Komunitas Photography n Sharing : Tak Hanya Salurkan Hobi, Juga Regenerasi

Mochammad Angga
Mochammad Angga

Sunday, 23 Feb 2020 23:55 WIB

Komunitas Photography n Sharing : Tak Hanya Salurkan Hobi, Juga Regenerasi

CERIA: Anggota komunitas Photography n Sahring foto bersama setelah sesi diskusi.

Fotografi saat ini bukan hanya diminati kalangan tertentu. Selain teknologi yang semakin maju dan terjangkau -sehingga membuat orang dengan mudah memiliki kamera-, dunia fotografi saat ini hampir tak dapat dipisahkan dalam aktivitas apapun. Karena itulah, sejumlah peminat fotografi kemudian berkumpul dan membentuk komunitas bernama Photography n Sharing.

Sejumlah foto terkirim ke WhatsApp wartawan tadatodays.com dari Alivi Edy Prasetyawan. Dari sudut pengambilan gambar, jelas jika foto-foto itu bukan diambil oleh fotografer amatiran. Setidaknya, foto-foto itu dibidik oleh fotografer yang memahami teori serta sering mempraktekkan kemampuan fotografinya.

Ya, foto-foto itu merupakan sebagian kecil karya anggota komunitas Photography n Sharing. Aliv -sapaan akrabnya – menyebut, foto-foto itu merupakan objek yang sering dibidik oleh anggota komunitasnya. Selain foto-foto yang merupakan dokumentasi kegiatan inisiasi anggota komunitas.

“Ini hanya sebagian kecil saja, karena genre kita sebenarnya bebas,” terang Aliv pada tadatodays.com. Meski menyebut jika fokus objeknya bebas, namun anggotanya memang banyak membidik objek lanskap seperti keindahan alam, seni budaya, hingga human interest.

Mereka menyebut, objek-objke tersebut lebih hidup dari objek lainnya. Karena kesamaan cara pandang dalam objek foto itulah, komunitas ini lahir. Digagas sejak 2014 oleh nama-nama seperti Hendy T. Purnomo, Alivi Edy Prasetyawan, Abdul Haris Thoriq, Ferry Hidayat, dan fotografer lainnya.

SEGAR: Hasil bidikan anggota komunitas Photogtaphy n Sharing yang memotret keindahan alam mulai gunung, kebun teh, dan pemetiknya. Kegiatan hunting foto semacam minimal mereka lakukan selama sepekan sekali.

Bermula dari sekumpulan pecinta fotobgrafi yang sering berdiskusi dan ngopi. Mereka kemudian sering pula hunting bersama ke sejumlah objek, serta mendiskusikan masing-masing karya. Saat itulah, mereka sepakat membentuk komunitas sebagai wadah untuk menyalurkan hobi tersebut.

Aliv menyebut, semakin hari semakin banyak peminat fotografi yang ingin bergabung dalam komunitas tersebut. Ia dan teman-temannya memang tidak menutup peluang siapapun masuk dalam komunitasnya. “Karena prinsip kami, semakin banyak orang yang ikut berdiskusi, maka semakin baik hasilnya,” katanya.

Itu sebabnya, mereka memilih nama komunitas Photography n Sharing, karena tujuannya tak hanya menyalurkan hobi memotret objek. Namun juga ajang silaturahim dan berdiskusi. Bahkan, kini tak hanya dua kegiatan itu saja yang dilakukan. Sesekali mereka melakukan bakti sosial sebagai wujud kepedulian pada sesama.

Alumni SMK Negeri 2 Kota Probolinggo 2008 ini mengatakan, keberadaan komunitas yang digagas bersama kawan-kawannya ini juga dalam upaya memberikan manfaat lain. Seperti penghargaan dari sebuah karya. Di mana, sebagian karya mereka sudah dibeli oleh sejumlah hotel maupun instansi sebagai dokumentasi.

Tak hanya itu, karya mereka juga bisa dimiliki melalui laman shutterstock.com, portal jual beli karya fotografi. Setidaknya, mereka bisa mendapat hasil dari karya yang mereka buat. Terutama karya foto dengan nuansa alam dan objek wisata. Alvi menyebut, hal ini juga menjadi sumbangsih fotografer pada promosi wisata.

“Kita tahu bahwa di Probolinggo ini banyak keindahan alam yang menjadi objek menarik,” katanya. Karena itu, minimal sebulan sekali mereka hunting bareng. Keseruan saat hunting bareng menurut Aliv, menjadi hiburan tersendiri di kala penat. “Kami lakukan enjoy, bercanda bareng juga,” imbuhnya.

Selain hunting bareng dan diskusi internal, beberapa kali mereka mengundang narasumber seperti Beni Raharjo, videografer senior, dan Don Hasman, fotografer profesional dari Jakarta. Hal itu sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam dunia fotografi maupun videografi.

Tak hanya itu, mereka juga rajin menggali informasi lomba fotografi. Tujuannya tentu bukan semata-mata hadiah, melainkan juga menguji karya mereka. Karena hasil karya juga perlu diuji oleh sudut pandang orang lain. (ang/sp)

DISKUSI: Hendy T. Purnomo (kiri) saat mendampingi Don Hasman, fotografer profesional dari Jakarta untuk berbagi ilmu fotografi.

Tak Punya Kamera Pun Boleh Bergabung

Aliv menyebut, komunitasnya tak membatasi siapapun yang ingin bergabung. Baik dari kalangan pelajar maupun umum. Memiliki kamera DSLR, ponsel, sampai tak punya kamera sekalipun. Hal itu semata-mata karena komunitasnya ingin ilmu fotografi tidak dimonopoli pemilik kamera bagus.

“Mereka bukan dipaksa untuk ikut. Namun inisiatif sendiri mempelajari dunia fotografi. Bonusnya, mereka jadi banyak teman. Ia mengatakan, teori fotografi gampang-gampang mudah untuk dipahami. Setidaknya butuh waktu 2-3 bulan untuk mempelajarinya.

Namun, itu semua tak berlaku jika praktek tak segera dilakukan. Karena itu, usai diskusi teori dan pemahaman fotografi, komunitasnya selalu mewajibkan untuk praktek. “Secara berproses mereka akan mengetahui sendiri hal-hal yang perlu dilakukan dalam menjadi fotografer professional,” katanya.

Seperti saat mengisi diskusi dengan audiens pelajar tingkat SMA. Pihaknya akan menyediakan waktu untuk praktek. Ia menyebut, pelibatan anak-anak usia pelajar untuk memahami dunia fotografi akan memberikan dampak positif. Selain menggunakan teknologi dengan baik, mereka akan memiliki keilmuan.

Keilmuan itu nantinya bisa dimanfaatkan mereka. Baik sekedar menyalurkan hobi, mencetak prestasi, sampai pendapatan pribadi. Termasuk menjajaki kemungkinan menyalurkan hobi itu dalam bentuk aktivitas jurnalistik. (ang/sp)


Share to