Lailatul Qomariyah, Jawara Silat yang Pantang Patah Semangat

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Sabtu, 11 Sep 2021 17:02 WIB

Lailatul Qomariyah, Jawara Silat yang Pantang Patah Semangat

SEMANGAT: Berlatih dengan keras terus dilakukan Laila bersama pelatihnya. Hasilnya, ia mampu menyabet banyak juara di berbagai kejuaraan yang diikutinya.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Pencak silat juga diminati kaum perempuan. Salah satunya adalah Lailatul Qomariyah, pelajar kelas 2 MTs Azzaniyah 2 Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Laila, begitu ia biasa disapa, tidak hanya gemar dengan pencak silat, tetapi dia juga berhasil menjadi jawara di kelasnya.

Laila dilahirkan di Probolinggo pada 5 Mei 2007 silam. Dia tinggal bersama keluarganya di Dusun Gilin RT 06 RW 02, Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Selain menuntut ilmu, Laila meluangkan waktunya untuk berlatih intensif bela diri tradisional yaitu pencak silat.

sudah banyak jurus silat perguruannya yang dikuasai. Berkat itu, Laila mampu menjadi juara 1 kelas a pra remaja putri pada Musabaqoh Pencak Silat NU se Jawa-Bali. Event itu diselenggarakan di Banyuwangi, beberapa bulan lalu. Bahkan Laila tidak hanya keluar sebagai juara pertama. Pada event tersebut, Laila juga meraih predikat pesilat terbaik di kelasnya.

Laila mengikuti pusat bela diri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton. Aktivitas berlatih pencak silat ini sudah digelutinya sejak ia masih duduk di kelas 5 sekolah dasar. Mulanya Laila hanya diajak melihat latihan silat di sekolahnya di SD Negeri Randutatah. Tetapi setelah melihat, ia jadi penasaran.

Dari penasaran, Laila memutuskan ikut berlatih dengan temannya. Laila pun jadi gandrung dengan pencak silat. Setelah lulus dari sekolah dasar, Laila masuk MTs dan tetap mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat di sekolahnya. 

Aktivitas Laila di pencak silat mendapat dukungan dari kedua orang tuanya, yaitu pasangan Muhammad dan Nurfadilah. "Orang tua saya mendukung," terangnya.

JAWARA: Sudah banyak piala dan piagam penghargaan yang diraih Laila bersama rekan atlet seperguruannya. Tentu, hal itu mengharumkan nama perguruan pencak silat dan lembaga pendidikan tempat ia menimba ilmu.

Lalu ketika beberapa bulan lalu ada kejuaraan di Banyuwangi, dimana setiap perguruan silat mengirim delegasinya, termasuk perguruan silat Ponpes Nurul Jadid. Laila yang MTs-nya di bawah naungan yayasan Nurul Jadid, dikirim untuk mewakili perguruannya. bersama beberapa rekannya, ia berangkat ke Banyuwangi menjadi delegasi perguruannya. 

Ini merupakan kejuaraan pertama yang pernah diikutinya. Tetapi situasi tersebut tidak melemahkan semangatnya. Alhasil, Laila berhasil menumbangkan lawan-lawannya, hingga berhasil keluar sebagai jawara. Ia bahkan juga dinobatkan sebagai pesilat terbaik di kelasnya. "Perasaannya bangga," ujarnya sambil tersenyum.

Tetapi tidak ada prestasi yang bisa didapat dengan mudah. semua butuh effort, kerja keras dan usaha tanpa kenal Lelah. begitu juga dengan Laila. sejak penerapan sekolah daring karena pandemic, laila jadi harus menempuh perjalan sekitar 4 kilometer dari rumahnya menuju tempatnya berlatih pencak silat. “Dengan mengayuh sepeda ontel,” katanya.

Namun, beberapa waktu lalu sepeda ontelnya rusak. Alhasil, ia tidak mampu berangkat menuju tempat Latihan. Tapi untung saja ada seorang temannya sesama pesilat yang rela selalu menjemputnya menuju tempat latihan. Setiap Senin sore mereka berangkat bersama menuju tempat Latihan, yakni di salah satu sekolah di Kecamatan Paiton.

Gadis yang masih duduk di bangku kelas 2 MTs ini berpesan bahwa perempuan haruslah pantang menyerah. Tetap semangat. Laila yakin, asal bersungguh-sungguh, semua perempuan bisa meraih cita-citanya. (zr/don)


Share to