah ember atau bak, yang digunakan sebagai wadah ketika Rudi buang air kecil. Bak itu disediakan sebab Rudi tidak bisa melangkah dengan lancar ke kamar mandi yang berjarak 4 meter lebih.

Mirisnya, di utara gubuk Rudi ada kandang ayam milik kakaknya, Sholeh. Sholeh ini lah yang menjadi tulang punggung kedua adiknya. Namun, tidak rutin. Terkadang Sholeh yang hanya berkerja mencari barang bekas, tidak menjenguk Rudi atau adiknya.

Saat ditemui pada Selasa (7/1/2025) dan diajak mengobrol, Rudi menjawab dengan gagap. Namun, ia bisa menangkap maksud lawan bicara.

Dengan pelan ia mengatakan telah 2 tahun lebih sakit-sakitan. Saat ditanya jenis penyakitnya, Rudi menyampaikan dalam tubuhnya terasa sakit. "Di dada ini sakit dalam sini," katanya sambil menyentuh dadanya.

Rudi juga berharap dan bersedia apabila dirawat di rumah sakit. "Mau kalau di rumah sakit," katanya.

Selasa siang itu, ia mengenakan baju rapi, sarung dan berkopyah. Rupanya Rudi baru rampung membersihkan diri. Ia dibantu tetangganya, Uut, yang rumahnya berada di selatan rumah Rudi.

Menurut Uut, sakitnya Rudi sejak proses pembangunan rumah yang entah atas nama siapa di antara keempat suadaranya itu. Saat itu, Rudi yang bekerja serabutan seperti memperbaiki barang-barang memilih menepi. "Istrinya pergi entah kemana, itu dua tahun lalu lebih tapi wes" katanya.

Sejak itu, Rudi jarang keluar. Gubuk itu bahkan dibangun oleh saudara-saudaranya. "Cekcok dulu. Akhirnya sepakat buat Pak Rudi tidur di gubuk dan ya selama dua tahun tetangga bantu ngurusi," ujarnya.

Saat ini, kata Uut, meski Sholeh bekerja dan terkadang memberikan beras atau makanan pada kedua adiknya itu, mereka masih terbilang kekurangan. "Yang memasak itu adiknya. Meskipun kondisinya tidak sehat secara akal, tapi masih nurut dan bisa masak nasi," ucapnya.

Pernah suatu hari saat menjenguk Rudi, Uut bertanya padanya apakah sudah makan atau belum. Rudi dan adiknya itu mengatakan belum. "Saya yang pegang uang hanya Rp. 10.000 beli gorengan dan makan bareng. Nangis saya mbak," katanya.

Listrik hingga air masih bisa ditanggung dari uang pemberian kakak Rudi, atau bantuan yang didapat.

Uut sering mencarikan dan menjembatani uluran bantuan untuk Rudi dan adiknya itu. "Saya selalu bilang, ada hamba allah ngasih uang segini segitu, kalau berasnya habis atau gas elpiji nya habis, nanti saya belikan," tuturnya.

Uut menyatakan, pihak kelurahan telah mengunjungi Rudi dengan membawa tenaga kesehatan. (alv/why)


Share to