Kudapan Juara, Bongko Kraksaan Gunakan Warna Alami

Hilal Lahan Amrullah
Wednesday, 01 May 2019 07:38 WIB

TRADISIONAL: Mendekati Ramadan akan banyak sekali penjual kue Bongko bermunculan. Karena Bongko telah menjadi sajian khas Ramadan, PKK Desa Asembagus mencoba menyajikan dengan ciri khas berbeda. Kudapan ini berhasil menyabet juara pertama Lomba Kudapan Khas Kraksaan dengan juri Chef Rudy Choiruddin, (22/01) lalu.
KRAKSAAN - Sudah menjadi semacam tradisi pada bulan Ramadan, di berbagai daerah menjajakan beragam makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Begitu pula dengan yang ada di Kota Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Daerah ini memiliki kuliner Bongko yang merupakan kue atau jajanan tradisional khas Ramadan. Bongko ini cukup unik dan menarik karena dibuat dengan pewarna alami. Bahkan hanya dijual selama Bulan Ramadan saja.
Bongko Kota Kraksaan terbuat dari tepung beras. Tepung beras yang dipakai tidak sembarang tepung beras, yaitu tepung beras yang digiling sendiri. Sedangkan pewarna yang digunakan adalah pewarna alami berasal dari wortel untuk warna kuning. Sementara warna hijau didapat dari daun pandan. "Beras kita kom (rendam, Red.) dengan air setengah jam. Setelah lunak diselep," terang Ketua Pokja 2 PKK Desa Asembagus, Musriah.

Sementara daun pisang digunakan sebagai pembungkus Bongko tersebut. Pasalnya bungkus plastik mengandung bahan kimia. Bongko ini ke depan ingin dikemas dengan label supaya lebih menarik. "Cara membuat adonannya lama, kalau tidak telaten tidak bisa, bisa rusak. Kalau salah, makanannya tidak enak," jelasnya.
Bongko, selain hidangan pada bulan Ramadan, juga diharapkan dapat disajikan pada acara rapat-rapat di pemerintahan. Bongko karya Desa Asembagus, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo ini telah meraih penghargaan sebagai juara pertama pada lomba kudapan yang dihadiri Chef Rudi beberapa waktu lalu. "Senang, berarti usaha kita ada hasilnya. Kita berharap adalah pesanan, supaya semangat," terangnya.
Sementara Kepala Desa Asembagus, Ali Ibang Fansuri berharap pemerintah daerah lebih mementingkan potensi lokal untuk meningkatkan perekonomiannya. Supaya bisa mandiri menuju keluarga yang lebih sejahtera. "Pemerintah jangan kapok-kapok memberikan pelatihan-pelatihan pemberdayaan. Kadang-kadang pelatihan mandek di situ, karena jalan buntu, misalnya di pemasarannya," terang Kepala Desa Asembagus, Alo Ibang Fansuri. (hla/hvn)


Share to
 (lp).jpg)