MAN 1 Kota Probolinggo, Tampilkan Wajah Ceria dengan Cat Warna-Warni

Mochammad Angga
Thursday, 10 Oct 2019 21:56 WIB

WARNA-WARNI: Paving block menuju lapangan parkir siswa dicat dengan warna-warna cerah memanjakan mata.
JIKA Malang terkenal dengan kampung warna-warni Jodipan, Kota Probolinggo punya sekolah warna-warni yang tak kalah terkenalnya, MAN 1 Kota Probolinggo. Sejak memasuki pintu gerbang hingga sudut terjauh sekolah, semua dipenuhi dengan warna-warni yang memanjakan mata.
Mulai dari lukisan dinding atau mural yang sarat pesan untuk melestarikan lingkungan hidup. Salah satunya bergambar hewan yan harus dilindungi. Pada dinding tersebut juga tertulis pesan untuk melestarikan ekosistem hewan tersebut. Saat melintas di bagian ini, penulis pun merasa seperti tertampar bolak-balik karena selain dilukis dengan apik, pesan yang ditulis sangat mengena. Selain pesan lestarikan lingkungan, murla di madrasah di bawah naungan Kementerian Agama ini juga menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga kesopanan.
Tak luput jadi sasaran, paving block, mulai bagian depan sekolah hingga bagian paling belakang, juga dicat dengan paduan warna kontras. Memanjakan mata pejalan kaki. Anehnya, meski warna yang dipilih sangat mencolok dengan padu padan yang terkesan "tabrak lari", namun semuanya menjadikan wajah sekolah di selatan Kota Probolinggo ini harmonis.
BERSIH: Kantin MAN 1 Kota Probolinggo juga menjadi sasaran pengecatan.
Terlebih, tanaman hias ditata apik dan menyebar hampir di setiap sudut sekolah. Ditambah tak ada satu pun sampah yang terserak di luar tempatnya. Sehingga kesan angker yang biasanya melekat di lembaga pendidikan, hilang. Teduh dan ceria lebih mendominasi.
Tak heran jika postingan tentang sekolah ini menjadi viral di Facebook dan Instagram. Foto MAN 1 Kota Probolinggo di-share hingga ribuan kali. Hingga tak sedikit sekolah dari Singapura, Filipina, Malaysia dan Italia berupaya menghubungi madrasah di Kecamatan Wonoasih ini. Ada yang ingin meniru program serupa untuk diterapkan di sekolahnya. Ada juga yang sekedar mengungkapkan kekaguman. Ada yang dari via facebook, langsung mengubungi lewat WhatsApp dan juga telepon nomor pribadi. Bahkan ada dua media yang tertarik meliput sekolah ini.
Siti Fatimah, Kepala MAN 1 Kota Probolinggo saat ditemui langsung di tempat kerjanya oleh wartawan tadatodays.com mengatakan ide awal mengecat sekolah datang dari siswa.
"Ini berawal dari siswa yang mengecat di depan UKS. Pertama kali idenya dari tim UKS yang di dalamnya tergabung siswa kelas 10, 11 dan 12. Tahap demi tahap akhirnya sampai seluruh sekolah," jelasnya.
Pengecatan ini, disebut Fatimah sejalan dengan programnya yang berkeinginan mensinergikan antara sekolah sehat dan sekolah adiwiyata. Dengan kondisi sekolah yang berwarna, Fatimah berharap, ada semangat dari siswa untuk selalu menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

"Persiapan dan pelaksanaan hanya butuh waktu dua minggu. Awalnya satu kelas mengecat lingkungan di depan kelasnya. Setelah itu seperti gethuk tular, semua jadi ikut-ikutan. Maka guru, karyawan bagian TU, petugas kantin dan siswa berkolaborasi untuk mengecat lingkungan sekolah," jelasnya.
LESEHAN: Siswa MAN 1 Kota Probolinggo duduk lesehan dengan santai di ruang semi terbuka sambil melakukan kegiatan pembelajaran.
Terkait biaya pengecatan, kepala sekolah menyebut semua dari hasil iuran. Semua anggota sekolah bersedekah seikhlasnya. Bahkan ada juga wali murid yang tertarik menyumbang. "Kalau habis berapa cat, kami tidak menghitung sampai ke sana. Kalau ndak salah setiap kelas menyumbangkan tiga warna cat. Dan cat yang digunakan cat tembok yang tidak permanen. Supaya nantinya pola dari warna yang dibentuk bisa berubah. Sehingga penglihatan gak jenuh," jelasnya.
Waktu pengerjaan untuk mengecat seluruh bagian sekolah mencapai satu minggu. Agar tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, pengecatan dilakukan waktu istirahat sekolah jam 10.00 dan jam 12 selama satu minggu penuh.
Dengan kondisi zekolah yang asri, warna-warni dan menarik, Siti berharap anak didiknya betah bersekolah. Sehingga mereka tak hanya belajar di dalam kelas. Tapi juga mengeksplore lingkungan sekolah sebagai pilihan tempat belajar lainnya. "Jadi tidak hanya diam di dalam kelas tapi juga merasakan indahnya alam. Biar mereka lebih giat lagi belajarnya," pungkasnya.
Sementara itu, Heri Yulianto, 25, adalah guru yang pertama kali membagikan berita tentang sekolah ini ke media sosial. "Ternyata mendapatkan tanggapan yang baik dan fenomenal dari luar negeri. Terutama teman dotA seperti dari Malaysia," jelasnya.
Heri mengakui, suatu saat warna cat akan pudar. Namun justru hal itu menjadi keuntungan. Sehingga penghuni sekolah kelak bisa mengubah pola warnanya. "Sehingga tidak terlihat membosankan. Kalau melihat warna yang begitu-begitu saja akan jenuh," jelasnya.
Sementara itu, salah satu siswa, Siti Alfia mengaku semakin betah berada di sekolah karena lingkungan semakin asri. (ang/hvn)




Share to
 (lp).jpg)