Lesu Pasar Gotong Royong, Antara Pandemi dan Tantangan Zaman

Amelia Subandi
Monday, 02 Oct 2023 19:33 WIB

SEPI: Kondisi Pasar Gotong Royong di Kota Probolinggo, setiap hari lebih banyak sepinya.
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Pasar-pasar tradisional terus menerus mengalami penurunan. Selain pasca pandemic Covid-19, penurunan transaksi ekonomi di pasar-pasar tradisional tidak lepas dari perkembangan zaman. Pasar modern yang menjamur sampai ke pelosok kampung, hingga tren belanja secara online.
Pasar Gotong Royong di Kota Probolinggo menjadi salah satu representasi pasar tradisional di tengah persimpangan zaman. Pasar Gotong Royong ini masih eksis sampai saat ini. Tetapi keberadaannya seperti tak terlihat.
Setiap harinya, Pasar Gotong Royong kondisinya lebih banyak sepi. Raut muka para pedagang pun lesu dan mudah diserang kantuk, karena menunggu pedagang datang.
Andrin, salah satu penjual baju di blok 1 pasar Gotong Royong saat ditemui mengatakan bahwa kondisi pasar sepi paska pandemi Covid-19 kedua, sekitar awal tahun 2022 sampai saat ini. Disisi lain menurutnya, saat ini sudah eranya digital, jadi marak penjualan lewat aplikasi online.
LAMA: Banyak pedagang memilih bertahan dengan menjual stok barang tersisa.
Banyak pembeli yang memilih membeli melalui aplikasi online ketimbang datang ke pasar. Harganya pun dijual lebih murah, meskipun kualitasnya belum terjamin. “Saat ini pedagang online lewat aplikasi semakin banyak. Jadi seperti kami yang jualanya di pasar, banyak ditinggalkan. Ya kami jual apa yang ada," katanya.
Kendati sepi pembeli, pedagang pasar masih tetap membayar retribusi. Setiap bulan ia membayar retribusi Rp 620 ribu per bulan untuk dua tokonya.
Hal yang sama diungkapkan pedagang lainnya, Hotiba. Warga Belokan, Kelurahan Sukoharjo ini menghela nafas panjang saat ditanya mengenai omzetnya. Perempuan 55 tahun ini mengaku sudah 7 hari dirinya pulang tanpa membawa uang. Berjualan mulai tahun 1981, kondisi 3 tahun terakhir merupakan tahun terpuruk bagi ia dan keluarganya.
Hotiba bercerita bahwa semenjak 2 tahun terakhir ia tidak lagi mendatangkan barang baru, karena uang untuk kulakan tidak ada. Ia dan suaminya mencoba bertahan dengan menjual barang pakaian yang tersisa.

"Iya kalau ada uang kulakan. Tetapi semenjak 2 tahun, saya sudah tidak kulak barang baru. Saya menjual stok lama. Apa adanya ini ya saya jual," tutur Hotiba.
Jika penjual baju mengeluh karena belum mendapatkan pembeli, Satar yang memiliki jasa reparasi jam di blok 3 pasar Gotong Royong, masih jauh beruntung. Pasalnya, jika jualan jamnya sepi, jasa reparasi masih ada saja ia lakukan. Namun omzetnya pun juga turun drastis.
Ia juga prihatin dengan rekan-rekannya yang setiap harinya mengeluh. Namun menurut Satar, para pedagang Pasar Gotong Royong tetap bertahan, karena kebanyakan dari mereka berdagang adalah sumber utama keluarga.
"Saya masih ada aja rezeki mbak. Tidak laku jualannya, ya jasa reparasi tetap jalan. Kalau lainnya kasihan, sudah sambat semuanya," katanya.
Dari pantauan tadatodays.com, tidak sedikit bedak di Pasar Gotong royong yang tutup. Dari 150-an bedak, hanya belasan yang memilih tetap buka. Bahkan ada beberapa toko yang ditutup kemudian terpasang papan nama dikontrakkan.
Dikonfirmasi mengenai hal ini, Kepala DKUP Kota Probolinggo Fitriawati Jufri mengatakan bahwa pemerintah tidak tutup mata. Menurutnya, saat ini memang masa pemulihan setelah pandemi. Banyak masyarakat yang hanya berbelanja kebutuhan pokok.
"Saat ini untuk pedagang pakaian atau kebutuhan sekunder, memang agak sepi, karena saat ini masyarakat lebih mengutamakan kebutuhan pokok," kata Fitriawati.
Disinggung mengenai pembayaran retribusi yang juga dikkeluhkan pedagang, mantan sekretaris Dinas Perikanan ini menyebutkan bahwa pembayaran retribusi tetap dilakukan. Namun tidak sedikit pedagang yang tidak membayar, karena mengeluh sepi pembeli.
Menurut Fitri, tarif retribusi yang diberlakukan sudah terlalu murah. "Untuk retribusi tetap. Apalagi harganya masih murah sejak tahuh 2011 belum ada kenaikan, Rp 400/m2. Tetapi pedagang tidak mau bayar sesuai perda, dengan alasan sepi," tambah Fitri. (mel/why)




Share to
 (lp).jpg)