Masih Ada 54 Lokus Stunting, Dinkes Kabupaten Probolinggo Fokus Pencegahan

Hilal Lahan Amrullah
Hilal Lahan Amrullah

Thursday, 28 Jul 2022 12:01 WIB

Masih Ada 54 Lokus Stunting, Dinkes Kabupaten Probolinggo Fokus Pencegahan

BUMIL: Sosialisasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo pendampingan kepada ibu hamil berisiko tinggi untuk mencegah AKI - AKB, juga menjadi bagian penting pencegahan stunting.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Lokasi fokus (lokus) desa prioritas percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Probolinggo tahun ini tercatat meningkat. Ini disikapi Pemkab Probolinggo melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk memaksimalkan berbagai upaya pencegahan terjadinya stunting.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinkes Kabupaten Probolinggo Sri Wahyu Utami mengonfirmasi ada 54 wilayah yang masuk sebagai desa prioritas percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Probolinggo pada 2022. Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2021 yang ada 44 desa lokus stunting.

“Memang ada kenaikan, tetapi menjadi semangat kita, bagaimana semua lintas sektoral dapat bekerjasama, dengan membekali kader supaya dapat memberikan edukasi kepada masyarakat,” terang   Sri Wahyu Utami.

Menurutnya, sebuah desa menjadi lokus stunting karena ada sejumlah indikator. Salah satunya pada wilayah tersebut terdapat keluarga berisiko stunting. “Dari situ kita harus bertambah semangat pencegahannya,” imbuhnya.

POSYANDU: Para kader Posyandu memberikan edukasi sekaligus pemberian makanan tambahan.

Adapun upaya Dinkes Kabupaten Probolinggo dalam masalah stunting adalah fokus pada pencegahannya. Supaya tidak ada stunting, Dinkes menggelar kelas calon pengantin (catin). “Pencegahannya fokus pranikah. Sehingga anak yang lahir nanti dalam kondisi yang  sehat dari ibu yang sudah siap untuk melahirkan, ibu yang siap untuk mendidik anak-anaknya, ibu yang siap dalam segi finansial, dan ibu yang siap secara psikologisnya,” jelasnya.

Wanita berkacamata ini menambahkan, bahwa dalam kelas catin diberikan edukasi bagaimana setelah menikah terjadi kehamilan. Untuk menjaga kehamilan tersebut sejak trisemester pertama harus dilakukan pemeriksaan rutin ke posyandu, dan pemeriksaan bidan. “Mulai awal sudah harus menemui tenaga kesehatan,” tegasnya.

Adapun upaya lain yang dilakukan Dinkes adalah fokus pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri. Karena memang siklus remaja putri itu ada masa menstruasi. Tablet tersebut untuk menjaga kesehatannya.

Sedangkan masalah terbesar yang masih terjadi adalah tingginya pernikahan anak. “Karena pernikahan di bawah umur itu termasuk pernikahan yang beresiko melahirkan stunting. Meskipun terlanjur menikah, tetap kita beri pendampingan. Karena mempersiapkan kehidupan anak kita lahir dengansehat, ibunya tidak anemia, tidak kekurangan energi, tidak berisiko tinggi, bagaimana nanti pola asuhnya,” ujarnya.

Menurutnya yang terpenting juga adalah mengedukasi keluarga yang dominan untuk mengambil keputusan. Semisal usai anak tersebut lahir, pola asuhnya tergantung pada neneknya. Sedangkan pola asuh yang benar, yaitu dengan pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif selama enam bulan. Setelah itu ada makanan pengganti (MP) ASI, dan makanan tambahan sesuai dengan usianya.

“Kita juga harus tahu tumbuh kembang anak itu dapat diketahui di posyandu. Kita punya buku KIA. Isinya adalah panduan bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil dan balita. Kalau nanti ada penurunan berat badan dan sebagainya, maka segera konsultasi ke petugas kesehatan,” ungkapnya.

Sri Wahyu menyampaikan bahwa mendidik anak itu tidak hanya dibebankan kepada seorang ibu, tetapi seorang bapak juga berberan besar dalam mendidik anak.

Tahun 2022 penanganan stunting di Kabupaten Probolinggo menurutnya semakin massif. Pasalnya, semua lintas sektor mengarah pada program stunting. Baik dari promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak dan gizi. “Sumberdaya KB juga bergerak luar biasa, Dinas Perikanan, Perkim untuk mendukung kesehatan lingkungannya, Dinas Pendidikan, Kemenag, PKK, semua terlibat penanganan stunting,” tandasnya.

UJUNG TOMBAK: Para kader diedukasi oleh Dinas Kabupaten Probolinggo agar para kader mampu mengedukasi masyarakat tentang langkah-langkah mencegah stunting.

Pihaknya berharap penanganan stunting bisa dilakukan secara bersama-sama. Pasalnya, stunting menjadi tanggung jawab semua yang mendukung percepatan penanganan stunting. “Penurunan stunting sukses karena keberhasilan bersama. Kami berharap semua bergerak bersama-sama. Tidak bisa kalau bergerak satu lini saja. Misalkan kita hanya ngurus ibu hamilnya, tetapi harus ada perbaikan dari sisi kesehatan lingkungannya, peningkatan pengetahuan, bagaimana kita mendampingi keluarga yang berisiko stunting oleh teman-teman KB,” papar Sri Wahyu.

Berikut ini tips mencegah stunting yaitu mempersiapkan kesehatan calon pengantin, terutama calon ibu sebelum menikah. Saat hamil, kontrol ke posyandu sebanyak enam kali. Rutin cek HB-nya. Meminum tablet tambah darah. Jika mampu, konsumsi susu.

Stunting menurut Sri Wahyu, tidak hanya terjadi pada keluarga kurang mampu, tapi juga pada keluarga yang mampu secara ekonominya. Bisa saja terjadi karena pola asuhnya yang salah. “Cemilan anaknya kurang gizi. Bapak ibunya konsumsi sisa makanan anaknya. Bagaimana semuanya terpenuhi kebutuhan gizinya? Tidak harus mahal, misal konsumsi sayur kelor. Konsultasi ke petugas kesehatan kalau diperlukan. Manfaatkan teknologi gadget smartphone, misalnya, baca menu sehat ibu hamil, cara mencegah anemia, dan sebagainya,” ungkapnya. (*/hla/why)


Share to