Komunitas Kita Produktif, Solusi Belajar Anak Didik di Masa Pandemi

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Sunday, 18 Jul 2021 15:18 WIB

Komunitas Kita Produktif, Solusi Belajar Anak Didik di Masa Pandemi

AKTIF: Anggota Kita Produktif selalu menjalin komunikasi dengan anak didik saat proses pembelajaran berlangsung. Hal itu, menunjukkan adanya perhatian dari anggota komunitas terhadap anak didiknya.

PROBOLINGGO, TADATODAYS COM - Kita Produktif adalah sebuah komunitas yang berdiri di masa pandemi covid-19, tepatnya pada tanggal 25 Mei 2020. Berbeda dengan yang lain, komunitas yang bertagline “Mari Berkarya Bersama Kita Produktif” ini dibentuk khusus untuk mendidik anak-anak mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (Paud), Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD).

Tidak sulit untuk bertemu dengan ketua komunitas Kita Produktif, Siti Nur Seha. Tadatodays bertemu dengannya di rumahnya di Dusun Pasar II, Rt 06, Rw 03 Desa Bimo, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo. Dengan suguhan teh manis, kami pun mulai ngobrol. Siti menceritakan, pendirian komunitas Kita Produktif merupakan inisiatif dirinya dan dua orang temannya bernama Ruli Puji Lestari, asal Desa Kalirejo, Kecamatan Dringu dan Rusdiawati asal Desa Gondusuli, Kecamatan Kotaanyar.

Pembentukan komunitas tersebut diawali kepedulian ketiganya terhadap anak didik di masa pandemi. Khususnya pelajar yang tinggal di daerah pegunungan dan belum mampu membeli gatget, ataupun kesulitan sinyal internet saat belajar secara daring atau online. Mereka pun memikirkan hal itu. Ketiganya berfikir bagaimana sekiranya anak didik tersebut tetap bisa belajar meski sekolah sudah banyak yang melakukan pembelajaran daring.

BELAJAR BERSAMA: Dengan berkumpul bersama di salah satu musala Desa Bimo, anak didik lintas jenjang pendidikan mendapat arahan dari anggota komunitas Kita Produktif.

Lama melakukan perbincangan, mereka sepakat untuk membuat suatu komunitas yang khusus mengajari anak-anak di kawasan pegunungan. Mereka mulai mengajar anak-anak di tempat salah satu anggotanya, kemudian bergilir dari satu anggota ke anggota lainnya. "Saat ini anggota kami lima orang," terang perempuan kelahiran 10 Juli 1996 itu.

Lima orang anggota itu kesemuanya berasal dari desa yang berbeda. Dari perbedaan domisili itulah, setiap anggota bertanggung jawab atas anak didik yang berada di desanya itu. Rumah masing-masing anggota bakal ditempati proses belajar mengajar yang dilaksanakan setiap seminggu sekali, yakni hari Sabtu.

Mata pelajaran yang diajarkan juga tak jauh dari pembelajaran yang ada di sekolah. Mulai pembelajaran umum seperti matematika, bahasa Indonesia ataupun pembelajaran kreatif, seperti menggambar, membuat kerajinan dari barang bekas, dan keterampilan pertanian hidroponik.

SEMANGAT: Salah satu anak didik tingkat usia dini tampak belajar mewarna menggunakan media yang sediakan komunitas Kita Produktif, dengan tetap memakai masker sebagai bentuk ketaatan protokol kesehatan.

Tak hanya berpaku pada materi itu saja, anak didik komunitas Kita Produktif juga diberi kebebasan untuk menanyakan ataupun menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) dari sekolahnya. Sehingga selain belajar materi baru, mereka juga diajarkan tanggung jawab menyelesaikan PR sekolah. "Setiap kelompok ada 25 anak," katanya.

Saat ditanya suka duka dalam menjalankan komunitasnya. Perempuan lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini mengatakan kalau sukanya karena bisa diterima dengan baik baik oleh orangtua ataupun anak didik. Sehingga dapat memberikan manfaat berupa pembelajaran.

Sedangkan dukanya terkadang kesulitan untuk mengatur waktu dan energi. Masing-masing anggota itu juga mempunyai kesibukan dalam pekerjaannya, termasuk Siti. “Padahal di waktu itu harus mengajar anak-anak,” ujarnya.

Meski keterbatasan waktu, ia enggan membuka rekrutmen anggota komunitas karena ia masih ingin mensolidkan dan menata komunitasnya lebih baik lagi.

Selain mengajar secara langsung, setiap dua minggu sekali komunitas Kita Produktif juga mengadakan kegiatan webinar yang diikuti oleh masyarakat umum.

DUKUNGAN: Anak didik Kita Produktif menunjukkan beberapa buku sumbangan dari Perpustakaan Daerah Kabupaten Probolinggo. Dengan dukungan itu, anggota komunitas tidak berjalan sendiri karena didukung oleh pemkab setempat.

Menolak Digaji, Didukung Perpusda

KOMUNITAS yang sudah satu tahun berjalan ini tidak sepeser pun memungut biaya terhadap anak-anak yang mereka didik. Itu dilakukan, karena dari awal komitmen para pendiri hanya memberikan literasi terhadap penerus bangsa. Jadi, selain mendapatkan ilmu dari sekolahnya, anak didik juga bisa mendapatkan tambahan ilmu dari komunitas Kita Produktif.

Bahkan tidak sedikit orangtua dari anak yang diajarkannya hendak memberikan uang, ataupun meminta agar komunitas menarik iuran di setiap pertemuan. Namun karena komitmen awal tidak untuk mencari pendapatan, Siti bersama anggotanya pun menolak hal itu. Mereka tetap memakai uang pribadi masing-masing.

Selain komitmen itu, Siti juga menilai kalau tidak semua orangtua dari anak itu berasal dari keluarga mampu. Jika ditarik iuran, ia khawatir ada yang tidak mampu. Sehingga komitmen tidak menarik iuran tetap dipegang teguh.

Bukan hanya soal uang, terkadang ada juga orangtua yang meminta agar pembelajaran sesekali ditempatkan di rumah orang tua. Tapi permintaan itu juga ditolak secara halus. "Khawatir ada kesenjangan," kata Siti.

Meski sudah ada penolakan, pihaknya juga tidak dapat membendung orangtua yang hendak menyisihkan rezekinya. Sesekali komunitas Kita Produktif mendapatkan bantuan berupa konsumsi di saat mengajar. Termasuk dukungan dari setiap pemerintah desa daerah asal anak didik.

Masing-masing desa juga mempersilahkan jika komunitasnya ingin memanfaatkan kantor desa sebagai tempat belajar mengajar. Tak hanya itu, komunitas ini juga mendapat suport dari Perpustakaan Daerah Kabupaten Probolinggo. “Memberikan bantuan literasi berupa penyediaan buku-buku,” ujar Siti.

Ia berharap komunitasnya ini bisa terus berkembang, agar terus memberikan manfaat kepada banyak orang. Khusunya anak-anak yang bergabung belajar bersama komunitasnya.

Ia juga berharap kepada para mahasiswa yang sudah lulus untuk memberikan kontribusi terhadap desanya masing-masing. (zr/don)


Share to