Komunitas “Bromo”, Berbagi Kesukaan akan Musang

Mochammad Angga
Sabtu, 28 Dec 2019 21:10 WIB

KENALKAN: Komunitas pecinta musang di Kota Probolinggo “Bromo” berkunjung ke salah satu lembaga pendidikan TK di kota setempat. Tujuannya mengenalkan hewan musang pada anak-anak.
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Kalau biasanya orang-orang memelihara kucing, ikan, burung atau anjing ada beberapa orang yang suka memelihara hewan yang berbeda. Hewan yang tergolong nyentrik seperti musang misalnya. Mamalia pemangsa ini juga memiliki penggemar di Kota Probolinggo yang tergabung dalam komunitas BROMO (Barisan Owner Musang Probolinggo).
Salah satu pegiatnya, Widiantoro, 22, warga Jorongan, Leces Kabupaten Probolinggo. Bersama komunitasnya, Widiantoro aktif mengenalkan musang kepada masyarakat sebagai hewan peliharaan.
Widiantoro mengatakan, banyak manfaat dalam pemeliharaan musang ini. “Secara ekonomis harga jual musang cukup lumayan. Bisa Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu untuk musang biasa. Berbeda semisal musangnya cacat, cacat di sini bukan dimaksud yang negatif ya. Tapi kepala atau buntutnya putih itu bisa mencapai Rp 12 juta sampai Rp 20 juta. Tergantung jenis musangnya," ujar Widi.
Tingginya harga musang atau yang terkenal dipanggil luwak ini bisa tinggi karena untuk dipelihara. Bukan karena diambil dagingnya. “Ketua komunitas ini namanya mas Firdaus, warga Jati, Kota Probolinggo. Biasanya kami berkumpul untuk mengenalkan musang pada khalayak umum atau anak-anak TK,” jelasnya.
Setiap minggu, komunitas ini berkumpul dan mengadakan sosialsiasi untuk mengurangi perburuan liar terhadap musang. Dengan berkumpul itu pula anggota komunitas bisa saling berkonsultasi bila ada yang tidak diketahui dari keseharian memelihara musang.

Sebab, menurut Widi, yang tak banyak diketahui oleh masyarakat umum salah satunya adalah keunikan musang. “Seperti misalnya, kalau hewan lainnya semisal berak baunya pesing. Sedangkan musang ini tegantung apa yang dimakan. Bisa berbau pandan. Kalau musang makan pisang ya bentuk kotorannya bisa seperti pisang dan warnya pula seperti pisang. Kuning-kuning gimana gitu," ujarnya tergelak.
Menurut pemuda yang terinspirasi pamannya, Achmad hingga memelihara musang ini mengatakan penggemar musang tak hanya komunitas Bromo. Ada juga Kompas, Kombo dan Muskar yang merupakan komunitas penggemar musang juga.
Widiantoro mengatakan misi utama komunitas-komunitas penggemar musang ini adalah mengajak masyarakat menghentikan perburuan liar terhadap musang. Kalau perlu mengajak masyarakat menjadikan musang sebagai hewan peliharaan.
"Untuk perawatan musang ini tidak terlalu sulit dan tidak membutuhkan perawatan khusus. Cukup diberi makan sehari dua kali. Bisa buah-buahan yang dihaluskan, daging atau serangga," pungkasnya. (ang/hvn)

Share to
 (lp).jpg)