Memberdayakan Gunung Watangan Menjadi Destinasi Wisata Minat Khusus

Tadatodays
Tadatodays

Monday, 26 Jun 2023 12:07 WIB

Memberdayakan Gunung Watangan Menjadi Destinasi Wisata Minat Khusus

PENGANTAR

GUNUNG Watangan di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember menyimpan banyak goa yang pernah dihuni manusia zaman palaeolithikum sekitar 20 ribu tahun lalu. Ada sekitar 22 goa teridentifikasi dan 8 diantaranya telah diteliti.

Goa-goa itu adalah Goa Sumbersalak; Goa Marjan; Goa Sodong; Goa Macan; Goa Sebanen 1 atau GoaSamadi; Goa Lawa 1 dan 2; dan Goa-air terjun Maelang. Dengan pendekatan ekokultural goa-goa Gunung Watangan dikembangkan menjadi destinasi wisata minat khusus.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini melakukan investigasi dan eksplorasi goa-goa purba untuk mendapatkan data-data penting terkait keberadaannya. Data-data yang didapatkan didiskusikan dalam forum untuk menemukan materi-materi penting sebagai rujukan pelaksanaan kegiatan akhir kegiatan pengabdian.

Membuat desain event kreatif dan strategis seni budaya sebagai navigasi menuju terciptanya destinasi wisata minat khusus Gunung Watangan merupakan kegiatan akhir pengabdian ini. Dari pembahasan hasil investigasi dan eksplorasi goa-goa purba selanjutnya dirumuskan event-event seni budaya yang akan mengonstruksi bentuk dan wajah destinasi wisata minatk husus GunungWatangan.

Desain event seni budaya tersebut adalah jelajah purba; pagelaran teater, tari bernuansa purba; eksplorasi dan gelar musik-musik perkusi purba; kegiatan seremonial ritual; pagelaran kolaboratif seni budaya purba, klasik, dan modern-kontemporer; dan kegiatan pengembangan wacana kepurbakalaan, kebudayaan, dan pariwisata.

Pelaksanaan event-event tersebut terbagi dalam 5 kategori dalam setahun, yaitu: event insidentil, bulanan, triwulanan, tengah tahunan, dan tahunan.

***

PENGABDIAN MASYARAKAT

Untuk merealisasikan gagasan tersebut di atas, perlu disusun strategi konstruktif-kreatif pengembangannya dan diciptakan suatu instrument atau media dalam bentuk event-event yang dapat menarik minat siapapun untuk mengapresiasi, mengkaji, dan mengembangkan fenomena kepurbakalaan dalam ekosistem rimba Gunung Watangan (Gitosudarmo,2001:12; Winardi, 2013:114-115).

Berkaitan dengan kekuatan “daya tarik (attractiveness)” tentunya harus dikembangkan suatu wahana menarik berbentuk event-event meliputi pagelaran, penjelajahan, inventarisasi keragaman hayati, perkemahan, pestakuliner, teater kolosal partisipatif, reboisasi, melukis on the spot, fotografi, dan tinggal sementara di kawasan konservasi (residensi).

Kemasan event-event kreatif dalam bingkai kegiatan edukasi dan konservasi tersebut dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata minat khusus (Wilkinson 1994 dalam Pitana, 2009:69).

Tujuan akhir kegiatan pengabdian kepada masyarakat pada tahapan ini adalah mempersiapkan konsep strategis dan kreatif untuk menuju terciptanya kawasan Gunung Watangan menjadi destinasi wisata minat khusus. Materi-materi mendasar yang sangat diperlukan musti berkaitan dengan situs purbakala dan gelaran ekosistem Gunung Watangan.

Temuan-temuan yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai referensi pengembangan model wisata minat khusus, baik yang bersifat romantic (bersentuhan dengan alam) maupun yang bernuansa kreatif (berkaitan dengan seni budaya), bahkan yang berbentuk kolaboratif, yakni suatu event yang mengolaborasikan antara yang romatik dan kreatif.

Penggalian-penggalian data secara langsung dan eksploratif terhadap alam Gunung Watangan dan jejak-jejak peradaban purba di goa-goa mutlak diperlukan. Tim pengabdian kepada masyarakat mendampingi masyarakat desa mitra, selama hampir dua bulan, melakukan investigasi dan eksplorasi alam Watangan dan goa-goa purba. Bentangan kawasan Gunung Watangan yang diinvestigasi dan dieksplor, tentunya kawasan yang di dalamnya terdapat goa-goa purba, mencapai 1000 hektar.

Pemetaan posisi goa-goa dilakukan agar denah rute antara goa yang satu dengan yang lainnya dapat digambarkan dengan baik. Perjalanan investigasi dan eksplorasi goa-goa sekaligus menggali pengetahuan tentang potensi wajah alam Gunung Watangan. Pengalaman jelajah gunung dan goa-goa Watangan memberikan kemanfaatan yang cukup besar, karena dapat diperoleh secara langsung nuansa-nuansa eksotisitas yang tersurat dari alam dan kepurbaan goa- goa.

HASIL KEGIATAN PENGABDIAN

Setelah melalui diskusi yang cukup panjang dan dengan berbagai pertimbangan, akhirnya dirumuskan penjadwalan event seni budaya Gunung Watangan dalam kurun waktu satu tahun. Event-event tersebut terbagi dalam 5 agenda event, yaitu: Event Insidental; Event Bulanan; Event Triwulanan; Event Tengah tahunan; dan Event Tahunan.

Idealnya, jadwal event-event tersebut dapat terlaksana sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.  Adapun bentuk dan isi acara dalam setahun dapat dijabarkansebagaibertikut:  

  1. Event insidentil merupakan event seni budaya yang dilaksanakan sewaktu-waktu tanpa penjadwalan sebelumnya;
  2. Event bulanan adalah event seni budaya yang dilakukan setiap bulan, khususnya yang diadakan bertepatan dengan waktu-waktu yang dianggap penting oleh masyarakat,
  3. Event triwulanan, setelah event bulanan terlaksana, maka setiap tiga bulan diadakan event yang menjadi akumulasi dari muatan-muatan event bulanan tersebut;
  4. Event tengah tahunan, event pada tahapan ini memiliki muatan ekspresi seni budaya yang tentunya lebih besar dan lebih beragam dari event-event bulanan dan triwulanan. Dalam event ini sudah mulai terasa ikonisitas atau karakter gelar  seni budaya Gunung Watangan,
  5. Event tahunan, seluruh potensi seni budaya digelar dan dikolaborasikan secara kreatif dalam event tahunan ini. Sinergisitas kawasan desa dan gunung secara proporsional digarap.

KESIMPULAN

Tim pengabdian masyarakat berkeinginan mengembalikan keseimbangan ekosistem seperti yang tergambar dalam memori pada konteks sekarang. Tentu wajah ekosistem rimba akan sangat berbeda dengan di masa purba. Untuk merealisasikan gagasan tim pengabdian tersebut maka diperlukan suatu media yang dapat mengajak berbagai pihak bergerak membangun ekosistem rimba Watangan tersebut.

Media yang dimaksud musti melibatkan unsur-unsur ekosistem strategis, antara  lain: ekologirimba Watangan, goa-goa purba, dan masyarakat yang hidup di sekitar GunungWatangan. Gerakan mengembalikan ekosistem rimba Watangan harus memiliki kemanfaatan pada terbangunnya keseimbangan ekosistem rimba Watangan, berfungsinya situs-situs goa purba menjadi materi edukasi peradaban purba yang berguna untuk masa sekarang, dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat Desa Lojejer, dan super khusus masyarakat penyangga Gunung Watangan, yaitu masyarakat Dusun Sebanen (*)

Daftarpustaka

Ahmad Zainollah.2020.Babad Sadeng, Mozaik Historiografi Jember Era Paleolitikum Hingga Imperium. Matapadi Presindo. Yogyakarta.

Gitosudarmo.Indriyo.2001.ManajemenStrategis. Edisi Pertama. Yogyakarta: PT.BPFE. Marpaung, H.2002. Pengetahuan Kepariwisataan Edisi Revisi. Bandung: AlfaBeta.

Pitana, IGde dan Ir. Putu G. Gayatri, M.Si. 2005. SosiologiPariwisata, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Teguh F dan Avenzora R. 2013. Ekowisata dan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia, Potensi, Pembelajaran, dan Kesuksesan. Jakarta: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Widianto, Harry. dkk, 2011. Rencana Induk Pelestarian Kawasan Situs Sangiran. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Tidak Diterbitkan.

Winardi, J. 2013. Manajemen Perubahan (Management of Change). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa


Share to