KWTN Duta Harapan: Ciptakan Aneka Olahan Mamin Berbahan Dasar Mangrove

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Sunday, 05 Apr 2020 20:37 WIB

KWTN Duta Harapan: Ciptakan Aneka Olahan Mamin Berbahan Dasar Mangrove

PAMERAN: Kelompok Wanita Tani dan Nelayan Duta Harapan membuka stan di salah satu mall untuk memamerkan produknya.

Bertempat tinggal di dekat Pantai Duta, Paiton yang kaya akan tanaman mangrove membuat sejumlah wanita tak berpangku tangan. Atas ide dari Pokdarwis setempat, mereka kemudian mencoba memanfaatkan mangrove menjadi bahan baku pembuatan makanan dan minuman.

 

Mereka yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani/ Nelayan (KWTN) Pantai Duta Harapan, menjadi satu-satunya kelompok pengolah makanan berbahan dasar mangrove, yang berada di Kabupaten Probolinggo. Dengan adanya pengolahan makanan ini Pantai Duta, mempunyai makanan khas yang tidak semua pantai atau desa memilikinya.

Berangkat dari informasi ini, tadatodays.com menghubungi ketua kelompoknya yakni Wiwit Homsiatun, 30, warga Randutatah. Ternyata tidak sulit untuk bertemu wanita muda ini. Ditemui di rumahnya, ia menemui kami ditemani suami tercintanya, Kamiluddin yang bekerja sebagai perangkat desa setempat. Obrolan seputar pengelohan mangrovepun dimulai.

KWTN ini terbentuk sejak akhir 2014 yang lalu, saat itu yang mempunyai inisiatif membentuk kelompoknya tak lain adalah ayahandanya sendiri, yang bernama Abdul Aziz, (pelopor wisata Pantai Duta). Mula-muka ia dan ayahnya berfikir bahwasanya pada zaman dahulu nenek moyang menggunakan buah mangrove sebagai makanan sehari-hari.

"Saya sama ayah berfikir dulu nenek moyang kita makan buah mangrove sebagai pengganti nasi, lalu ayah saya mengajak saya untuk mencoba mengolah," ungkap wanita satu anak ini.

MANGROVE KERING: Buah mangrove yang siap digiling kemudian diolah menjadi makanan jadi.

Dengan tekad dan kesadaran yang tinggi ia mulai berlatih hingga pada tahun 2015, kelompok ini bertambah menjadi 20 orang. Pada saat itu pula, KWTN memulai kerjasama dengan CSR yakni YTL Paiton. Di tahun ini pelatihan-pelatihan dimulai, sampai mendatangkan mentor khusus dari Surabaya untuk melatih kelompok ini. Selesai pelatihan dari mentor kurang lebih sekitar dua minggu, kelompok ini sudah bisa membuat sirup yang berbahan mangrove jenis Padada. Sirup ini hanya dikonsumsi sendiri. Mulai tahun 2016 sudah mulai membuat olahan lain seperti camilan jeruju, krupuk mangrove, cendol mangrove dan banyak lainnya. Merekapun semakin ksis dan dikenal banyak orang.

"2016 kami sudah memulai mengembangkan pembuatan yang awalnya hanya berupa sirup, sekarang bertambah menjadi camilan, kopi, cendol yang berbahan mangrove. Dan kita di tahun 2016 sudah mulai eksis," jelasnya.

Hingga saat ini, kelompok tersebut dapat membuat 4 macam camilan nongluten, yakni makanan berjenis kue kering, yang murni menggunakan tepung magrove, tanpa campuran tepung terigu. Kemudian 6 macam camilan berjenis ladrang, kripik dan krupuk. Dan 3 jenis minuman yakni sirup, teh/kopi dan cendol. Kesemuanya berbahan pokok mangrove dengan jenis yang berbeda, yaitu jenis bluguera, stelosa, avisinesi dan jenis kakaktus.

"Sebelum jadi makanan, mangrove dikupas, dibersihkan, lalu direndam dalam air tawar selama tujuh hari, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3 hari. Baru kemudian digiling untuk dijadikan tepung," ucap wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga ini.

Penggilingannya pun menggunakan penggilingan khusus tepung mangrove agar tidak tercampur dengan tepung yang lain. Untuk mendapatkan buah mangrove, kelompok ini sama-sama mencari sendiri secara berkelompok. Mencari di sepanjang pantai yang terdapat buah mangrovenya. Namun pencarian ini hanya pada saat musimnya tiba saja. Contohnya, pada bulan Januari dan Februari mereka mencari di daerah Panarukan, Situbondo, kemudian pada bulan September sampai bulan Oktober mereka mencari di Desa Jabung, sisir Dusun Pedulan. Terakhr bulan November sampai bulan Desember, mencari di Desa Randutatah. Dengan pencarian berbeda musim ini KWTN selalu menyetok bahan pokoknya agar selalu bisa berproduksi.

INOVATIF: Berbagai olahan produk mangrove nongluten yang dipasarkan KWTN Duta Harapan.

Produk Melenggang Hingga Jakarta

Di balik keberhasilan KWTN menciptakan berbagai macam produk berbahan dasar teoung mangrove, anggota kelompok ini sudah tak sebanyak dulu. Pada tahun 2017 sampai tahun 2019 kelompok ini mulai kekurangan anggota, hingga sampai sekarang ini hanya tersisa 5 orang saja. Yakni Wiwit Homsiatun sebagai ketua, Sumiati sebagai koordinator pengolahan, sedangkan Lilik, Romiyati dan Arrisalatul Fadilah  sebagai anggotanya. Dalam proses pencarian buah mangrove sampai pada tahap penjualannya kelompok ini tetap tekun melaksanakan pekerjaan demi pekerjaan secara bersama-sama.

"Kelompok kita awalnya 20 orang namun selalu berkurang dan sampai pada 2019 lalu sampai sekarang kelompok kita menjadi 4 orang. Saya menyadari omzet kita tidak seberapa, sedangkan kebutuhan banyak, mungkin ini penyebabnya," terang Ketu KWTN Wiwit Homsiatun.

 

Tak ayal, saat ini pendapatan dari penjualan mereka masih tergolong cukup sedikit hanya berkisar Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta dalam satu bulannya. Ini disebabkan dari jumlah peminatnya yang kurang. Sedangkan dari pendapatan itu masih diputar lagi untuk membeli bahan campuran dan alat-alat yang masih dikategorikan belum cukup lengkap. Namun pendapatan yang sedikit ini tidak mematahkan semangat mereka dalam mengelola makanan unik dan khas ini.

Produk terbaru mereka kuekering nongluten tercipta pada Oktober tahun 2019. Produk nongluten tanpa ada campuran tepung terigu sedikitpun, mulai dilirik konsumen dari Jakarta. "Untuk nongluten ini, kita konsumennya dari Jakarta, kalau di sini kurang peminatnya. Mungkin karena harganya yang tergolong agak mahal atau bagaimana, kurang paham saya," jelasnya.

Pasalnya, harga kue kering dalam toples ukuran kecil berkisar dari Rp 125 ribu sampai dengan Rp 175 ribu. Konsumen dari luar daerah ini didapat pada saat Wiwit diundang ke Jakarta untuk menjadi narasumber dalam acara diskusi pangan sehat dan bergizi. Bertempat di auditorium Plaza Senayan, Jakarta Selatan pada 8 Desember 2019, Ia tidak menyianyiakan ini. Selain menjadi narasumber, ia juga turut mempromosikan olahan kelompoknya yang mengandung manfaat.

"Saya berharap ke depan kelompok tetap solid agar bisa menciptakan makanan jenis baru. Masyarakat juga sadar bahwasanya manfaat dari mengkonsumsi mangrove ini sangat luar biasa, mulai dari menurunkan darah tinggi dan baik untuk penderita diabetes," tutupnya. (zr/hvn)


Share to